Saat awal menikah, ada kecenderungan Anda masih memiliki toleransi dengan kebiasaan buruknya.
Si dia doyan main game sampai lupa waktu atau malas mandi sepulang kerja? Atau bisa juga dia bersikap cenderung temperamental? Dan Anda masih menganggapnya sebagai hal lumrah dan tak penting untuk diperdebatkan. Namun seiring bertambahnya usia pernikahan, apakah Anda menjamin bahwa perasaan Anda masih tetap sama? Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak.
Nah, kemungkinan terbesar, jawaban pertama yang akan terucap dari mulut Anda. Bukan tidak mungkin hal ini pelan-pelan menimbulkan perasaan sebal, muak, dan benci pada pasangan. Semua karena sikap negatif yang ditunjukkan olehnya.
Lantas, bagaimana Anda harus bersikap? Berikut beberapa kiat dari psikolog Ratih Ibrahim, Psi. saat Anda menghadapi masalah ini.
1. Pahami Kebiasaan Buruk Pasangan
Intinya, jangan langsung mengambil keputusan berpisah hanya karena pasangan Anda tak mau mengubah kebiasaan buruknya. Anda harus memahami bahwa kebiasaan buruk ini merupakan hasil pola perilaku yang sudah bertahun-tahun dilakukannya. Tentu saja, tidak akan mudah bagi suami saat ingin mengubahnya.
“Anda bisa frustrasi sendiri jika menginginkan suami berubah dan menjadi orang yang sempurna di mata Anda. Hal ini jelas sangat susah. Daripada berusaha keras mengubah kebiasaan pasangan, lebih baik rumuskan bersama mengenai standar tertentu dari kebiasaan-kebiasaan itu,” ungkap Ratih.
2. Kompromikan dengan Pasangan
Tak harus mengubahnya secara drastis, tapi Anda juga tak perlu menerima mentah-mentah kebiasaan buruknya. Berkompromilah. Demi kedamaian rumah tangga, tidak salah Anda membicarakan persoalan ini dengan pasangan. “Harus ada take and give, saling memahami antara kedua belah pihak. Misal kebiasaan suami membuang buku sembarang tempat di ruang tamu. Dia mau berubah asal ada rak buku di ruang tamu. Tentu tidak ada salahnya Anda menuruti keinginan ini,” urai Ratih.
3. Pergunakan Seni Bicara
Cara komunikasi memang dapat menentukan keberhasilan seseorang dalam berkomunikasi. Karenanya, penting untuk memperhatikan gaya bicara Anda saat ingin berkompromi dengan pasangan. “Yang jelas, jangan pakai acara marah-marah untuk mengungkapkan ketidaksukaan Anda pada kebiasaan buruk pasangan. Kan masih ada cara lain? Mungkin dengan cara bercanda,” ucap Ratih.
4. Mintalah Bantuan Psikolog
Agar lebih efektif, Anda bisa meminta bantuan psikolog untuk ikut menyembuhkan kebiasaan buruknya ini. “Mereka seperti itu kan karena adanya ‘gangguan’. Jadi, memang diperlukan bantuan psikolog untuk mengatasinya,” tambah Ratih.
5. Tinggalkan Dia
Pasti hal ini terasa serem banget! Padahal, sebenarnya tidak seperti itu. Solusi ini bisa Anda pilih jika pasangan sudah terbiasa dengan kebiasaan buruk yang tidak dapat Anda toleransi lagi. Jika hanya memberikan dampak negatif, bahkan merugikan Anda atau orang lain, baik lahir maupun batin, langkah ini dapat Anda tempuh.
Meski begitu, Ratih menyatakan bahwa langkah ini juga tidak mutlak Anda lakukan. “Kecuali Anda bisa menerima kebiasaan buruknya, punya toleransi tak terbatas, dan berusaha mengabdikan hidup Anda dengan patuh sepenuh hati untuk pasangan tentu bukan masalah. Itu adalah hak masing-masing. Tetapi, hal ini mungkin hanya satu banding sejuta saja,” pungkas Ratih.(nyata/jpnn)