JAKARTA (RIAUJPOS.CO) - Aktris Titi Kamal sangat bersyukur bahwa film yang dibintanginya, Air Mata di Ujung Sajadah mendapat respons positif publik. Bahkan, penonton terbawa dengan alur cerita hingga menangis histeris.
"Masha Allah alhamdulillah, berawal dari layar terbatas hingga bertambah setiap harinya. Peluk mba yang histeris sampai pingsan, segala kalangan memenuhi bioskop," tulis Titi Kamal di akun Instagram-nya, Selasa, 19 September 2023.
Titi Kamal mengatakan sebagai aktris, sangat mengharukan menyaksikan bagaimana penonton bisa menerima cerita di film yang dibintanginya.
"Ada yang duduk sejenak untuk menangis, karena terhanyut oleh ceritanya. Pemandangan yg mengharukan," sambungnya.
Istri Christian Sugiono ini menjelaskan di hari ke-11 tayang di bioskop, film Air mata di Ujung Sajah telah meraih lebih dari 1 juta penonton.
"Terima kasih untuk kalian semua yang sudah ikut membanjiri bioskop," sebutnya.
Titi mengungkapkan kerja keras seluruh tim tergantikan dengan rasa syukur yang luar biasa melihat respon publik.
"Sekali lagi, terima kasih! Buat yang belum nonton, ayo serbu bioskop rame-rame, jangan lupa bawa tissue ya!," imbaunya.
Film ini bercerita tentang Aqilla (Titi Kamal) melahirkan bayi dari pernikahannya dengan Arfan (Krisjiana Baharudin) yang tidak direstui oleh Halimah (Tutie Kirana), ibunya. Setelah suami Aqilla meninggal karena kecelakaan, Halimah membohongi Aqilla bahwa bayinya meninggal ketika dilahirkan.
Tanpa sepengetahuan Aqilla, Halimah memberikan cucunya kepada pasangan yang sudah lama menikah namun belum punya anak, yakni pasangan Arif (Fedi Nuril) dan Yumna (Citra Kirana).
Bayi itu dinamai Baskara, artinya: cahaya. Sesuai namanya, kehadiran Baskara (Faqih Alaydrus) membawa kebahagiaan bagi seisi rumah keluarga Arif dan Yumna.
Tujuh tahun kemudian, Aqilla mengetahui bahwa anaknya masih hidup. Dia bertolak dari kehidupannya yang hampa di London untuk menjemput masa depan barunya. Titi Kamal juga mengungkapkan pertama kali ditawari film ini di tahun 2017 dan langsung suka dengan ceritanya yang sedih.
Sumber: Pojoksatu
Editor: Edwar Yaman