1 Ramadan Ditetapkan Rabu, Muhammadiyah Hari Ini

Hukum | Selasa, 09 Juli 2013 - 09:43 WIB

JAKARTA (RP) - Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Agama (Kemenag) menggelar Sidang Isbat untuk menentukan awal puasa Ramadhan 1434 H, Senin (8/7).

Sidang yang rutin digelar tiap tahunnya ini memutuskan bahwa awal puasa Ramadan jatuh pada Rabu, 10 Juli 2013. Keputusan tersebut berdasarkan bahwa belum tampaknya bulan baru (hilal).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Anggota Badan Hisab dan Rukyat, Cecep Nurwendaya dalam pemaparannya mengenai posisi hilal awal Ramadan di dalam sidang tersebut menjelaskan bahwa sudut tinggi hilal hingga kemarin belum memenuhi syarat untuk dijadikan penetapan 1 Ramadan pada hari ini (9/7).

Posisi hilal pada saat matahari terbenam yang dipantau dari pos observasi bulan Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat hingga pukul 17.51 WIB kemarin menunjukkan bahwa tinggi hilal pada posisi 0,65 derajat, jarak busur bulan dan matahari 4,55 derajat. Sedangkan umum hilal adalah 3 jam 35 menit 52 detik serta iluminasi hilal 0,8 persen.

Posisi hilal tersebut tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu tinggi hilal mencapai minimal 2 derajat. ‘’Tidak ada referensi apapun bahwa hilal awal Ramadan 1434 H teramati dari seluruh wilayah Indonesia,’’ tegas Cecep di ruang auditorium KH M Rasjidi Kemenag.

Sementara itu, lanjut Cecep, posisi hilal di Mekah, Arab Saudi pada Senin kemarin hingga ghurub (tenggelam matahari) dilaporkan pada posisi kurang dari 2 derajat yaitu pada posisi 0,19 derajat dengan umur hilal 8 jam 53 menit 30 detik.

Berdasarkan keterangan posisi hilal yang disampaikan Cecep tersebut, Menteri Agama Suryadharma Ali menetapkan bahwa tanggal 1 Ramadhan 1434 H jatuh pada Rabu, 10 Juli 2013.

Keputusan tersebut mendapat dukungan penuh dari 12 Ormas Islam yang hadir dalam Sidang Istbat kemarin. ‘’Tidak satupun dari Ormas Islam yang hadir menolak penetapan ini,’’ ujar Suryadarma usai sidang kemarin.

Namun demikian salah satu Ormas Islam terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiah telah menetapkan bahwa 1 Ramadan jatuh pada hari Selasa besok. Selain itu tidak tampak satupun perwakilan dari Muhammadiah hadir dalam Sidang Istbat tersebut.

Saat diminta konfirmasi tentang ketidakhadiran perwakilan dari Muhammadiah, Suryadarma mengatakan bahwa Muhammadiah sudah menerima undangan resmi dari Kemenag untuk menghadiri Sidang Istbat itu. ‘’Muhammadiah juga diundang kok, mungkin karena belum ada waktu,’’ ujarnya.

Mengenai perbedaan yang muncul dalam penetapan awal Ramadaan tersebut, Suryadarma berharap bahwa kelak pemerintah akan menjadi pemersatu keputusan di antara Ormas Islam mengenai penetapan awal puasa Ramadaan. ‘’Jika hari ini belum tercapai kesepakatan, pemerintah tidak putus asa, perbedaan itu sangat mungkin,’’ imbuhnya.

Selain itu Suryadarma juga menghimbau kepada masyarakat untuk saling menjaga toleransi dan saling menghormati. “Saling menghormati. Jangan sampai perbedaan ini mengundang konflik dan perpecahan satu sama lain. Harus menghargai, toleransi,” kata Suryadharma.

Ditemui secara terpisah, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma’ruf Amin mengatakan bahwa seharusnya umat Islam di Indonesia patuh kepada penetapan awal puasa Ramadhan yang diputus oleh pemerintah.

‘’Idealnya kita semua harus patuh, namun itu kenyataan yang belum bisa diwujudkan sampai sekarang,’’ kata Maaruf kemarin.

Namun Ma’ruf mengatakan bahwa keputusan dari Muhammadiyah untuk berpuasa lebih awal wajib untuk dihormati. ‘’Muhammadiah punya cara sendiri,’’ katanya.

Ma’ruf juga mengatakan bahwa saat ini pemerintah menggunakan dua kriteria untuk menentukan awal puasa Ramadhan, yaitu dengan metode melihat hisab dan rukiyat.

Menurut Ma’ruf, metode yang paling mungkin digunakan adalah rukiyat, yaitu aktivitas mengamati hilal atau penampakan bulan sabit yang nampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak.

Namun Ma’ruf berharap di masa depan pemerintah dapat memadukan kedua metode tersebut agar dapat menjadi pemersatu Ormas-ormas Islam. ‘’Kemenag harus segera memadukan metode hisab dan rukiyat,’’ harapnya.

Hilal Belum Terlihat di Riau

Di Pekanbaru, Provinsi Riau, Rukyat hilal dalam penetapan 1 Ramadan 1434 Hijriyah untuk wilayah Provinsi Riau, Senin (8/7) juga belum terlihat. Ini diketahui dari hasil pantauan teropong bintang di lantai 13 Hotel Premier hingga pukul 18.24 WIB.

Kondisi itu terjadi karena langit Riau masih tertutup awan mendung di posisi 00.25 derajat. Hasil tersebut langsung disampaikan ke peserta sidang Ishbat di Jakarta untuk menjadi pertimbangan.

‘’Untuk wilayah Provinsi Riau khususnya titik yang berada di Kota Pekanbaru saat ini belum terlihat hilalnya, kita telah melaporkan kejadian ini ke Urais dan Binsyar di Jakarta,’’ tutur Plt Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Riau, Mahyudin kepada Riau Pos, Senin (8/7) usai melakukan pantauan hilal di Hotel Premier, Pekanbaru.

Kabid Urais dan Binsyar Kementerian Agama Provinsi Riau, Drs Asmuni Hasan menambahkan, selain di Kota Pekanbaru, saat ini pemantauan hilal yang tertutup mendung juga tengah terjadi Rohan Hilir dan Kota Dumai.

Sementara itu, Ketua MUI Riau, Mahdini mengatakan, permasalahan perbedaan dalam penentuan hari besar Islam hendaknya dicarikan solusi.

‘’Kami mengimbau agar masyarakat bersatu dalam penentuan hari besar Islam. Pemerintah harusnya memberikan ketegasan,’’ imbuhnya.

Di tempat berbeda, Ketua Muhammadiyah Riau, Prof Irwan Effendie mengatakan, ibadah puasa untuk Muhammadiyah sudah dimulai hari Selasa (hari ini, red). Hal itu berlaku untuk seluruh anggota Muhammadiyah se Indonesia.

‘’Kita memang serentak se Indonesia. Kita juga punya perhitungan tersendiri. Bahkan, kami juga sama dengan yang di Arab Saudi,’’ ungkap Irwan yang juga Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Riau itu.

Karena sudah menentukan sikap, jamaah Muhammadiyah mulai melaksanakan Salat Tarawih berjamaah malam tadi. Di Pekanbaru, 10 lokasi yang disediakan PD Muhammadiyah Kota Pekanbaru diramaikan para jemaah.

Berdasarkan pantauan Riau Pos malam tadi di Masjid Al Fida Jalan KH Ahmad Dahlan, tampak jamaah memadati masjid sejak usai Magrib hingga Isya.

‘’Hari pertama memang ramai sekali,’’ kata salah seorang warga Muhammadiyah, Irwan usai Salat Tarawih malam tadi.

Ramainya jamaah Muhammadiyah juga terlihat di Masjid Dakwah, Rumbai.

‘’Alhamdulillah jamaah ramai. Walaupun ada perbedaan dengan pemerintah kita tetap umat Islam yang harus tetap menyatu,’’ harap Bendahara PD Muhammadiyah Kota Pekanbaru, Didi Winarsyah.(dod/jpnn/rio/sah/egp/gus/hpz)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook