MEDAN (RIAUPOS.CO) - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan didemo ratusan mahasiswa saat menyampaikan kuliah umum di Universitas Sumatera Utara (USU), Medan, Rabu (8/1).
Selain sempat berteriak memprotes kebijakan Gita selaku Menteri Perdagangan saat memberikan kuliah umum di hadapan civitas akademika USU, demonstran juga berorasi di luar gedung.
Bahkan mobil Gita sempat dikejar pendemo saat meninggalkan kampus usai acara.
Suasana mulai terlihat panas di sela-sela Gita memberikan kuliah umum di Gelanggang Mahasiswa USU. Massa dari mahasiswa masuk dan berteriak ‘’Tolak perdagangan bebas!’’ Mendapat, teriakan dari massa mahasiswa itu, Gita Wirjawan justru mendukung tindakan itu. Sembari berkata, tidak masalah dalam memberikan buah pikiran seperti itu.
‘’Itulah wujud dari demokrasi. Ingat demokrasi terbesar ketiga di dunia adalah Indonesia,’’ ujarnya sambil senyum.
Sementara di luar gedung, ratusan mahasiswa USU menolak peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat itu berceramah di kampus mereka karena dinilai bermuatan politis. Aksi tersebut membuat suasana kampus menjadi ricuh.
Para demonstran menuduh Menteri Perdagangan Gita Wirjawan sebagai dalang kebijakan impor dan kapitalisasi perdagangan yang memberatkan rakyat kecil.
‘’Menteri Perdagangan banyak menelurkan kebijakan-kebijakan yang pro-terhadap kapitalis asing seperti pergantian peraturan menteri perdagangan dalam rangka membuka keran impor di bidang keperluan nasional seperti garam, tekstil, makanan minuman, elektronik, besi, daging, jagung dan beras,’’ pekik Muklis, koordinator aksi.
Usai acara, aksi ratusan mahasiswa tak berhenti. Mereka mengejar mobil Toyota Alphard R1 23 yang membawa Menteri Perdagangan itu. Aksi mahasiswa ini yang akhirnya menimbulkan baku pukul antara demonstran dan petugas keamanan kampus.
Bicara Demokrasi dan Ekonomi
Sementara saat menyampaikan kuliah umum, Gita menyebutkan agar mampu bersaing dengan bangsa lain pada ASEAN Economy Community 2015, maka satu-satunya cara yakni meningkatkan produktivitas serta mencintai produksi dalam negeri. Dirinya angkat bicara soal demokrasi untuk menuju masa depan Indonesia yang lebih baik. Demokrasi harus berbicara dari rakyat untuk rakyat.
‘’Saya percaya akan prinsip itu. Demokrasi harus tetap dekat dengan rakyat,’’ katanya di hadapan mahasiswa dan staf pengajar Universitas Sumatera Utara (USU).
Gita menyampaikan bahwa, dalam demokrasi, suara mayoritas yang menjadi perhatian. Menurut calon presiden dari konvensi Partai Demokrat ini, suara minoritas juga harus diperhatikan. ‘’Begitu juga dalam ekonomi demokrasi di semua kalangan ada,’’ katanya.
Tatanan susunan orang yang bekerja di dalam pemerintahan tak ubahnya menentukan langkah perjalanan suatu bangsa. Harus turun rembuk bekerja sama dengan rakyat. Bukan saja sekadar turun tangan.
‘’Semua aspek itu jika bekerja sama akan membuat Indonesia lebih baik,’’ tuturnya.
Dirinya juga menantang mahasiswa Universitas Sumatera Utara memproduksi ponsel. Dirinya mengaku miris dengan ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap ponsel. Namun, di sisi lain ponsel buatan dalam negeri sama sekali belum diproduksi.
‘’Saya yakin mahasiswa USU mampu membuat ponsel, kenapa tidak kita produksi saja?’’ katanya.
Gita menyebutkan, ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap ponsel terlihat dari besarnya belanja yang dikeluarkan untuk membeli alat komunikasi tersebut. Angkanya sendiri, menurut Gita mencapai sekitar Rp260.000 triliun.
‘’Jumlah fantastis yang harus kita relakan berlalu dari Indonesia. Justru Indonesia tidak mendapat keuntungan secara maksimal,’’ ujarnya.
Ia juga sempat berkeluh kesah perihal mahalnya harga bawang putih di Indonesia. Produksi 20.000 ton dan keperluan sampai 400 ribu ton. Lalu 380 ribu ton itu bagaimana menanggulanginya.
‘’Kita harus impor. Dibanding terjadi inflasi. Saat ini kita hanya mampu memproduksi bawang putih diproduksi hanya 5 persen saja,’’ katanya.
Supaya harga bawang putih tidak mahal, lanjutnya, mari memproduksi bawang putih jangan hanya 5 persen saja.
Sementara ihwal tudingan demonstran itu, Gita Wirjawan sebelumnya telah memberikan jawaban. Gita tak ambil pusing dengan tuduhan beberapa orang yang menyebut dia berorientasi ekonomi neoliberal. Dia meminta publik melihat rekam jejaknya selama bekerja di Kementerian Perdagangan untuk menilai dia.
‘’Sampai sekarang saya belum jelas arti neolib itu apa. Saya orang pertama yang mengeluarkan aturan pembatasan jumlah minimarket tidak boleh lebih dari 150. Jika lebih, pemiliknya harus bermitra dengan pengusaha daerah,’’ kata Gita dalam pidato politiknya sebagai bakal calon presiden Partai Demokrat di kantor Komite Konvensi, Jakarta, Selasa 7 Januari 2014.
Gita termasuk salah satu peserta konvensi capres Demokrat yang paling agresif. Gita aktif berkampanye di media sosial seperti Twitter dan Facebook.
Gita yang pandai bermain piano pun rajin tampil bermusik dengan berbagai grup band tanah air. Terakhir Gita tampil bersama Slank. Kolaborasi antara Gita dan Slank membuat popularitas lulusan Universitas Harvard AS itu meroket di dunia maya.(mag-5/rpg/int/fia)