DUBLIN (RIAUPOS.CO) - Meninggalnya penyanyi Sinead O'Connor di usia 56 tahun menyisakan kisah perjuangan hidupnya yang tak muda. Sinead O'Connor lahir di Dublin, Irlandia pada 8 Desember 1966. Sinead O'Connor merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.
Kakak-kakaknya termasuk saudara laki-lakinya John, sejarahwan seni terkemuka, yang lainnya ada yang jadi penulis dan pelukis ternama. Sinead menjalani hidupnya dengan tidak mudah. Dia pernah mengaku jadi korban pelecehan fisik dan seksual padanya saat masih kecil dari ibunya.
Orang tuanya berpisah saat dia berusia delapan tahun. Dan dia meninggalkan ibunya Marie ketika dia berusia 13 tahun untuk tinggal bersama ayahnya Jack. Pelecehan yang diterima dari ibunya membuat jiwanya jadi pemberontak. Dia menjadi nakal. Bahkan, di usai 15 tahun, dia ditempatkan di sekolah pemasyarakatan di Dublin.
Di tempat itu, dia dibina dan dijauhkan dari keluarganya. Dia sempat kesal, namun bakat seninya muncul di sana. Salah satu pembina di sekolah itu seorang biarawati melihat bakat musiknya dan membelikannya gitar dan mendorongnya untuk belajar.
Usai dari sekolah itu, dia menajamkan bakat seninya. Dan, melalui iklan di majalah musik Dublin dia bertemu Colm Farrelly dan bersama-sama membentuk band Ton Ton Macoute, yang membuat O'Connor yang berusia 18 tahun menjadi perhatian industri musik global.
Di tahun yang sama, ibunya meninggal setelah kehilangan kendali atas mobilnya di jalan licin dan menabrak bus. Setelah menandatangani kontrak dengan Ensign Records, O'Connor merilis album pertamanya yang diakui secara kritis The Lion And The Cobra pada tahun 1987 yang terjual dua setengah juta kopi.
Namun album keduanya, I Do Not Want What I Haven't Got, yang keluar pada tahun 1990, yang mendorongnya menjadi bintang. Album ini terjual lebih dari tujuh juta eksemplar dan termasuk hit terobosannya Tidak Ada yang Membandingkan 2 U.
Video musik untuk lagu tersebut berisi cuplikan dari O'Connor yang akan diingat oleh banyak penggemar - dari suaranya yang murni, kulit pucat dan kepala yang dicukur dengan air mata mengalir di pipinya.
Dia merilis 10 album studio dalam karirnya, dan lagu 'Nothin Compares To U' dinobatkan sebagai single dunia nomor satu pada tahun 1990 oleh Billboard Music Awards.
Karena lagu itu, dia mendapatkan tiga nominasi Grammy dan Rolling Stone menobatkannya sebagai Artist Of The Year pada tahun 1991. Sinead mengatakan meski popularitas sedang menaunginya, namun mentalnya masih hancur.
Dia mengatakan seperti hidup untuk tidak mati, namun dia merasa sudah mati. Pada tahun 2015, dia sempat over dosis. Dan polisi mencarinya pada Mei 2016, karena dia menghilang sebentar di Chicago yang memicu kekhawatiran.
Sinead pernah ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1999 oleh Gereja Katolik dan Apostolik Ortodoks Irlandia.
Namun, menjauh dan kecewa dengan Katolik setelah skandal pelecehan anak di gereja, menggambarkan Vatikan sebagai "sarang setan" dalam sebuah artikel surat kabar tahun 2011. Dalam sebuah surat terbuka yang diterbitkan pada Agustus tahun ini, dia meminta Paus Fransiskus untuk mengucilkannya, dan mengatakan dia telah mengajukan permohonan serupa sebelumnya kepada Paus Benediktus dan Yohanes Paulus II.
Kemudian, Sinead membuat heboh karena memutuskan jadi mualaf pada 2018. Dia juga mengubah namanya menjadi Shuhada. Dia berkata pada saat itu, mengganti nama karena ingin “bebas dari nama budak patriarki. Bebas dari kutukan orang tua.”
Saat itu, dia mengumumkan di Twitter bahwa dia mualaf setelah mempelajari semua kitab dan ternyata semua bermuara ke Al-Qur’an.
"Semua studi kitab suci mengarah ke Islam. Yang membuat semua kitab suci lainnya menjadi mubazir," tweet-nya saat itu.
Tak hanya mualaf, dia juga mengenakan hijab. Sepersekian detik mengubah imejnya dari penyanyi berkepala plontos. Dia senang mengenakan hijab, dan banyak saudara sesama muslimah menghadiahkan hijab.
“Semua saudara dan saudari Muslim saya yang telah berbaik hati menyambut saya," tulisnya.
Sempat menghilang setelah mualaf, dia muncul di TV Irlandia, The Late Late Show. Dia menceritakan prosesnya masuk Islam. Dia mengatakan membaca juz 2 Al-Qur’an dan menyadari hatinya memilih Islam.
Namun, Januari 2022, dia muncul lagi dengan kabar menghebohkan, tentang putranya berusia 17 tahun, bernama Shane menghilang. Shane melarikan diri dari pusat perawatan mental karena dia berulang kali ingin bunuh diri. Namun, keesokan harinya, Share ditemukan tewas bunuh diri. Meski banyak cobaan dalam hidupnya, hingga akhir ajalnya, Sinead O'Conner tetap setia dengan agama dan hijabnya. ***
Sumber: Pojoksatu.id
Editor: Edwar Yaman