MOVE TO HEAVEN

Kisah Pengumpul Barang Para Mendiang, Mengaduk Emosi

Hiburan | Minggu, 30 Mei 2021 - 11:25 WIB

Kisah Pengumpul Barang Para Mendiang, Mengaduk Emosi
Move to Heaven (INTERNET)


(RIAUPOS.CO) - Salah satu drama Korea yang banyak dibicarakan pekan ini adalah Move to Heaven. Bertema keluarga, serial 10 episode itu sukses mengaduk emosi penonton di setiap momennya sejak dirilis di Netflix pada 14 Mei.

Serial dengan rating 8,9 di IMDb itu mengisahkan Geu-ru (Tang Joon-sang), pemuda 20 tahun yang menderita sindrom Asperger ringan. Dia hidup dengan menjalankan bisnis trauma cleaner bernama Move to Heaven bersama ayahnya, Han Jeong-u (Ji Jin-hee).


Dalam pekerjaan itu, mereka bertugas membersihkan lokasi kejadian tempat orang meninggal. Suatu hari, Jeong-u meninggal mendadak. Dia meninggalkan putranya seorang diri. Namun, lewat pengacaranya, Jeong-u telah meminta adiknya, Sang-gu (Lee Je-hoon), untuk menjadi wali Geu-ru.

Sang-gu yang merupakan petarung bela diri ilegal punya karakter yang sangat berbeda dengan Geu-ru dan ayahnya. Dia dingin dan cuek. Setelah keluar dari penjara, dia memenuhi keinginan Jeong-u itu. Hari demi hari pun dilalui dengan sulit. Terutama ketika Sang-gu harus membantu Geu-ru melanjutkan Move to Heaven, dengan dibantu tetangga bernama Na-mu (Hong Seung-hee).

Cerita itu terinspirasi esai nonfiksi bertajuk Ddeonan Hooe Namgyeojin Geotdeul (Hal-Hal yang Tertinggal) yang terbit pada 20 Juli 2015. Esai tersebut ditulis Kim Shae-byeol, orang pertama di Korea Selatan yang bekerja dengan mengumpulkan barang-barang tertinggal milik orang yang baru meninggal.

’’Saat menyiapkan serial ini, aku berkesempatan bertemu Kim. Produksi ini berutang pada hidup dan pengalamannya,’’ kata Je-hoon, seperti dilansir dari The Korea Herald. Je-hoon mengaku menangis setelah membaca skenarionya. Dia menyebut karakter itu terhubung dengannya dan kehidupan sosial masa kini.

Tiap episode Move to Heaven menampilkan kisah tak terduga dari orang-orang yang telah meninggal. Penonton dibuat memahami pesan di balik barang-barang yang ditinggalkan orang tersebut.

Sering kali ceritanya terasa ironis. Misalnya, dalam salah satu episode, ada ibu yang meninggal sendirian di sebuah kamar sempit. Jasadnya ditemukan tiga pekan kemudian. Namun, anak dan menantunya hanya peduli soal uang yang ditinggalkan mendiang. Mereka memunguti setiap lembar uang yang membusuk di bawah tempat tidur mendiang ibunya.(jpg)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook