(RIAUPOS.CO) - Hari Anak Nasional setiap tahunnya menjadi momentum untuk mengevaluasi peran seluruh masyarakat. Terlebih sebagai pengingat dan pendorong di tengah maraknya kasus kekerasan dan bullying pada anak.
Psikolog Anak dan Remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo menjelaskan evaluasi Hari Anak Nasional dilihat dari sejauh mana anak-anak mendapatkan haknya. Artinya seluruh masyarakat memiliki peran untuk bertanggung jawab memastikan pemenuhan hak anak.
“Kita semua? Iya kita semua, mulai dari orang tua, sekolah, masyarakat dan pemerintah mempunyai peran dalam hal ini karena anak menjadi tanggung jawab semuanya. Semua dapat menjadi pelindung anak, tidak pandang itu anak siapa meskipun tanggung jawab utama tetap ada di pundak orang tua” tegas Vera.
Di tahun 2018 ini, Vera menjelaskan masih banyak catatan perbaikan yang perlu direspon nyata oleh semua pihak. Kendati kekerasan fisik menurut KPAI menurun di 2018 ini, kekerasan verbal dan psikis termasuk bullying masih terjadi.
“Sebagai respon nyata akan hal ini, khususnya bagi orang tua, masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dilakukan,” jelas Vera. Lalu, apa saja yang bisa dilakukan untuk menangkal bullying pada anak?
Pola Asuh
Evaluasi dimulai dari rumah sendiri dengan anak-anak sendiri. Mulai mengevaluasi apakah pola asuh selama ini yang diterapkan pada anak beresiko membuat anak menjadi korban atau pelaku bullying.
Tontonan Anak
Selain itu, evaluasi apa yang menjadi tontonan atau lermainan anak di rumah. Apakah banyak mengandung kekerasan dan amati dengan siapa anak bergaul.
Olah Emosi Anak
Baik anak yang melakukan bully maupun sebagai korban, mereka cenderung memiliki kesulitan untuk mengekspresikan emosi dengan tepat. Yang satu mengekspresikan secara berlebihan sehingga menekan atau menyakiti yang lainnya.
Sedangkan yang satu lagi, kesulitan untuk mengekspresikan emosinya sehingga menekan terus perasaannya sehingga yang timbul adalah kecemasan atau perasaan tertekan. Orang tua bisa bantu anak mengolah emosinya dengan baik, yaitu dengan cara memberikan kesempatan anak untuk mengekspresikan emosinya, bukan mematikan melainkan mengajarkan cara ekspresi yang tepat dan bagaimana mengendalikannya.(ika/jpc)