Televisi dan Buah Hati Kita

Gaya Hidup | Minggu, 30 September 2012 - 06:55 WIB

Televisi dan Buah Hati Kita
(Foto: ncledutchfarms.com)

Sejak beberapa hari terakhir, putra saya yang baru berusia 11 tahun merengek minta rambutnya yang mencuat di puncak kepala diluruskan, sehingga jatuh dan enak dilihat. Ia bahkan mencontohkan rambut jatuh yang dimiliki salah satu anggota Coboy Yunior, boyband bocah yang sedang digemarinya. Sebelumnya, dia bersikeras minta dibelikan mainan seperti yang disaksikannya di televisi.

Laporan RINALTI OESMAN, Pekanbaru

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

MENYIMAK semua permintaan dan tingkah lakunya sehari-hari, saya menyadari bahwa dia sangat terpengaruh dengan apa yang dilihatnya di televisi. Baik itu menyangkut penampilan di usianya yang masih sangat belia, maupun tingkah laku dan tindakan. Menurut sebuah sumber, jumlah jam menonton televisi mencapai 30-35 jam per pekan. Angka ini dapat  dikatakan cukup tinggi. Dampaknya memang tidak selalu buruk, anak-anak pun bisa belajar banyak dari tayangan yang memang cocok mereka tonton. Namun, tidak semua tayangan televisi diperuntukkan bagi anak-anak.

Menurut Direktur Parenting and Family Support Center of University of Queensland, Australia Prof Matt Sanders, anak usia 7-11 tahun minimal menonton terlevisi  21 jam dalam sepekan, atau tiga jam sehari. Sedangkan anak usia 12 tahun disarankan maksimal satu jam sehari, dan sedikit lebih lama pada akhir pekan.

Agar buah hati kita bisa mendapat manfaat dari acara televisi yang mereka saksikan, bunda tentu tidak bisa tinggal diam. Sanders menyarankan perlunya rencana pangaturan menonton program televisi bagi sang buah hati. Usahakan selalu luangkan waktu untuk mendampingi buah hati kita saat mereka menonton televisi, sambil menerangkan hal-hal baik kepadanya. Selain itu, bunda bisa melihat bakat dan potensi buah hati kita dari tayangan yang mereka inginkan, atau komentarnya mengenai tayangan tersebut.

Jangan lupa menerangkan makna dan pesan yang terkandung dari setiap tayangan televisi. Ingatkan kepada mereka, bahwa kehidupan nyata berbeda dengan yang ada di televisi. Apabila bunda bekerja sehingga waktu yang tersedia sangat sedikit untuk bersama buah hati, cobalah tanyakan acara terlevisi apa yang sudah ditontonnya. Biarkan mereka bercerita. Selain untuk melatih kejujuran, buah hati kita juga dilatih untuk terbuka dengan orangtua.

Penempatan televisi di kamar anak juga patut dipertimbangkan. Sebaiknya, televisi cuma ada di ruang keluarga, agar tontonannya bisa diawasi. Selain itu, batasi waktunya agar tidak terlalu lama menonton televisi  dan mengganggu  jadwal  belajar serta bermain.

Bahaya tayangan televisi bukan cuma terkait tayangan film, karena iklan terkadang juga bisa  memberikan pengaruh buruk, seperti sifat konsumtif. Apabila buah hati kita mulai merengek minta sesuatu yang diiklankan, sebaiknya mulai menjelaskan  keadaan yang sebenarnya. Cobalah menyampaikan pikiran kita,  apabila ada siaran atau iklan yang tidak pantas tersebut, melalui media massa,  atau langsung ke produsen produk tersebut.

Televisi bagaikan dua sisi mata uang, bisa memiliki manfaat namun juga mudarat. Di satu sisi menjadi sumber ilmu pengetahuan, namun di sisi lainnya berpotensi memberikan kerugian bagi perkembangan anak. Tontonan sekecil apapun tetap memiliki dampak bagi perkembangan anak, yang paling menonjol adalah pada konsentrasi buah hati kita.

Televisi sudah bagian dari kehidupan sehari-hari. Bahkan ada orangtua yang bahkan sampai menjadikan televisi sebagai baby sitter anak. Padahal,  terlalu banyak menonton televisi bisa mempengaruhi daya konsentrasi anak. Menonton televisi lebih dari empat jam sehari juga cenderung membuat anak mengalami obesitas. Gara-gara televisi, anak juga bisa menjadi konsumtif.

Terlepas dari dampak buruknya, memang televisi tetap saja tidak bisa dilepaskan dari keseharian kita bersama buah hati. Televisi tidak melulu memberikan efek buruk terhadap anak, asalkan bunda bisa mendampingi dan bersikap bijak.

Kendati demikian, bunda bisa mengurangi dampak buruk televisi dan memaksimalkan manfaatnya. Di antranya, perhatian penempatan televisi. Jangan berikan anak televisi khusus di kamarnya, sebaiknya ditaruh di tempat yang anak tetap bisa diawasi dan didampingi saat menonton.

Batasi waktu menonton televisi cuma satu hingga dua jam setiap hari. Pastikan selalu ada alternatif kegiatan selain menonton televisi, seperti main sepeda, main bola, atau kegiatan lain. Bunda juga harus memberi contoh, ketika baru pulang kerja, jangan langsung duduk di depan televisi berjam-jam.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook