SIANTAR (RP) – Ujian nasional (UN) tingkat SMA sederajat, akan berlangsung mulai 15 April mendatang. Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya pensil dan penghapus ujian palsu, para siswa diharap mewaspadai dan harus cermat memilih alat tulis.
Dari penelusuran Metro Siantar (Riau Pos Group). AN (38) warga Siantar saat ditemui di kediamannya, mengaku sebagai salah seorang pengusaha pensil dan penghapus palsu.
Selain keuntungan yang cukup menjanjikan, pekerjaan yang dilakoninya setiap musim ujian itu tidak mengeluarkan banyak modal. Dalam pekerjaannya, AN dibantu tiga rekannya yang masih berhubungan keluarga.
Ditanya alasan melakukan pekerjaan yang membahayakan nasib para pelajar itu, AN mengaku terpaksa demi kelangsungan hidup keluarga. Pasalnya, ayah dua anak yang kesehariannya sebagai kuli cat itu selalu kesulitan untuk menafkahi istri dan anak-anaknya.
“Belum tentu ada yang mau membeli gambar karyaku ini. Lagian, kesempatan ini hanya sekali dalam setahun kulakukan dan itu semua terpaksa,” akunya sembari menunjukkan lukisan-lukisan yang terpajang di rumahnya.
Disinggung mengenai cara pembuatan barang ujian palsu tersebut, AN mengatakan hanya bermodal kemampuan seni cat dan bantuan komputer untuk menduplikat (meniru, red) merek dan tulisan yang ada di pensil dan penghapus.
Untuk meyakinkan pembeli, tambah AN, kotak pensil dan penghapus juga harus dibuat dengan manipulasi komputer. Untuk satu kotak pensil, AN hanya merogoh kocek Rp15 ribu, sedangkan untuk penghapus, dia hanya mengeluarkan Rp10 ribu.
Sementara, di pasaran, pensil itu biasa dijual Rp2.000 dan penghapus juga Rp2.000. Bahan-bahan, seperti pensil polos dan penghapus yang akan dipalsukan, diakuinya berasal dari Bandung. Untuk satu dus pensil yang berisikan 1000 batang, AN membeli sebesar Rp8 juta dan untuk satu dus penghapus, AN membelinya seharga Rp4 juta.
“Dari modal tersebut, saya bisa mendapatkan keuntungan dua kali lipat,” ujarnya. Mengenai kualitas, AN tidak paham dan mengaku tidak mau tahu resiko yang diterima pembelinya.
“Yang terpenting, barang yang saya jual laku. Karena mencari uang haram saja sulit, apalagi uang halal,” ujarnya sembari mengatakan, pendistribusiannya di Siantar sudah ke puluhan pedagang ataupun grosir perlengkapan alat tulis.
Kepala Dinas Pendidikan Siantar Setia Siagian saat dimintai tanggapannya mengatakan, persoalan perdaran peralatan UN adalah permasalahan bersama. Dalam keadaan ini, dia mengimbau, guru terutama kepala sekolah harus ambil peran ganda. Selain itu, tambahnya, para siswa diharapkan untuk rutin mengikuti segala test ataupun try out.
“Try out itu sangat penting. Begitupun dengam tes atau pelatihan. Selain untuk membiasakan dan melancarkan siswa dalam mengisi lembar jawaban, hal itu juga dapat mencegah penggunaan pensil palsu. Karena, dari hasil try out, dapat dilihat apakah alat yang digunakan siswa sudah memenuhi standar untuk UN atau tidak,” ujarnya.
Hal senada juga diharapkan Ketua Forum Guru Siantar (FGS) Drs Henri Edwin Tampubolon yang mengimbau para siswa untuk berhati-hati membeli peralatan ujian. Dia juga mengharapkan agar para guru pengawas, peduli untuk memeriksa kesiapan dan persiapan siswa sebelum ujian dimulai. (mag-08/rpg)