Antisipasi Kenaikkan Bahan Pokok

Hukum | Minggu, 02 Juni 2013 - 01:51 WIB

Laporan JPNN, Jakarta

PEMERINTAH mewacanakan bakal menaikkan harga BBM pekan ketiga Juni ini. Pemilihan waktu tersebut, menurut pedagang pasar justru bakal memicu kenaikan bahan pokok dua kali lipat saat Ramadhan yang jatuh pada pekan pertama Juli.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menjelaskan pemerintah telah menghitung kenaikan bahan pokok paska dinaikkannya BBM. Pemerintah memperkirakan kenaikan bahan pokok ada dikisaran 1,5 hingga 3,5 persen. Dengan kenaikan tersebuit, Bank Indonesia telah mengasumsikan inflasi Juli bakal mencapai 7,76 persen. “Tapi kami mencoba menekan inflasi di level 7,2 persen saja,” katanya.

Untuk menekan inflasi, pihaknya bakal melakukan operasi pasar untuk mengontrol kenaikan harga pokok. Bayu mengaku telah melakukan koordinasi secara intensif dengan pemerintah daerah dari sebelas provinsi. Selain berkoordinasi dengan pemerintah daerah, pihaknya juga berdiskusi dengan pengusaha.

Diskusi itu melibatkan pemerintah, asosiasi pedagang pasar, asoasiasi garmen, dan yang lainnya telah kami ajak berdiskusi untuk mempersiapkan diri menjelang kenaikan BBM dan Ramadhan. Kami menghimbau semua pihak bekerjasama untuk meminimalisir gejolak kenaikan harga , papar Bayu.

Bayu mengungkapkan, dari pertemuan tersebut masalah yang paling dikhawatirkan pengusaha kebutuhan bahan pokok yakni antrian BBM yang saat ini masih sering terjadi. Menurut mereka antrian tersebut mengganggu proses distribusi dan sangat memperngaruhi harga.

Untuk itu pengusaha berharap saat BBM dinaikkan pemerintah harus menjamin pasokan BBM. Mereka berkata antrian yang panjang mempengaruhi tersendatnya pasokan. Proses distribusi yang terganggu mempengaruhi kualitas barang yang diterima. “Kerugian itu jauh lebih besar ketimbang kenaikan BBM, ucapnya”.

Sementara itu Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia, Ngadiran, mengatakan pemerintah telah kehilangan momen yang tepat untuk menaikkan BBM. Mestinya BBM telah dinaikkan saat Indonesia mengalami deflasi April lalu. Sudah telat sebenarnya terlalu banyak wacana.

“Jika benar dinaikkan pada minggu ketiga Juni, kenaikan bahan pokok tidak akan terkontrol. Seminggu setelah itu kan sudah masuk Ramadhan, terangnya saat dihubungi kemarin. Biasanya, lanjutnya, setiap tahun kenaikan bahan pokok saat Ramadhan di kisaran 38 persen.

Tahun ini Ngadiran memprediksi kenaikan harga bahan pokok bakal meningkat dua kali lipat, yakni dikisaran 816 persen. Besaran kenaikan itu mempertimbangkan penghitungan kenaikan bea angkut distribusi jika harga BBM naik 30 persen.

Ngadiran menambahkan, sebenarnya kenaikan bahan pokok telah terjadi sejak tiga bulan lalu. Walaupun kenaikannya kecil tapi sangat berdampak bagi masyarakat. Banyak pembeli yang mengeluhkan kenaikan tersebut. Saat ini akumulasinya sudah cukup besar, khususnya pada gula pasir, mie instan, telur, daging ayam, dan daging sapi, terangnya.

Misalkan saja gula pasir dari harga normal Rp 11.500 per kg menjadi Rp 13 ribu per kg, telur ayam dari Rp 14 ribu per kg menjadi Rp 17 ribu per kg,  beras berkualitas sedang dari Rp 7 ribu menjadi Rp 7.500 per kg, dan sekardus mi instan naik ratarata naik Rp 4 ribu. Sedangkan untuk kenaikan daging sapi, bukan karena isu kenaikan BBM dan Ramadhan tapi pasokan yang seret sejak tahun lalu.(ksm)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook