RSBI Terima Siswa Miskin Berprestasi

Hukum | Senin, 11 Juni 2012 - 07:02 WIB

JAKARTA (RP) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menetapkan alokasi sebesar 20 persen dari calon siswa baru yang akan masuk ke sekolah Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) berasal dari kalangan keluarga tak mampu atau miskin, dengan catatan calon siswa harus berprestasi.

Mendikbud Mohammad Nuh saat dihubungi JPNN, Ahad (10/6) mengaku kecewa dengan adanya ketakutan masyarakat dari kalangan ekonomi sedang hingga bawah, yang takut untuk mendaftarkan anak mereka ke RSBI.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

‘’Apalagi jika anak mereka mampu secara akademik atau berprestasi, silahkan masuk RSBI,’’ kata menteri asal Surabaya itu.

Nuh menerima kabar jika ada organisasi guru di Jakarta yang mengeluarkan hasil survei, bahwa semakin banyak orangtua siswa yang takut mendaftarkan anaknya masuk sekolah RSBI gara-gara biayanya selangit.

Mantan rektor ITS itu mengingatkan, alokasi bangku 20 persen dari seluruh pagu di sebuah sekolah RSBI masih diperuntukkan untuk siswa miskin berprestasi.

Menurut Nuh, kebijakan pengalokasian bangku 20 persen untuk siswa miskin berprestasi itu masih tetap dijalankan. Bahkan tahun ini diperketat.

Sebab, evaluasi tahun lalu banyak sekolah RSBI yang ogah-ogahan mengalokasikan 20 persen kuota siswa baru mereka untuk siswa miskin berprestasi. Alasannya mereka klasik, yaitu kesulitan mencari siswa miskin berprestasi.

Dengan tegas mantan Menkominfo itu menuturkan, tahun ajaran baru nanti tidak boleh lagi ada laporan kuota kursi siswa miskin berprestasi di RSBI yang tidak terpakai.

Apalagi jika alasannya masih soal kesulitan mencari siswa miskin berprestasi. ‘’Apaya sulit mencari yang miskin, pintar, dan berminat masuk RSBI,’’ katanya.

Jangan sampai muncul dugaan kursi untuk siswa miskin itu diambil oleh anak dari keluarga berduit.

Untuk urusan mencari siswa miskin berprestasi sehingga bisa menutup alokasi 20 persen itu, Nuh memiliki beragam cara. Di antara yang paling efektif adalah menggunakan model keberlanjutan.

Maksudnya, guru-guru di sekolah bisa menyalurkan siswa mereka yang miski ke jenjang pendidikan lebih lanjut.

Dia mencontohkan, guru di SD sudah memiliki daftar nama-nama siswa mereka yang berprestasi tapi miskin.

Nah, melalui jaringan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajara) atau jaringan organisasi guru lainnya, guru ini tentu memiliki relasi guru lain yang mengajar di sekolah berlabel RSBI. Melalui relasi ini, guru SD tadi boleh menitipkan siswanya yang miskin itu masuk SMP RSBI.

‘’Begitu pula untuk jenjang SMP,’’ katanya. Nuh mencontohkan, ada guru di SMPN 6 Surabaya yang sudah memiliki daftar siswa-siswa mereka yang kurang mampu tapi berprestasi.

Siswa-siswa yang sudah masuk daftar tadi, boleh disalurkan langsung ke SMAN berlabel RSBI.(wan/izl)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook