Tren Berobat ke Luar Negeri Disesalkan

Hukum | Kamis, 02 Agustus 2012 - 16:13 WIB

JAKARTA (RP) - Keprihatinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terhadap banyaknya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri mendapat dukungan dari Politisi PKS, Indra. Anggota Komisi IX DPR tersebut mengatakan bahwa keprihatinan itu tidak memberikan makna apa-apa jika sekadar omongan saja. Menurut Indra, pemerintah harus serius berkomitmen dalam bentuk program-program kongkrit meningkatan kualitas dokter, paramedis, serta kualitas pelayan rumah sakit dalam negeri.

"Kementrian Kesehatan harus mampu menjawab persoalan seperti sering terjadinya salah diagnosa, malpraktik," katanya, Kamis (2/8).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Ia prihatin dengan sedikitnya jumlah rumah sakit yang memiliki peralatan medis yang memadai, peralatan medis yang kurang canggih dan modern, biaya pengobatan yang tidak lebih murah dari di luar negeri.

Menurut dia, sebenarnya kemampuan para dokter Indonesia juga tidak kalah dengan para dokter di luar negeri. "Namun karena kurangnya perhatian dan dukungan pemerintah, sehingga banyak skill para dokter tersebutkurang teroptimalkan dan kurang terasah," katanya.

Anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) di DPR, itu menegaskan, yang tak kalah penting adalah imbauan SBY harus dibarengi dengan bentuk ketauladanan yang nyata dari presiden sendiri, para menteri, dan pejabat negara lainnya. "Tentunya imbauan SBY  akan menjadi sangat hambar dan paradoks dengan kenyataan bahwa belum lama ini atau sekitar pertengah Juni 2012 lalu Ibu Negara (Ani Yudhoyono) justru berobat ke Amerika Serikat. Dan selain itu juga sering kita dengar dan menjadi tren bagi pejabat di negeri ini untuk berobat di luar negeri," bebernya.

Dengan demikian, kata dia, tanpa pembenahan dan peningkatan kualitas pelayan rumah sakit serta tanpa ketauladanan yang nyata dari SBY, para menteri,  para pejabat negara lainnya, maka imbauan SBY tersebut hanya akan menjadi angin lalu bagi masyarakat Indonesia.

"Jadi pada akhirnya negeri kita menjadi sangat ironi, sudahlah masyarakat miskin yang sakit banyak ditolak berobat oleh rumah sakit, sedangkan orang-orang kaya tidak percaya dengan kualitas pelayanan rumah sakit dalam negeri dan akhirnya memilih berobat keluar negeri," paparnya. (boy/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook