Menjadi ibu adalah kodrat setiap wanita, tapi melengkapinya dengan berkarya di tengah masyarakat adalah pilihan yang tidak setiap orang dapat memilikinya. Karenanya, diperlukan kemampuan khusus agar bunda dapat menjaga keseimbangan antara kehidupan sebagai anggota masyarakat, dengan kehidupan pribadi sebagai ibu rumahtangga.
--------------------------
Laporan RINALTI OESMAN, Pekanbaru
--------------------------
PEKERJAAN apapun dapat dilakukan kaum ibu saat ini, tanpa mengabaikan fungsi utamanya sebagai pembimbing sang buah hati. Karenanya tidak heran jika Ketua Iwapi Pekanbaru yang juga Ketua Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Maryenik SH, mengatakan, ibu-ibu yang bekerja saat ini tidak lagi memiliki dwi fungsi sebagai ibu dan wanita karir, tapi telah menjadi multi fungsi. Pasalnya, selain berkarir, tidak sedikit ibu-ibu yang juga terjun di tengah masyarakat untuk kegiatan sosial dan politik.
Berkaca pada pengalaman pribadinya, Maryenik mengaku perlunya memiliki manajemen yang baik dalam menjalankan setiap fungsi tersebut. Sehingga, tidak ada salah satu pun dari setiap kepentingan itu yang terabaikan maupun terganggu kelancarannya. Untuk itu diperlukan kedisiplinan diri dalam menjalakan setiap aktivitas, sehingga semuanya bisa berjalan tanpa ada gangguan.
‘’Menyiapkan sarapan atau makanan bagi anak dan suami memang sudah merupakan suatu keharusan yang tidak bisa diabaikan. Walau terkadang tidak bisa memasak sendiri, minimal saya mengawasi agar tetap ada makanan untuk seluruh keluarga. Untuk itu diperlukan pembagian tugas dengan asisten rumah tangga, sehingga segala keperluan keluarga tidak terabaikan,’’ tutur Maryenik yang pada Pemilu 2014 mendatang mencalonkan diri sebagai anggota legislatif untuk Provinsi Riau dari Partai Golkar.
Kendati demikian, ia mengaku tetap memegang kendali terhadap masalah kesehatan dan pendidikan empat buah hatinya yang telah beranjak dewasa. Sesibuk apapun, dia selalu menyempatkan diri untuk datang ke sekolah anak-anaknya, jika diperlukan. Sebab melalui komunikasi dengan guru-guru di sekolah, dia bisa mengetahui perkembangan pendidikan si buah hati, sekaligus mengetahui berbagai permasalahan yang mungkin tidak terpantau dari rumah.
Demikian juga dengan menjalankan rumah makan dan resto yang dikelolanya, Maryenik mengaku, tidak perlu mengawasi terlalu ketat. Hal ini memungkinkan karena setiap pegawai dan pekerja telah mengerti terhadap tugas dan kewajibannya.
Keseimbangan
Pengakuan serupa diungkapkan pengacara Ida Bagiawati SH, yang beberapa tahun lalu menjadi satu-satunya perempuan di DPRD Provinsi Riau. Baginya, peran ganda sebagai ibu dan wanita yang memiliki karir, memerlukan keseimbangan dan manajemen waktu yang baik. Tanpa kemampuan menyeimbangan antara roda rumah tangga dengan pekerjaan, maka semuanya akan sia-sia.
‘’Fokus mengurus anak dan rumah tangga mungkin cukup memberi kepuasan, tapi melengkapinya dengan kemampuan meningkatkan ekonomi keluarga adalah kepuasan berganda yang mesti diperjuangkan setiap wanita,’’ tutur Ida yang kembali mencalonkan diri sebagai anggota legislatif Provinsi Riau pada Pemilu 2014 mendatang dari PDI Perjuangan.
Menurutnya, keseimbangan hanya bisa diperoleh jika kita mampu menyelaraskan kepentingan anak-anak dan pekerjaan. Karenanya, Ida selalu terlibat dalam perkembangan pendidikan dua putrinya yang masih duduk di bangku sekolah menengah dan kelas I SD. Baginya, anak-anak adalah fokus utama, tapi pekerjaan adalah tanggung jawab besar yang juga tidak bisa diabaikan. Terlebih mengingat pekerjaannya adalah menyangkut masalah hukum yang terkadang tidak memihak kepada rakyat kecil.
Selalu Berkarya
Pengalaman tidak jauh berbeda dijalani Yuliar Rofai, pemilik usaha Batik Selerang yang sempat berjaya pada era 1990-an. Saat tiga anak-anaknya masih kecil, dia sibuk mengurus dan mengembangkan pabrik batiknya yang menyediakan pakaian batik untuk seluruh siswa di Provinsi Riau. Kendati demikian, Penerima Upakarti dari pemerintah pusat tidak pernah abai terhadap perkembangan pendidikan buah hatinya.
Sekarang, ketika anak-anaknya telah berumah tangga, dia tetap tidak mau diam. Bedanya, fokus utama Yai, begitu dia biasa disapa, adalah masalah kesehatan untuk masyarakat dari daerah terpencil. Melalui Yayasan Selasih yang dipimpinnya, Yai setiap bulan melakukan pengobatan massal di kawasan pinggiran Pekanbaru.
‘’Masyarakat di dalam kota memang tidak susah untuk ke dokter karena ada Puskesmas, tapi mereka yang tinggal di pinggiran sangat susah untuk berobat. Karenanya kami mendatangi mereka dengan dokter serta obat-obatan, bahkan memberikan mereka kartu untuk berobat lanjutan,’’ tutur Yai yang memasuki libur panjang mendatang mengadaka sunatan massal bagi sekitar 100 anak tak mampu di Kecamatan Marpoyan Damai.
Perempuan dan rumahtangga memang sudah merupakan kesatuan yang tak terpisahkan, tapi rumah bukanlah perhentian terakhir bunda. Dunia luar masih memerlukan perhatian, walau anak-anak tetap fokus utama.***