JAKARTA(RIAUPOS.CO) – Sulit untuk menyebut "The Addams Family" sebagai film bagus yang layak ditonton bersama keluarga. Hadir dalam format animasi 3D, film yang rilis pada pertengahan Oktober kemarin ini bisa dibilang tidak menarik karena banyak faktor.
"The Addams Family" merupakan adaptasi dari film kartun lawas berjudul sama yang pertama kali mengudara pada 1964 silam. Dibuat oleh kartunis Charles Adam pada 1938, "The Addams Family" pernah tampil dalam format live action pada 1991 dan meraih kesuksesan cukup besar. Serial kartun lanjutan filmn ini juga pernah dibuat pada tahun 1992-1993 dan 1998-1999.
Berkaca dari kesuksesan yang pernah dicapai dan banyaknya penggemar setia membuat Metro-Goldwyn-Mayer menghidupkan lagi film ini untuk menjaring para milenial. The Addams Family bercerita tentang sebuah keluarga kaya raya bernama Addams yang dikucilkan dan dibenci masyarakat karena penampilan mereka yang menyeramkan. Mereka lebih mirip monster dan mayat hidup ketimbang manusia normal.
Keluarga Addams sendiri terdiri dari Gomez Addams (Oscar Isaac) dan istrinya Morticia Addams (Charlize Theron) yang dikaruniai dua orang anak, Wednesday Addams (Chloe Grace Moretz) dan Pugsley Addams (Finn Wolfhard).
Mereka tinggal di sebuah rumah sakit jiwa yang terbengkalai di atas bukit kawasan New Jersey, Amerika Serikat bersama seorang pelayan rumah tangga bernama Lurch, seekor singa bernama Kitty, dan sepotong tangan bernama Thing yang bisa bergerak sendiri.
Keluarga Addams hidup tenteram di dalam pengasingan selama sekian tahun hingga akhirnya timbul rasa penasaran Wednesday terhadap dunia luar. Hal ini akhirnya membuat keluarga Addams keluar dari sarang mereka untuk ‘bersilaturahmi’ dengan warga yang tinggal di sebuah kompleks perkotaan bernama Assimilation.
Di sana, keluarga Addams bertemu dengan seorang seorang pemandu acara televisi bernama Margaux Needler (Allison Janney) yang tengah sibuk mempromosikan rumah-rumah di Assimilation untuk dibeli. Margaux pun kemudian berniat menyingkirkan rumah keluarga Addams demi membuat Assimilation semakin indah.
Dirilis pada 11 Oktober lalu, "The Addams Family" digarap dengan latar waktu yang relevan dengan saat ini di mana penggunaan gadget dan media sosial sudah menjadi bagian hidup masyarakat.
Sayang, upaya sutradara Conrad Vernon dan Greg Tiernan dalam merealisasikan hal tersebut tidak menemui sasaran. Alih-alih menyuguhkan hal baru, "The Addams Family "justru terjebak di dalam hal-hal klise: cerita yang dangkal, guyonan yang garing dan susah dicerna anak kecil, dan ending yang mudah ditebak.
Banyaknya dialog yang tidak menarik juga menjadi kelemahan "The Addams Family". Pada derajat tertentu, film ini bahkan mendatangkan rasa bosan dan kantuk.
Meski demikian, bukan berarti film ini tidak punya nilai plus. "The Addams Family", untungnya, berhasil menyampaikan pesan yang cukup mengena tentang bagaimana kita harus bijak bermedia sosial dan tidak mudah termakan oleh hoax yang ditebar oleh orang tidak dikenal.
Menghargai perbedaan dan tidak mengucilkan orang hanya dari penampilan tentunya menjadi pesan mendasar yang diberikan oleh film ini. Penyampaian pesan ini mungkin akan lebih berhasil lagi jika "The Addams Family" digarap dengan cukup serius dan menarik.
Editor : Deslina
Sumber: jawapos.com