JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Penulis, komedian, sutradara dan aktor nasional, Raditya Dika mengaku tertarik dengan investasi di pasar modal karena compound interest (bunga berbunga) yang menarik untuk berbagai tujuan keuangannya.
Menurutnya, keputusannya berinvestasi bukan untuk kaya, tetapi untuk mencapai berbagi tujuan keuangan yang dimilikinya, seperti dana darurat, dana pendidikan anak, dana resepsi pernikahan hingga dana pensiun.
“Gue investasi bukan untuk kaya. Gue kaya bukan dari investasi. Investasi adalah sarana untuk mencapai tujuan keuangan gua,” ujarnya dalam sebuah acara diskusi, Sabtu (10/10).
Radit bercerita, perjalanan investasi pertamanya di deposito saat berumur 21 tahun dan baru 2-3 tahun kemudian meramu sendiri portofolionya di reksa dana dan saham, seiring dengan bertambahnya tujuan keuangan yang dimilikinya.
“Satu hal yang menarik dari tema Kaya Tapi Maya ini, mau artis, pejabat, ibu rumah tangga dan siapa pun yang kita kenal, punya mobil 3 M atau 2 M, buat kita itu asetnya doang. Ketika liat di IG seperti itu, kita liat asetnya doang. Kita tidak tahu cash atau utangnya,” ucapnya.
Radit menyebut, pesan penting terlihat kaya di dunia maya ini adalah jangan terlalu terburu-buru pingin jadi orang lain hanya karena image yang dicitrakan di Instagram atau media sosialnya.
Tak heran hingga kini sosok Radit memang tetap memilih gaya hidup minimalis, karena ia lebih mengedepankan jaminan keuangan hingga masa depan, salah satunya dengan investasi di reksa dana dan saham yang saat ini sudah sangat mudah dengan aplikasi dan terjangkau dari sisi modal yang dibutuhkan untuk memulainya.
Sementara itu, Head of Marketing dari PT Indo Premier Sekuritas Paramita Sari menambahkan, pihaknya mendukung penuh target pertumbuhan inklusi keuangan di atas 90 persen pada 3 tahun mendatang (2023) yang dicanangkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui berbagai program edukasi dan literasi keuangan secara digital di masa pandemi Covid-19.
Ia menjelaskan, investasi di pasar modal adalah salah satu tanda berjalannya inklusi keuangan. Sebab hal ini pada dasarnya merujuk pada jumlah orang yang menjadi investor karena memang sudah memahami pentingnya mengelola keuangan dengan baik, salah satunya dengan berinvestasi. “Kendati demikian, inklusi tanpa literasi mumpuni tidak akan bermakna signifikan,” imbuhnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman