Kemenag: 1 Ramadan Berpeluang Berbeda

Hukum | Rabu, 03 Juli 2013 - 11:59 WIB

JAKARTA (RP) - Kemen­terian Agama (Kemenag) su­dah menetapkan sidang isbat penetapan 1 Ramadhan 1434 H/2013, Senin (8/7) men­datang. Jika pada malam itu, tim pemantau rukyah dapat melihat hilal atau bulan, ber­arti pemerintah menetapkan 1 Ramadhan jatuh pada 9 Juli. Sebaliknya, jika tidak melihat hilal, berarti 1 Ramadan di­mulai 10 Juli. 

Direktur Jenderal Bim­bi­ngan Masyarakat (Dirjen Bimas) Islam Kementerian Agama (Ke­menag), Abdul Ja­mil menu­turkan, pemerintah menggelar sidang isbat menga­cu pada dua pertimbangan. “Yakni pertim­bangan hisab (perhitungan) dan pertim­bangan rukyah (pe­nga­matan bulan),” kata mantan rektor IAIN Wali Songo Sema­rang, kemarin.

Dia menuturkan sidang isbat ini diikuti oleh anggota Ba­dan Hisab dan Rukyah (BHR) yang diketuai Menteri Agama.

Pemerintah meng­gunakan dua pertimbangan itu un­tuk mengakomodir keyakinan umat Islam. “Kita tidak mem­per­tim­bangkan ormas. Tetapi mur­ni mempertimbangkan umat. Ka­re­na yang berpuasa itu umat,” katanya.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Dalam pertimbangan hisab atau perhitungan, sudah bisa diprediksi bahwa 1 Ramadhan jatuh pada Selasa 9 Juli pekan depan. Ormas Muhammadiyah, yang selalu menggunakan per­tim­bangan hisab untuk menen­tukan kalender Islam, termasuk 1 Ramadhan dan 1 Syawal, sudah menetapkan bahwa awal puasa jatuh pada 9 Juli depan.

Jamil menegaskan, sidang isbat yang digelar pemerintah tidak hanya menetapkan 1 Ra­madhan berdasarkan hisab, tetapi juga rukyah. Jadi peme­rintah belum menetapkan 1 Ramadhan sebelum hasil sidang isbat keluar. Jamil menegaskan bahwa pada 8 Juli nanti tim rukyah akan disebar oleh selu­ruh kantor wilayah (kanwil) Keme­nag di seluruh provinsi. Upaya ini diambil supaya keaku­rasian memantau atau melihat hilal bisa dipertang­gung­ja­wab­kan.

Seandainya nanti 1 Ra­mad­han digelar berbeda di Indonesia, Jamil mengatakan ma­sya­rakat harus bisa menjaga per­satuan atau ukhuwah. Ke­pada para tokoh-tokoh agama, Jamil meminta tidak malah mem­peruncing perbedaan penetapan 1 Ramadhan ini. Sebaliknya dia meminta para tokoh agama, seperti dai dan lain-lainnya untuk menyambut Ramadhan dengan penuh khidmat dan dengan rasa persatuan.

Ketua Komisi VIII DPR (bi­dang keagamaan), Ida Fauziyah mengatakan, perbedaan pene­tapan hari-hari besar Islam di Indonesia tidak hanya terjadi tahun ini saja. “Fenomena ini sudah sering terjadi. Jadi tidak perlu diperdebatkan,” katanya. Yang terpenting baginya adalah, masyarakat bisa menjalankan ibadah puasa dengan tenang.

Seperti ramai diberitakan, penetapan 1 Ramadhan tahun ini di Indonesia bakal muncul dua versi. Pihak Muham­ma­diyah sudah memastikan 1 Ra­madhan jatuh pada 9 Juli. Se­dangkan hampir bisa dipas­tikan pemerintah dan NU me­mulai 1 Ramadhan pada 10 Juli. Mes­kipun 1 Ramadhan ada per­bedaan, tetapi pada 1 Syawal atau lebaran nanti diprediksi bakal serentak, 8 Agustus.(jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook