PALEMBANG (RP) - Aksi illegal tapping di jalur pipa distribusi Pertamina Tempino-Plaju akhirnya memakan korban.
Lima orang tewas sementara 15 lainnya mengalami luka bakar di atas 30 persen, mereka terpanggang kepungan akibat kebakaran yang terjadi di lokasi kebocoran, tepi Jalintim Palembang-Jambi, Km 203, RT 12, RW 01, Srimaju, Kelurahan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Rabu (3/10) sekitar pukul 05.30 WIB.
Ironisnya, para korban yang terbakar rata-rata terduga pelaku penjarahan minyak mentah yang tumpah dari aksi illegal tapping di pipa pertamina.
Bagaimana ceritanya? Informasi yang dihimpun peristiwa bermula ketika sejumlah warga mendengar ada informasi pipa yang bocor dan menumpahkan minyak di lokasi beberapa saat sebelum kejadian.
Selang beberapa waktu kemudian, puluhan warga dengan peralatan ember, jerigen hingga tedmon mendatangi lokasi untuk menjarah minyak.
‘’Saya datang beberapa saat sebelum kejadian, saya cuma di luarnya saja mengambil minyak tidak sampai masuk ke dalam. Tadinya dapat kabar ada pipa bocor, lantas saya sama istri saya datang untuk mengambil minyak guna dijual lagi,’’ kata Sukri (23), salah seorang korban saat menjalani perawatan di RSUD Bayung Lencir kepada JPNN.
Tiba-tiba ia mendengar ada suara seperti ledakan dan api langsung membesar menyambar semua yang ada. ‘’Ada sekitar 30-an lebih warga yang mengambil minyak.
Untungnya saya di luar, jadi masih sempat melarikan diri dengan menggandeng tangan istri saya,’’ ujarnya.
Naas, sang istri terjatuh saat melarikan diri dan langsung dijilat api.
‘’Karena posisi sedang menggenggam tangan istri jadi saya ikut jatuh, cuma yang terbakar kaki saya. Jadinya saat keluar saya langsung minta tolong dan berguling-guling memadamkan api yang membakar saya dan istri saya,’’ kata Sukri yang bersama istrinya kemudian dirujuk ke RS di Jambi.
Yeni, korban lainnya menceritakan ia sempat mendengar suara seperti gemuruh berbarengan dengan timbulnya api besar.
‘’Apinya berasal dari belakang dekat Bengkel pak, kemudian langsung menyebar seperti kompor. Yang di dalam tidak bisa keluar, saya untung cuma diluar, tapi saat lari kaki saya jatuh di parit hingga kena api,’’ terang Yeni saat dirawat di RSUD Bayung Lencir.
Data di RSUD Bayung Lencir jumlah korban yang masuk ke RSUD 17 orang. Mereka masing-masing Sunarto (30), Rosdiana (29), Paldiyanto, Sandi (28), Sukri (23), Arsandi (35), Joni (12), Rebo (60), Andriyubara (24), Hanisa (70), Aprilasi (13), Sauri (40), Yeni, Randikal, semuanya warga sekitar TKP terutama RT 11, Kelurahan Bayung Lencir, lalu Ahmad Sukri (23) dan Rokia (21) keduanya warga Simpang Bayat serta Agus, warga Pagar Desa.
‘’Dua dibawa ke RS MMC Jambi atas nama Sauri dan Agus, informasi yang kita terima satu korban tewas, kalau melihat kondisinya kemungkinan korban Agus karena luka bakarnya hampir 100 persen, kemudian yang lainnya di rujuk ke RS DKT Jambi, informasi yang kita dapat satu korban atas nama Andriyubara meninggal dunia, yang bersangkutan juga mengalami luka bakar 100 persen,’’ ujar Dirut RSUD Bayung Lencir dr Joko Satria.
Nasib lebih tragis dialami tiga korban lainnya, mereka terkepung api dan jasadnya baru bisa dievakuasi lima jam setelah kejadian. Kondisinya mengenaskan, satu posisi mengangkang dengan hanya tersisa kepala, badan, sebagian tangan dan kaki dalam kondisi menghitam seperti terpanggang berjenis kelamin laki-laki, kemudian seorang korban berjenis kelamin perempuan dan tertimpa kayu, kondisinya hampir serupa.
Nah, yang terakhir tidak jauh dari jasad korban pria pertama ada ditemukan serpihan dan sisa tulang belulang menempel dibatang karet.
Tidak ada tersisa kecuali tulang, proses identifikasi saat ini sedang dilakukan pihak forensik, namun sudah ada klaim dari sejumlah keluarga.
Jasad pertama, menurut Supriyadi, warga Srimaju dikenali sebagai Egi Febrianto (18) keponakannya.
Ia dikenali dari bentuk fisik, terutama bibir serta ditemukannya kunci motor Honda Supra Fit ditubuh korban yang cocok dengan sepeda motornya.
Berikutnya dikenali sebagai Kartini (45) juga warga Srimaju, ia dikenali oleh keluarganya dari cincin merah yang dikenakan di jari manis tangan kanannya.
Seorang lagi belum bisa dipastikan, namun menurut ketua RT 11, Muryono ada warganya yang melaporkan kehilangan anak atas nama Ahmad Andi Ghalif (14).
‘’Kami sudah cek, tapi karena tinggal tulang kami tidak berani mengklaim apakah itu Ahmad atau bukan. Hanya sampai saat ini cucu kami menghilang sejak kejadian kebakaran,’’ kata Maryati nenek Ahmad kepada wartawan yang menjumpainya.
Akibat Sabotase
Informasi yang dihimpun JPNN, kejadian ini diduga berawal dari pipa Elnusa sedalam 1 meter bocor dari klem yang sengaja dibuat oleh pelaku illegal tapping.
Minyak tersebut lantas dialirkan ke parit buatan ke sumur-sumur di tengah hutan karet.
Setelah itu, baru minyak mentah dimasukkan ke dalam drum dan diangkut pakai mobil. Ledakan diduga dipicu oleh warga yang merokok di sekitar pipa yang bocor.
Roberth MV, Kepala Humas PT Pertamina Unit Pemasaran II menegaskan, kebocoran pipa akibat sabotase dan pencurian minyak dari pelaku pencurian crude oild. Lokasi di Bayung Lencir, Muba pada titik 219,300 Km pipa.
‘’Pemompaan crude sudah distop pukul 06.10,’’ ujarnya.
Rumah Sakit Kewalahan
Pantauan JPNN, kejadian ini menjadi perhatian serta menimbulkan kepanikan luar biasa di Bayung Lencir, terutama di RSUD Bayung Lencir tempat pertama kali para korban dilarikan. Seluruh ruang UGD, instalasi perawatan, observasi sesak oleh pasien dengan luka bakar rata-rata hampir di sekujur tubuh.
Jeritan perih terdengar bersahutan, ‘’Ya Allah, Ya Allah ampun tidak lagi, tidak lagi, sakitnyo ya Allah,’’ ujar salah satu korban saat di ruang observasi.
Pihak rumah sakit juga kewalahan karena minimnya fasilitas, petugas terpaksa merujuk hampir seluruh korban yang selamat ke RS di Jambi.
‘’Kita tidak ada instalasi serta ruang isolasi di sini. Padahal rata-rata di atas 40 persen semua. Karenanya kita rujuk semua, problemnya ambulans kita cuma dua, dan satu sudah dibawa ke Sekayu merujuk pasien lain,’’ jelas Dirut RSUD Bayung Lencir Dr Joko Satria.
Proses evakuasi merujuk para korban juga berlangsung dramatis. Camat Bayung Lencir Demoon Hardian Eka Suza mengerahkan seluruh angkutan yang ada membawa korban, baik mobil dinas, mobil jenazah kecamatan serta bantuan dari kecamatan Tungkal Jaya sebagai kecamatan terdekat.
Di bagian lain, api terus berkobar sejak kejadian. Tumpahan yang masih ada mengalir dari pipa membuat api sulit dipadamkan.
Padahal, sudah dikerahkan petugas pemadam baik dari PT Elnusa Palembang dan Jambi, PT Pertagas, Conoco Philips masih sulit menaklukkan api.
Sempat dikendalikan dan padam sekitar pukul 11.00 WIB hingga memberi waktu petugas identifikasi melakukan evakuasi korban yang tewas di lokasi.
Beberapa saat api berkobar hebat lagi, foam disemburkan terus hingga akhirnya padam sekitar pukul 14.00 WIB.
Insiden kebakaran maut tersebut memantik perhatian ribuan warga yang memadati lokasi.
Selain itu, arus lalu-lintas di Jalintim nyaris lumpuh dari pagi hingga akhirnya mencair menjelang petang. Kemacetan bahkan sempat terjadi hingga 7 Km mulai dari Simpang Bayat hingga ke Jembatan Bayung Lencir.
Jajaran kepolisian dibantu TNI dikerahkan mengamankan lokasi, melakukan olah TKP dan mengatur arus lalu-lintas.
Petugas memasang police line di lokasi kejadian, selain itu melakukan penyisiran di lokasi dan menemukan sejumlah bukti mulai sisa penjarahan minyak serta korek api.
Tampak hadir di lokasi sejumlah petinggi kepolisian mulai dari Direskrimsus Kombes Pol Raja Haryono lalu Dirpamobvit Kombes Pol Suyata, lalu Kapolres Muba AKBP Toto H Wibowo.
Selanjutnya beberapa saat kemudian hadir Wakil Bupati Muba Beni Hernedi bersama kepala dinas dan staf, terakhir tiba Pangdam II Sriwijaya Mayjend TNI Nugroho Widyotomo dan jajaran.(kur/air/ila)