ACT BUKA MEDIA DAN CRISIS CENTER

Redam Konflik Kemanusiaan di Wamena

Hukum | Rabu, 02 Oktober 2019 - 22:05 WIB

Redam Konflik Kemanusiaan di Wamena
Senior Vice President ACT, Imam Akbari (paling kiri) mengatakan bahwa ACT telah membuka Media dan Crisis Center untuk meredam konflik kemanusiaan di Wamena (Marieska Harya Virdhani/JawaPos.com)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Konflik kemanusiaan yang terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, telah menyebabkan duka mendalam bagi bangsa Indonesia. Kendaraan dan gedung hancur, puluhan orang luka-luka, dan sampai jatuh korban jiwa. Sementara ribuan warga memilih mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) merespons kondisi di Wamena dengan membuka Media & Crisis Center di berbagai wilayah yakni Jakarta, Makassar, Padang, Surabaya, dan wilayah lainnya. Itu wadah untuk memberikan informasi akurat kepada publik sekaligus menjadi tempat pengaduan orang hilang serta penerimaan donasi. Selain itu, Media dan Crisis Center ini juga bertujuan untuk meminimalisasi kabar hoaks yang beredar.


Presiden ACT, Ibnu Khajar mengatakan, Media & Crisis Center yang dibuka di kantor ACT akan menjadi pusat informasi untuk seluruh lapisan masyarakat terkait informasi terkini tentang Wamena. Melalui Media & Crisis Center, publik dapat berkomunikasi dan saling bertukar informasi yang berkaitan dengan krisis kemanusiaan yang terjadi di Wamena, Papua.

“Tujuan kami mengadakan ini yaitu penyebarluasan informasi untuk kebutuhan publik dan sebaliknya, menampung informasi yang valid dari tim lapangan untuk disebarluaskan,” ungkap Ibnu dalam konferensi pers Rabu (2/10).

Media & Crisis Center yang telah dibuka di berbagai wilayah dapat menjadi rujukan berbagai pihak. Hal ini karena setiap harinya akan ada pembaruan informasi tentang pengungsi, korban, bantuan yang diperlukan hingga eksodus yang terjadi di Papua, khususnya Wamena.

Sejalan dengan adanya Media & Crisis Center, Ibnu mengajak kepada seluruh elemen masyarakat untuk saling berkumpul sebagai sebuah bangsa dan membangun Wamena kembali seperti semula.

”Kami sampaikan bahwa saat ini bukan lagi saatnya saling menghujat, bukan lagi saling menyalahkan, sudah saatnya kita saling berkumpul sebagai sebuah bangsa. Apabila kita tidak bisa hadir langsung untuk saudara-saudara kita di sana, kita bisa mengirimkan bantuan. Bantuan hadir sebagai sebuah bukti kepedulian,” kata Ibnu.

Direktur Komunikasi ACT Lukman Azis menambahkan, hingga saat ini Media & Crisis Center telah dibuka ACT di berbagai titik dan terus menyusul di lokasi lainnya. Data-data yang ada di Media & Crisis Center ACT langsung dilaporkan oleh tim tanggap darurat di Papua saat ini.

”Kami akan memberikan data terkini dari lokasi lapangan mengenai jumlah korban wafat, jumlah pengungsi, jumlah warga yang eksodus serta bantuan yang dibutuhkan. Selain itu, Kami membuka kesempatan bagi media untuk berdialog secara langsung dengan tim lapangan ACT di Media & Crisis Center,” kata Lukman.

Kondisi terkini di dua titik krusial, ACT teIah menyediakan Dapur Umum yang mampu memproduksi 1.000 porsi makanan setiap harinya. Dua ton beras juga telah didistribusikan beserta daging dari lima ekor sapi di tiga titik wilayah.

Emergency Konflik Sosial

Senior Vice President ACT, Imam Akbari menjelaskan pihaknya terus berkoordinasi dengan banyak pihak untuk membantu para korban di tanah Papua. Imam menegaskan ketika bicara konflik kemanusiaan, maka tidak memandang siapa korbannya dan apa latar belakangnya. Paling utama adalah kegawatdaruratan dan distribusi bantuan.

“Sekali lagi ACT enggak mungkin bekerja sendiri bicara Wamena, Papua. Bukan kali ini saja kami bekerja di tanah Papua. Beberapa waktu lalu ada gempa Nabire, longsor Wasior, kelaparan di Yahukimo, lalu masalah kelaparan di Asmat kami juga bergerak. Paling rentan jika bicara konflik kemanusiaan. Kita harus punya keterpanggilan. ACT bagian dari anak bangsa,” papar Imam.

Imam menyebut masalah di Wamena adalah emergency yang harus secepatnya ditangani. Dia mengajak siapapun untuk ikut tergerak dalam membantu masalah kemanusiaan.

“Kami sampaikan, kami tak melihat siapa yang harus kami bantu. Ketika ada korban. Kami berupaya tak klasifikasikan ini orang mana dan dari mana. Ketika jadi korban, siapapun mereka mengalami terdampak peristiwa yang tak diinginkan. Maka kita bantu ini persoalan emergency kemanusiaan. Kami mengajak kita semua, utk terus jaga Idonesia dan ini bagian dari amanah konstitusi. Dalam rangka emergency yang terpenting adalah pelayanan, penyelamatan, dan evakuasi,” tegas Imam.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook