Pesawat Latih Jatuh, Siswi Asal Pekanbaru Selamat

Hukum | Selasa, 03 Juli 2012 - 08:51 WIB

Laporan JPNN, Kuningan dan Adrian Eko, Pekanbaru redaksi@riaupos.co.

Kecelakaan maut di dunia dirgantara Indonesia kembali terjadi. Kali ini menimpa sebuah pesawat latih milik Aero Flyer (anak usaha Batavia Airlines) jenis Cessna 175 PK-HAL yang jatuh di bibir Sungai Cijurey Kampung Patapan Desa Sukadana Kecamatan Ciawigebang, Kuningan, Jawa Barat, Senin (2/7) sekitar pukul 14.30 WIB.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Satu orang pilot tewas dan dua siswi penerbangan mengalami luka parah. Salah seorang di antaranya, Rara Paramitha (27), merupakan warga Pekanbaru.

Korban tewas yakni Capten Drs Heru Fahrudin warga Sidoarjo, Jawa Timur. Nur Fitriani Fatimah (22) warga Jakarta mengalami luka patah tulang belakang, kaki dan tangan.

Sementara Rara —yang orangtuanya tinggal di Perumahan Griya Cemara Asri, Jalan Purwodadi, Tampan, Pekanbaru— mengalami luka patah tulang kaki, lengan kanan, kepala dan luka di wajah.

Informasi yang diperoleh Riau Pos dari adik Rara, Rinai Bening Kasih, sang kakak sudah mulai siuman dan masih dirawat RS Wijaya Kusumah. Malam tadi, ibundanya Luzi Diamanda sedang menuju ke tempat kakaknya dirawat.

‘’Informasi terakhir dari abang, kakak sudah siuman sekitar pukul 22.30 WIB. Sekarang kakak sedang dirawat di sana, sampai di sana saja informasinya yang didapat,’’ terang Rinai Bening Kasih yang dijumpai Riau Pos di rumahnya, Senin (2/7) malam.

Diceritakan Rinai, kakaknya tersebut sebelumnya adalah seorang pramugari di maskapai penerbangan Batavia Air. Namun sejak tahun 2010 dia mendapatkan beasiswa untuk menjadi penerbang di Aero Flyer Institute dan baru tahun ini bisa menerbangkan pesawat.

Terkait dengan jatuhnya pesawat yang membawa kakaknya tersebut, Rinai mengkau sudah tahu duluan sebelum dimunculkan dalam pemberitaan.

Pasalnya, berdasarkan pengakuannya, Rara sempat berbicara kepada ibunya jika pesawatnya jatuh. Namun terputus dan handphonenya kembali tidak aktif ketika dihubungi.  

Sementara itu, informasi terakhir yang didapat dari Luzi saat dihubungi Riau Pos malam tadi, dia sedang dalam perjalanan menuju ke tempat anaknya dirawat. Karena sinyal yang kurang baik, hubungan seluler tidak bisa maksimal. Terakhir Luzi hanya bisa menjawab dengan pesan pensek (SMS) singkat.

‘’Kak masih dalam perjalanan ke Cirebon. Rara dirawat di RS sana jadi belum jumpa. Terimakasih ya,’’ bunyi SMS yang diterima dari Luzi.

Tabrak Tiang Listrik

Informasi yang diperoleh JPNN, pesawat bertolak dari Bandara Penggung pukul 14.00 WIB menuju Losari. Ketika melalui Kampung Patapan yang memiliki dataran rendah, pesawat menabrak kabel listrik bertegangan tinggi dari arah selatan.

Tak kuasa mengendalikan kemudi, pesawat pun oleng dan tersungkur di sungai yang mengering dengan posisi terbalik.

‘’Terbangnya rendah sekali, kalau diukur paling tiga meter. Saya sudah teriak jangan terlalu rendah, ada kabel. Tapi mungkin karena bising oleh suara mesin, teriakan saya tidak terdengar,’’ tutur salah seorang saksi mata, Rajim (55), warga Patapan yang tengah duduk di saung.

Entah karena pandangan terhalang ataupun terdapat kerusakan pada mesin, pesawat yang ditumpangi tiga penumpang itu menabrak kabel bertegangan tinggi.

Bagian ekor pesawat tersangkut hingga membuat kabel terputus. Pesawat pun oleng tak tentu arah. Kendati pilot berusaha mengendalikan kemudi namun akhirnya tetap terjatuh.

‘’Ketika saya dan warga lainnya menghampiri tempat kejadian, posisi pesawat itu terbalik dengan ban berada di atas. Oleh kami pesawat tersebut dibalikkan karena ingin segera mengeluarkan korban dari dalam pesawat yang tergencet kursi,’’ tuturnya lagi diamini warga lainnya.

Rajim mengaku kesulitan saat mengeluarkan Heru, korban yang tewas. Sebab saat itu badannya benar-benar terhimpit badan pesawat yang remuk. Sedangkan dua korban luka tidak terlalu sulit dikeluarkan. Proses evakuasi itu pun baru bisa dilakukan setelah badan pesawat dibalikkan dengan menggunakan peralatan seadanya. Rajim ingat betul wajah dua siswi tadi belepotan pasir sungai bercampur darah.  

Oleh warga dibantu aparat kepolisian setempat, dua korban luka langsung dibawa ke rumah penduduk yang jaraknya sekitar 500 meter. Keduanya mengerang kesakitan lantaran kaki, lengan dan punggung mengalami patah tulang. Satu per satu mereka dievakuasi menggunakan mobil pickup dan mobil dinas camat setempat.

Pantauan JPNN, kondisi pesawat memang benar-benar remuk. Sayap dan ekor pesawat pun patah. Di dalam pesawat masih terdapat darah segar korban yang belum sempat dibersihkan.

Jenazah Heru saat itu masih direbahkan di samping pesawat yang ditutupi kain. Namun terlihat jelas lengan kanan korban sudah lunak pertanda patah tulang sangat parah.

Menurut keterangan Rajim dan dua warga setempat lainnya, Samhuri dan Asmadi, kampungnya itu memang kerap dilintasi pesawat latih. Dalam setiap minggunya selalu saja ada pesawat yang sekadar melintas atau memutar-mutar. Bahkan sehari sebelum kejadian, mereka sempat melihat pesawat serupa latihan terbang di daerah tersebut.

Kampung Patapan memang dinilai cukup strategis untuk berlatih pesawat. Datarannya rendah dan di situ terdapat sungai Cijurey yang mengering karena musim kemarau.

Sehingga dari lebar sungai puluhan meter, hanya beberapa meter saja yang terisi air. Sungai yang dikenal juga dengan sebutan Cibatu itu merupakan batas antara Kuningan dan Cirebon. Tepatnya Kampung Lojikawung Desa Karangwuni Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon.

Dari penuturan warga, pesawat yang jatuh itu datang dari arah barat. Lalu berbelok ke arah selatan kemudian memutar ke arah utara. Pada saat itulah pesawat menabrak kabel tegangan tinggi yang melintang dari barat sampai ke timur. Awalnya ketinggian kabel tersebut hanya beberapa meter saja.

Lantaran khawatir menyentuh arus sungai maka pihak PLN meninggikan tiang listrik hingga belasan meter. ‘’Lihat saja sekarang kabelnya sudah ngambai (jatuh ke bawah terputus, red). Dalam beberapa malam ini dipastikan kampung kami gelap gulita,’’ ujar Rajim dan Samhuri.

Kapolres Kuningan, AKBP Wahyu Bintono SIK MH yang datang ke lokasi kejadian saat dikonfirmasi belum bisa memastikan penyebab jatuhnya pesawat. Hal itu menurutnya masih proses penyelidikan. Dan itu sudah menjadi kewenangan tim ahli dalam menyelidikinya.

‘’Kita tunggu tim ahli dalam menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat. Kewajiban sekarang adalah melakukan langkah awal dengan mengevakuasi korban dan melakukan pengamanan TKP. Yang melakukan investigasinya nanti ada ahlinya,’’ tegas Wahyu didampingi Wakapolres Kompol Asep pujiono dan Kabag Ops Kompol H Taufik Asrori.

Dia mengakui jika daerah tersebut berbatasan dengan Cirebon. Dirinya pun mengakui setelah melakukan konfirmasi pada Danpos Penggung, pesawat memang take off dari Penggung.

Wakil Bupati Kuningan H Momon Rochmana yang juga tengah berada di TKP merasa prihatin atas musibah yang terjadi. Pihaknya berdoa semoga pihak keluarga korban diberikan kekuatan batin. Ia mendoakan pula semoga dua korban luka bisa segera pulih. Upayanya dalam memberikan bantuan dengan memfasilitasi perawatan korban di rumah sakit daerah.

Dalam kesempatan itu, Momon memberikan apresiasi tanggapannya penanganan aparat kepolisian, TNI dan juga masyarakat. Selanjutnya koordinasi dengan Bandara Penggung hendak dilakukan terutama kaitan dengan jalur penerbangan. Karena selama ini pihaknya mengaku kurang mengetahui aturan penerbangannya.

Di TKP, sejumlah aparat dan pejabat terlihat sibuk. Mulai dari Polsek Ciawigebang, Polres Kuningan, Koramil setempat, Kodim 0615, BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) serta Satpol PP. Bahkan terlihat pula Sekda Drs H Yosep Setiawan MSi di TKP.

Tiga korban tadi langsung dievakuasi satu persatu. Diawali dengan Rara dengan menggunakan mobil pick up menuju RS Wijaya Kusumah. Dilanjutkan dengan Nur Fitriani ke RSUD 45 Kuningan. Namun karena lukanya cukup parah maka dirujuk ke RS Mitra Plumbon. Sementara jenazah Heru hingga petang masih di kamar mayat RSUD 45.

Kepala Bandara Penggung Cakra Buana, Emil Taufik sempat mendatangi kedua rumah sakit tersebut. Saat dikonfirmasi wartawan, dirinya menjelaskan bahwa pada saat pesawat berangkat berada dalam kondisi baik. Kontak terakhir dengan pilot, saat itu hendak putar arah pulang ke Penggung yang melalui Losari.

‘’Pesawat saat berangkat dalam kondisi normal, dan tidak mengalami gangguan. Kami sendiri belum tahu penyebab jatuhnya pesawat,’’ kata Emil.

Sementara itu, Kepala Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan Bambang S Ervan menuturkan, pihaknya telah mendapat informasi mengenai jatuhnya pesawat latih di Kuningan Jawa Barat petang kemarin.

Tidak sulit untuk mengetahui posisi jatuhnya pesawat Cessna 172 PK-HAL milik sekolah penerbangan Aero Flyer (anak usaha Batavia Airlines) tersebut karena memiliki alat yang akan menyala secara otomatis jika terjadi kecelakaan. ‘’Yaitu ELT (Emergency Locator Transmitter) yang bisa menjadi petunjuk untuk mengetahui lokasi kejadian,’’ ujarnya.

Melalui cara itu terdeteksi signal Distress ELT (emergency locator transmitter) pada posisi 06 53 35 S-108 36 02 E. Selanjutnya dari koordinat tersebut, diketahui posisi jatuhnya pesawat latih tersebut ternyata di Dusun Parapan, Desa Sukadana, Kecamatan Ciawi Gebang, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Tim SAR dan pihak Kepolisian terdekat langsung diterjunkan ke lokasi untuk melakukan tindakan seperlunya. ‘’Masyarakat sekitar juga langsung menolong,’’ tuturnya.

Dari informasi yang ia peroleh, pesawat latih itu ditumpangi tiga orang yaitu instruktur Capten Heru dan dua siswi pilot wanita atas nama Rara Paramitha dan Nur Fitriani Fatimah.

Meski jatuh di tanah yang agak rata namun kondisi pesawat dikabarkan cukup parah. Setelah dilakukan evakuasi dan penyelamatan, diketahui bahwa satu orang penumpang meninggal dunia di lokasi kejadian. ‘’Instrukturnya yang meninggal, sementara dua orang siswinya dalam kondisinya kritis,’’ kata Bambang.

Diketahui bahwa pesawat latih tersebut sebelumnya terbang dari Bandara Penggung, Cirebon untuk latihan rutin mengitari wilayah udara Cirebon dan Kuningan.

Lokasi jatuhnya pesawat itu sekitar 60 kilometer dari Bandara Penggung. Hingga saat ini, kata Bambang, pihaknya belum mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai penyebab jatuhnya pesawat latih itu.

Sebab ia berdalih pihak yang berwenang menyimpulkan penyebab kecelakaan itu adalah Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). ‘’Investigator KNKT yang akan mengecek dan mencari bukti-bukti penyebab kecelakan itu,’’ jelasnya. (wir/ded/jpnn/eko)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook