BERLIN (RIAUPOS.CO) – The Voice of Germany punya tempat tersendiri bagi para penggemar musik di Indonesia. Salah seorang juara pada ajang pencarian bakat tersebut berasal dari Indonesia. Dia adalah Claudia Emmanuela Santoso. Penyanyi asal Cirebon, Jawa Barat, itu menjuarai The Voice of Germany musim ke-9 (2019).
Kini, jalan meraih impian untuk menjadi juara tersebut ditapaki penyanyi asal Indonesia lainnya. Dia adalah Mohammad Fahmi. Pria kelahiran Pemalang, 20 Februari 1995, tersebut saat ini tercatat sebagai salah seorang kontestan The Voice of Germany musim ke-12.
Fahmi sukses memukau para coach. Bahkan, dua coach, Peter Maffay dan Mark Forster, memutar kursi untuk Fahmi ketika dirinya membawakan Cant’t Help Falling in Love dari Elvis Presley saat blind audition. Ketika audisi, Mark pun memberikan komentar bagus atas penampilan Fahmi.
’’Terasa sangat nyata (penghayatan lagu, red). Karena itu, saya tidak merasa khawatir denganmu,’’ ungkapnya.
Kendati demikian, pada akhirnya Fahmi harus memilih satu di antara dua coach tersebut.
’’Saya sudah punya pilihan. Saya memilih Peter,’’ kata Fahmi yang kemudian disambut kepalan tangan Peter ke udara.
Peter adalah salah seorang penyanyi legendaris Jerman. Fahmi yakin di bawah arahan Peter, kemampuan menyanyinya akan lebih terasah. Saat ditemui di Berlin pada Kamis (8/9/2022), Fahmi menyatakan bahwa dirinya tidak menyangka bisa lolos blind audition. Bahkan sampai membuat dua coach memutar kursi untuknya.
Fahmi yang saat ini bekerja sebagai staf di KBRI Berlin tersebut menuturkan, dirinya sebenarnya sudah mengikuti The Voice of Germany sejak 2019. Namun, saat tampil di blind audition, tidak ada satu pun coach yang memutar kursi.
’’Saya sadar, mungkin saat itu penampilan saya kurang bagus. Jadi, tidak bisa meneruskan ke babak selanjutnya,’’ papar pemilik akun Instagram @fahmymoo tersebut.
Kegagalan pada 2019 itulah yang membuatnya ingin terus memperbaiki kualitasnya sebagai penyanyi. Kemudian, pada 2020 dan 2021, berbekal tekad dan latihan keras, dia mencoba peruntungannya lagi. Namun, pada dua periode tersebut, dia malah tidak mampu menembus babak blind audition.
Baru, pada tahun ini, dia kembali tampil di blind audition, bahkan mampu sampai membuat dua coach ingin memilihnya.
’’Itu terasa seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Saya akhirnya bisa membuat para coach percaya dengan kemampuan saya,’’ papar pria yang sudah tinggal di Jerman sejak 2013 itu.
Dia menambahkan, motivasi utamanya untuk mengikuti The Voice of Germany adalah membuktikan bahwa dirinya punya kemampuan menyanyi. Harapannya di masa depan, dia ingin mengejar kariernya sebagai penyanyi.
’’Saya selalu punya passion besar untuk menyanyi dan ingin menjadi penyanyi yang dikenal banyak orang,’’ harapnya.
Saat ini, sembari bekerja, dia pun terus mengasah kemampuannya demi menapaki jalan menjadi juara. Sekaligus juga terus membuat konten bernyanyi di platform media sosial miliknya. ’’Saya ingin memiliki single sendiri ke depannya dan bisa berkolaborasi dengan musisi-musisi hebat,’’ ucap lulusan Goethe-Universität Frankfurt itu.
Fahmi Itu…
– Belajar menyanyi secara otodidak. Awalnya lebih banyak bermain gitar dan band.
– Berasal dari keluarga penggemar musik dangdut.
– The Voice of Germany adalah ajang pertama bagi Fahmi ditonton banyak orang.
– Menyiapkan tiga lagu sebelum blind audition. Yakni, Can’t Help Falling in Love (Elvis Presley), The Scientist (Coldplay), dan Stairway to Heaven (Led Zeppelin).
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman