LASVEGAS (RIAUPOS.CO) – Karya-karya Arooj Aftab memadukan nilai-nilai sufisme dengan balutan musik folk dan jazz. Namun, namanya baru benar-benar meroket dan mendapat perhatian dari pencinta musik global tahun lalu setelah album ketiga solois perempuan asal Pakistan itu, Vulture Prince, mendapat ulasan apik.
“Mohabbat”, single jagoan di album tersebut. Lagu itu juga masuk playlist musim panas mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama tahun lalu. Dan, “Mohabbat” pula yang mengantarkan musikus 37 tahun itu ke kemenangan bersejarah di Grammy Awards 2022. Dalam malam puncak yang berlangsung Senin (4/4/2022) pagi WIB, Aftab berhasil memenangi kategori Penampilan Global Terbaik lewat lagunya, “Mohabbat”.
Kemenangan itu menjadi yang pertama bagi musisi asal negara Asia Selatan tersebut.
“Sepertinya aku bakal pingsan. Wow, terima kasih banyak. Bagiku, kategori ini dan ada di dalamnya terasa sangat gila… Terima kasih telah mendengarkan lagu ini dan membuatnya bagian dari kalian semua,” ungkap Aftab yang sejak 2005 bermukim di Amerika Serikat.
Dia juga sempat berkelakar, nominasinya –yang didominasi musisi Afrika– lebih cocok disebut sebagai kategori musik pesta kapal pesiar. Sebab, seluruh lagu yang dinominasikan tahun ini punya beat unik seperti samba atau Afro.
Aftab, yang juga masuk nominasi Musisi Pendatang Baru Terbaik, merayakan momen itu di Instagram. Di media sosialnya, dia menyatakan, Penampilan Global Terbaik adalah kategori terbaik yang membebaskan bagi musisi yang ada di dalamnya.
’’Malam ini, kita merayakan musik bersama, dengan leluasa membuat apa yang kita mau, dengan kemeriahan crossover tanpa batas dengan beragam genre. Terima kasih dan selamat,” tulisnya.
Kemenangan itu pun menjadi catatan bermakna buat Aftab. Sebab, kategori Penampilan Global Terbaik punya catatan ’’ajaib”. Di laman Grammy, kategori itu didedikasikan untuk musisi internasional yang menampilkan karya musik non-Eropa dan masih dalam lingkup musik tradisi asli. Ironisnya, secara statistik, nomine yang ada di kategori tersebut justru kurang beragam.
Namun, Grammy Awards tak hanya tentang musik. Kemarin mereka juga kedatangan “tamu spesial”. Yakni, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Dia menyampaikan sambutan singkat menyentuh untuk menggalang dukungan bagi negaranya.
“Perang. Itu sangat berkebalikan dengan musik. Diamnya kota yang hancur dan korban tewas. Anak-anak kami menggambar roket beterbangan, bukan bintang jatuh. Musisi kami menggunakan pelindung, bukan tuksedo. Mereka bernyanyi untuk yang terluka. Di rumah sakit,” ungkapnya.
Presiden yang mengawali karier sebagai komedian dan aktor itu pun mengajak audiens untuk tak diam.
’’Kabarkan kebenaran tentang perang. Di media sosial kalian, di TV, dukung kami sebisa kalian, lewat apa pun, kecuali keheningan. Lalu, damai akan datang,” imbuhnya.
Pidato Zelensky itu disambung dengan Free, lagu baru John Legend, yang dibawakan bersama musisi Ukraina Siuzanna Iglidan dan Mika Newton. Balada menyentuh itu ditutup dengan sajak yang dibacakan pujangga Lyuba Yakimchuk yang baru mendarat dari Ukraina beberapa hari sebelum acara.
“Maafkan kami, kota-kota kami yang hancur, meski kami tidak akan pernah memaafkannya atas nama musuh. Jaga dan lindungilah suamiku, orang tuaku, anakku, dan ibu pertiwiki,” paparnya.(NME/The Washington Post/fam/c7/ttg/jpg)
Editor: Edwar Yaman