Riau Pos Online - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) meminta masyarakat untuk membatasi konsumsi suplemen makanan atau multivitamin secara berlebihan (rutin). Sebab, suplemen bisa juga merusak fungsi organ hati maupun ginjal. Apalagi jika suplemen itu tidak memiliki izin edar yang sesuai karena tak ada jaminan atas keamanannya.
Menurut Direktur Inspeksi Dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplementer BPOM Sukirman Said Umar, suplemen makanan hanya sebagai bahan pelengkap, tidak harus dikonsumsi secara rutin atau berlebihan.
”Suplemen makanan tidak begitu diperlukan bagi tubuh, jika asupan nutrisi makanan sudah seimbang. Suplemen tanpa izin edar perlu diwaspadai karena itu membahayakan kesehatan masyarakat luas,” kata Sukirman dalam diskusi media bertajuk “Suplemen Makanan, Kawan atau Lawan?” di Jakarta.
Dijelaskan, suplemen makanan adalah produk untuk melengkapi kebutuhan nutrisi yang mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain yang memiliki nilai gizi atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi.
Sedangkan fungsinya untuk menutup defisiensi tubuh, melengkapi asupan, memelihara atau mengurangi suatu risiko penyakit dan bukan sebagai pengobatan penyakit.
“Suplemen digunakan jika kondisi tubuh dalam masa penyembuhan setelah sakit, kehamilan, menyusui dan lanjut usia. Kondisi seperti itu memang dibutuhkan pelengkap multivitamin untuk memulihkan kesehatan tubuh,” terangnya.
BPOM mengimbau masyarakat tidak mudah mengkonsumsi suplemen yang beredar di pasaran, terlebih yang tidak memiliki izin edar.
“Suplemen yang menimbulkan efek samping, seperti mual, pusing, muntah, jantung berdebar-debar, penggunaannya harus segera dihentikan,” imbau Sukirman tanpa menyebutkan jenis produk suplemen makanan apa yang membahayakan kesehatan.
Mengkonsumsi suplemen makanan secara serampangan, lan-jutnya, sangat membahayakan kesehatan. Pasalnya, kandungan suplemen seperti vitamin, protein, asam amino, mineral, bila berlebihan bisa menyebabkan kerusakan organ tubuh maupun efek toksisitas (kadar racun) meningkat.
“Kebanyakan zat-zat pada suplemen adalah zat yang mudah larut dalam air. Jika berlebihan justru akan memperberat kerja organ ginjal. Sedangkan untuk zat-zat yang diserap dalam lemak, jika jumlahnya berlebih dan terus ditimbun, tubuh pun akan mengalami keracunan hingga kerusakan pada organ ginjal dan hati,” jelasnya.
Menurut Sukirman, efek negatif lain yang lebih ekstrim bisa menyebabkan rambut rontok, mual, muntah, sakit kepala, gangguan tidur, kulit bersisik dan tulang rapuh.
“Harga murah atau mahal tidak menjamin suplemen bisa memberikan dampak yang baik bagi tubuh. Tiap suplemen atau multivitamin memiliki kandungan berbeda-beda dan belum tentu cocok untuk tiap orang. Masyarakat harus lebih memperhatikan aturan pakai pada label atau etiket untuk memastikan apakah produk tersebut telah terdaftar di BPOM atau tidak,” warning Sukirman.
Dikatakan, BPOM terus melakukan pengawasan ketat terhadap proses produksi suplemen makanan, seiring ditemukan beberapa produk yang tak memenuhi syarat pharmaceutical.
“Jumlahnya kurang dari 1 persen yang tidak memenuhi syarat pharmaceutical. Persentase ini cukup rendah, tapi tetap membahayakan kesehatan,” jelasnya.
Guru Besar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Rianto Setiabudy menjelaskan, penggunaan suplemen seperti vitamin dan antioksidan sebagai gaya hidup, bukanlah hal mendasar.
Dia mencontohkan, vitamin C kerap dikonsumsi secara berlebihan. Padahal, sesuai ketentuan, vitamin C dibutuhkan tubuh per hari hanya 90 miligram (mg), tetapi banyak produk yang menganjurkan dosis vitamin C mencapai 500-1.000 mg.
“Jika dikonsumsi secara berlebihan, bisa menyebabkan diare, nyeri lambung dan batu ginjal. Ada informasi yang menyebutkan bahwa vitamin C mampu mencegah berbagai penyakit, seperti influenza, jantung, katarak, bahkan kanker. Itu tidak benar,” cetus Rianto.
Dokter pun diminta tidak memberikan suplemen makanan maupun antibiotika kepada pasien, karena hal itu justru bisa memicu resistensi kuman. “Cukup memberikan obat esensial yang memang dibutuhkan kepada seorang pasien,” katanya.(rmol/jpnn)