Bisa Ubah Sagu Jadi Beras, Dapat Avanza

Hukum | Minggu, 01 April 2012 - 08:06 WIB

Bisa Ubah Sagu Jadi Beras, Dapat Avanza
Dahlan Iskan saat menyetir sendiri mobilnya. (Foto: RPG)

SURABAYA (RP) - Menteri BUMN Dahlan Iskan membuat sayembara di hadapan sekitar 1.500 mahasiswa ITS, Sabtu (31/3) di Gedung Pusat Robotika. Dia akan memberi sebuah mobil Toyota Avanza bagi mahasiswa yang bisa membuat teknologi untuk mengubah tepung sagu menjadi mirip beras. Bukan hanya dari bentuk, tapi rasa, warna, dan aroma juga harus mirip.

‘’Please dipikirkan ini, akan banyak yang tertolong,’’ ujar Dahlan saat jadi pembicara pada Kuliah Bung Karno kemarin. Dia mengungkapkan, di Papua ada satu hektare hutan sagu yang harus diolah dengan baik. Ke depan, pihaknya akan membuat pabrik di Sorong untuk pengolahan sagu itu. Bila pabrik itu beroperasi, maka bisa didistribusikan ke Indonesia bagian barat. Dia meyakini, tantangan itu bukan hal yang sulit bagi warga ITS. Sebab, sebelumnya dia telah melihat sendiri penggilingan padi yang dibuat alumus jurusan Teknik Sipil ITS di Gresik. Dia menilai alat itu cocok dengan kultur petani Indonesia. Lantaran selain bisa menuai padi, juga bisa memotong sisa batang padi untuk pakan ternak.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

‘’Kalau alat dari luar negeri tak cocok,’’ katanya. Selain itu, ada pula kapal three in one yang bisa mengangkut orang, barang, dan ternak. Selama ini, kapal yang berangkat ke Indonesia timur pasti penuh dengan barang-barang. Tapi, bila kembali sering kosong. Penambahan ruang khusus ternak itu bisa digunakan untuk mendistribusikan sapi dari NTT, misalnya. ‘’Dalam setahun kita masih impor 350 ribu ekor sapi,’’ ujarnya.

Sebelum memberi kuliah pembuka, Dahlan melihat pameran karya mahasiswa dan dosen ITS. Dia mengujungi satu per satu stan dan berbincang dengan mereka. Dahlan bahkan tak sungkan-sungkan minta nomor telepon dan kartu nama. Penjaga stan yang antusias dengan kunjungan itu memberi beberapa contoh barang yang dipajang. Salah satu yang menjadi perhatian Dahlan adalah kran air wudu yang menggunakan sensor proximity atau benda. Berbeda dengan kran biasa yang terus mengucur.

Kran hanya terbuka bila tangan berada di bawahnya. Karya buatan Yoga Uta Nugraha, Ayuning Fitri Desanti dan Riscy Madina itu bisa menghemat air sampai 100 ml dibanding wudu dengan air kran biasa. ‘’Ide kami ini berasal dari pengeluaran air yang besar di ITS. Di website eco campus bahkan tertulis sampai Rp3,6 miliar,’’ terang Yoga, mahasiswa jurusan D3 Teknik Elektro ITS. Kran hemat air itu diikutkan dalam program kreatifitas mahasiswa dalam bidang karsa cipta.

Rektor ITS Prof Triyogi Yuwono berharap ada keberpihakan dalam penerapan teknologi. Dia meyakini kemampuan peneliti dan insinyur di Indonesia tak kalah dengan peneliti luar negeri. Tapi, pekerja hanya merawat dan menjalankan mesin impor. ‘’Sungguh kita perlu kebijakan keberpihakan yang membela produk-produk dalam negeri,’’ ujarnya. Usai acara, Dahlan sempat mengendarai mobil listrik Naga Geni karya mahasiswa D3 Teknik Mesin ITS. Bersama seorang mahasiswa dia berkeliling gedung pusat Robotika.

Mesin Panen Padi Handal

ITS juga membuat mesin pemanen padi yang sangat ditunggu-tunggu petani Indonesia. Tadi malam, Dahlan  meninjau mesin tersebut di pabriknya di daerah Kedamaian, Gresik. Mesin panen itu diberi nama Futata dan sudah jadi sebanyak 2 buah.

Sutrisno Basuki, lulusan ITS angkatan 1971 yang menciptakan mesin tersebut melaporkan pada Dahlan bahwa mulai Juni nanti sudah bisa produksi 50 buah per bulan. Untuk selanjutnya akan ditingkatkan jadi 100 buah per bulan. Dibanding mesin serupa buatan Cina atau Jepang, mesin Futata lebih cocok untuk sawah Indonesia dan budaya petani kita. Untuk membawa mesin itu ke sawah tak perlu diangkut dengan truk karena dilengkapi roda ban.

Setelah sampai di sawah, rodanya diganti dengan rantai seperti tank. Sambil tersenyum Dahlan mengatakan, kelak tiap menjelang musim panen diadakan lomba mengganti ban dengan rantai antar petani dengan hadiah Piala Menteri BUMN.

Dengan mesin panen ini, kehilangan gabah karena tercecer saat panen yang bisa mencapai 12 persen bisa teratasi. ‘’Nilai kehilangan gabah itu kalau dikumpulkan sudah bisa untuk membeli mesin ini,’’ ujar Dahlan.

Mesin ciptaan anak ITS ini bisa disebut juga 2 in 1 karena bisa berfungsi untuk membajak. Tinggal bagian pengguntingnya yang diganti alat bajak. BUMN, kata Dahlan, memerlukan mesin semacam ini karena program proberas BUMN sudah dimulai tahun ini.(jun/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook