REVIEW FILM

She Said: Ketika Perempuan Tak Bisa Lagi Dibungkam

Hiburan | Minggu, 27 November 2022 - 04:04 WIB

She Said: Ketika Perempuan Tak Bisa Lagi Dibungkam
Adegan dalam film She Said (UNIVERSAL)

BAGIKAN



BACA JUGA


JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Dunia film Hollywood pernah digemparkan oleh kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang produser kawakan bernama Harvey Weinstein pada 2017 lalu. Skandal ini terungkap ke muka publik dunia setelah kantor media massa New York Times sukses membongkar fakta-fakta gelap nan pahit tersebut dari para rekan kerja yang pernah menjadi korban Weinstein.

Kisah di balik pengungkapan salah satu skandal terbesar di dunia sinema tersebut diangkat ke layar lebar oleh sutradara Maria Schrader ke dalam sebuah film berjudul She Said. Dibintangi Carey Mulligan, Zoe Kazan, Patricia Clarkson, dan nama-nama lainnya, She Said boleh dibilang berhasil menyuguhkan sebuah drama menyentuh yang sarat akan perjuangan perempuan dalam berbicara, dalam kasus ini adalah membeberkan pelecehan seksual yang pernah mereka alami, termasuk menyebutkan siapa pelakunya.


Secara garis besar, plot She Said memang sederhana. Dua jurnalis New York Times bernama Jodi Kantor dan Megan Twohey berusaha membongkar kelakuan bejad Weinstein yang selama bertahun-tahun dan tidak pernah tersentuh oleh hukum. Karena merupakan sebuah film yang didasari kisah nyata, baik peristiwa maupun tokoh-tokoh di dalamnya, akhir film ini pun sudah bisa ditebak.

Namun, dari kesederhanaan itu, sutradara Maria Schrader berusaha memberikan sudut pandang lain, yakni dari mata Kantor dan Twohey sebagai wartawati. Bagaimana mereka melakukan investigasi secara terpisah, menemui para korban yang sudah hancur secara mental, diteror oleh Weinstein ketika gerak-gerik mereka terpantau, hingga bahagianya mereka ketika seluruh korban akhirnya bersedia bicara tanpa nama samaran, semua bisa digambarkan dengan sangat baik dalam She Said.

Poin lain yang harus diapresiasi adalah tidak adanya adegan reka ulang pemerkosaan yang dilakukan oleh Weinstein terhadap para korbannya. Semuanya cukup disampaikan lewat narasi-narasi yang kuat, dan tentunya penonton tidak perlu menyaksikan adegan kekerasan seksual yang tidak mengenakkan alias disturbing.

Meski tidak menampilkan Weinstein secara gamblang lewat sosok aktor, Schrader tetap melibatkan sang produser dalam bentuk suara di sambungan telepon. Elemen ini juga membuat She Said menjadi film yang betul-betul fokus pada pergulatan Kantor dan Twohey tanpa adanya sub-plot yang tak perlu dari sisi Weinstein, yang notabene sudah divonis bersalah oleh pengadilan.

Yang sangat menarik, salah satu aktris yang pernah menjadi korban Weinstein, yakni Ashley Judd, ikut bermain di sini sebagai dirinya sendiri. Lewat peran Judd, pesan yang ingin disampaikan oleh She Said menjadi semakin jelas lagi, bahwa perempuan sejatinya tidak boleh diam ketika mengalami pelecehan. Mereka harus berani mengutarakan fakta yang sebenar-benarnya, baik lewat pemberitaan di media massa, maupun terlibat dalam sebuah karya seni dan memerankan diri mereka sendiri sebagai korban yang real.

Pada akhirnya, She Said hanya ingin menyampaikan bahwa perempuan sudah tidak bisa lagi dibungkam seperti yang seringkali terjadi di masa lalu. She Said mungkin bukan film yang akan memenangkan sederet penghargaan bergengsi. Namun, upaya film ini untuk menggambarkan keberanian perempuan dalam berbicara, yang tentunya dikemas secara elegan dan diseksekusi dengan apik, harus mendapatkan apresiasi tinggi.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook