Seluruh RSBI Tak Layak

Hukum | Rabu, 04 Januari 2012 - 10:29 WIB

JAKARTA (RP) - Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Suyanto menyatakan, sekolah berstatus Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Indonesia belum layak untuk menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).

Alasannya, kualitas SDM para pengajar di RSBI masih buruk, meski berlabel internasional.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

“Semua belum layak. Tapi gradasinya beda. Ada yang semuanya belum layak, ada yang dari sisi komposisi dan kompetensi gurunya. Kemudian kurikulumnya. Kelemahan utamanya di SDM gurunya. Semangat pemerintah kan guru RSBI itu S2, tapi banyak RSBI yang belum memenuhi standar itu,” ungkap Suyanto ketika ditemui di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Selasa (3/1).

Oleh karena itu, terang Suyanto, hal itu menjadi salah satu alasan utama pemerintah untuk tidak menambah jumlah RSBI. Saat ini diketahui, ada sekitar sebanyak 1100 unit RSBI yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Tetap tidak ada RSBI baru. Yang sudah ada diperbaiki kurikulum, programnya, prosesnya, rekrutmennya, manajemennya sehingga sesuai dengan permintaan masyarakat,” paparnya.

Dikatakan, sebenarnya masyarakat keberatan dengan keberadaan RSBI karena masalah pembiayaan yang tinggi.

Namun menurutnya, hal itu hanya terjadi di Jakarta. Mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini mengatakan, di daerah lain justru banyak RSBI yang gratis atau tidak memungut biaya operasional pendidikan.

“Sebenarnya, masyarakat itu hanya menyorot masalah bayarnya saja kan? Itu yang mahal itu tidak di seluruh Indonesia, tapi hanya di Jakarta saja. Yang gratis sebenarnya juga banyak. Contohnya, di Surabaya, Nunukan, dan Sulawesi Selatan, itu karena memang ada Perdanya,” paparnya.

Ditegaskan lagi, pemerintah sangat hati-hati dalam rencana menaikkan status RSBI menjadi SBI.

Pemerintah harus memperbaiki semua komponen di dalam RSBI tersebut sehingga mampu menjadi SBI yang baik ke depannya.

Kita kan tidak salah punya sekolah yang bersifat pusat kecemerlangan. Jadi, itupun juga bisa mencegah anak-anak bersekolah di luar negeri.

Sekarang ini sifatnya rintisan menuju SBI. Kalaupun ada diskriminasi atau kasta, memang ada. Tapi, kasta dari sisi akademik,” imbuhnya.(cha/ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook