Pesawat Latih TNI AU Jatuh

Hukum | Sabtu, 07 Januari 2012 - 10:07 WIB

Pesawat Latih TNI AU Jatuh
Sejumlah petugas memeriksa pecahan pesawat jenis T-34 Charlie yang jatuh dan hancur di Dusun Jetis Desa Kedungsari, Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang, Jumat (6/1/2012). (foto: jpnn)

BANDONGAN (RP)- Sebuah pesawat latih milik TNI AU jenis Charlie dengan Nomor Latih Dasar (LD) 5D3417i jatuh di Dusun Jetis, Desa Kedungsari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, sekitar pukul 10.00, Jumat (6/1).

Pilot pesawat, Kapten (Pnb) Ali Mustofa, tewas seketika dalam kecelakaan tersebut. Berdasarkan keterangan saksi mata, pesawat meledak setelah menabrak pematang sawah dan terlontar berkeping-keping hingga 50 meter.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

‘’Dari arah selatan atau Sungai Progo pesawat sudah turun dan kemudian menabrak pematang sawah dan kemudian meledak. Karena meledak, pesawat seperti terlontar ke arah pepohonan bambu dan jati, baru kemudian jatuh ke tanah,’’ kata saksi mata Dulrohim, 50 tahun, warga Dusun Jetis, yang saat kejadian sedang mencangkul di sawah dekat pertama kali jatuh, Jumat (6/1).

Meski Dulrohim mengatakan mendengar ledakan sebelum pesawat terjatuh, dari pengamatan lapangan, tidak terlihat ada bekas-bekas terjadi kebakaran dalam kejadian tersebut.

Hanya terlihat beberapa pecahan badan pesawat seperti bagian sayap di sekitar sawah, tempat pertama kali jatuh.

Di sekitar tempat ditemukannya badan pesawat juga terlihat pepohonan atau daun yang terbakar. Hanya tercium bau bahan bakar yang menyengat. ‘’Iya, memang pesawat setelah jatuh tidak terbakar,’’ tutur Dulrohim.

Abdulrohim setelah menyaksikan pesawat jatuh dan meledak, tidak berani mendekat. Tapi memilih untuk langsung melapor ke aparat desa yang ditindaklanjuti laporan ke aparat polisi setempat. Aparat Polsek Bandongan langsung ke TKP untuk melakukan pertolongan.

Di bantu warga setempat, aparat mengevakuasi pilot yang diketahui sudah tewas di kokpit.  

“Kita mengevakuasi secara manual karena pilot masih terikat sabuk pengaman. Sabuk kita iris dengan menggunakan parang,” kata Brigadir Donny dari Polsek Bandongan yang pertama kali mengetahui pilot sudah tidak bernyawa.

Dony mengatakan, sebelum menolong pilot, ia belum berani mendekat pesawat yang jatuh sekitar 25 meter sebelah barat dari Sungai Progo karena masih bau aftur atau bahan bakar.

“Takutnya pesawat meledak. Namun setelah dirasa aman, kita baru berani mendekat,” katanya usai mengevakuasi korban.

Menurut Donny, sebelumnya ia tidak mengetahui kalau pilot masih terikat di kursi kabin karena keadaan pesawat yang sudah ringsek. Posisi pilot juga nyungsep ke tanah tertimpa badan pesawat.

Saat ia sedang mencari sumber bahan yang mudah terbakar seperti avtur, tiba-tiba tangannya menyentuh rambut pilot.

“Baru saya tahu kalau pilot masih berada di kabin dan posisi tertimpa pesawat. Setelah saya cek, ternyata sudah meninggal dunia. Dibantu warga, saya kemudian mengevakuasi korban,” imbuh Donny. Jenazah korban baru bisa dievakuasi pukul 11.00 WIB dan langsung di bawa ke Rumah Sakit Tentara (RST) Dr Soejono Magelang.

Potongan pesawat latih yang jatuh tersebut terbagi dalam tiga bagian besar. Yakni beberapa bagian sayap di sekitar sawah. Kemudian mesin dan kokpit di bawah rumpun pohon bambu, bersama jenazah Kapten Mustofa.

Bagian lain berupa roda, baling-baling dan bagian belakang pesawat ditemukan di antara sawah dan rumpun pohon bambu.

‘’Pesawat diperkirakan jatuh sekitar pukul 10.00 di persawahan dan rumpun bambu, tidak jauh dari Sungai Progo di Dusun Jetis, Kedungsari, Bandongan. Pesawat jatuh terpental dan tercecer bagiannya, ada di lima sampai enam lokasi yang berdekatan,’’ kata Komandan SAR Kabupaten Magelang, Heri Prawoto.  

Koordinator Basarnas, Prabowo, di lokasi mengatakan pesawat milik TNI AU Lanud Adisujipto itu baru selesai diservis dan Kapten Ali Mustofa sedang melakukan uji coba terbang.

Dari lokasi jatuhnya pesawat, ditemukan serpihan pesawat antara lain sayap dan bagian belakang di dua tempat di pinggir sawah dan bagian kokpit di bawah rumpun bambu.

Anggota Polsek Bandongan, Brigadir Doni yang mengevakuasi pilot dari lokasi mengatakan korban ditemukan di dalam cockpit. Untuk mengeluarkan jenazah harus membedah bagian cockpit.

‘’Jenazah baru bisa dievakuasi sekitar pukul 11.00 WIB dan langsung dibawa ke RST Magelang,’’ kata Doni.

Komandan Wing Pendidikan Terbang Akademi Angkatan Udara (AAU) Jogjakarta, Kolonel M Khairil Lubis, didampingi Kepala Dinas Personel TNI AU Lanud Adisutjipto M Syafii di lokasi jatuhnya pesawat, mengatakan pesawat itu dalam kondisi baik untuk terbang.

Pesawat latih berangkat dari Lanud Adisutjipto dengan pilot Kapten Penerbang Ali Mustofa (30) sekitar pukul 10.01 WIB untuk latihan rutin.

‘’Pihak TNI masih akan menyelidiki jatuhnya pesawat latih ini, dan untuk sementara waktu semua pesawat latih tidak terbang untuk diteliti,” kata Syafii.

Dia mengatakan timnya akan segera mengevakuasi serpihan pesawat buatan dari pabrik Beech Craft Corporation USA tahun 1976 itu dan terbang dengan misi terbang latihan proficiency rutin, untuk mengetahui penyebab jatuhnya pesawat tersebut.

‘’Semua pesawat yang diizinkan terbang tentu kondisnya bagus (layak terbang, red). Namun dengan adanya insiden itu kami akan mengevaluasi,’’ katanya.

Ratusan penduduk menyaksikan puing-puing pesawat latih. Hujan yang mengguyur Jumat siang tidak menyurutkan penduduk untuk menyaksikan pesawat nahas tersebut. Mereka berduyun-duyun melewati pematang sawah untuk menuju lokasi jatuhnya pesawat. Sejumlah anggota TNI dan Polri mangamankan lokasi yang telah dipasang garis polisi.

Petugas melarang warga menyalakan rokok di sekitar jatuhnya pesawat karena dikhawatirkan dapat menimbulkan kebakaran karena bahan bakar pesawat atau avtur berceceran di lokasi kejadian dengan bau menyengat.

Kapten Pnb Ali Mustofa merupakan pria kelahiran Tuban tahun 1979.

Setelah mengikuti Sekbang tahun 2002, ia ditempatkan di Skadron Udara 7 Lanud Suryadarma, kemudian di Skadron Udara 8 di Lanud Atang Senjaya Bogor, Jawa Barat.

Sebelum menjadi Instruktur Penerbang di Wingdik Terbang Lanud Adi Sucipto Yogyakarta, almarhum yang meninggalkan seorang istri itu, sempat bertugas sebagai Kasubsibinlambangja Silambangja Siops Skadron Udara 8 Lanud Atang Senjaya Bogor.(dem/rdl/jpnn)  









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook