Bagi peselancar jagat maya yang biasa mampir di Twitter, nama Ismail Fahmi boleh jadi sudah tidak asing lagi. Dia merupakan analis media sosial yang sangat aktif menganalisis berbagai trending topic lewat Drone Emprit. Di sela-sela pekerjaan itu, dia kerap membagikan sejumlah momen saat sedang berkebun. Greenhouse mungil yang dia bangun di atap rumah dan kantornya dipenuhi melon.
Laporan: Jawapos.com
PANDEMI Covid-19 menjadi salah satu alasan Ismail Fahmi curi-curi waktu untuk berkebun di antara kesibukannya sebagai pegiat media sosial. Berkebun dengan teknik hidroponik menjadi pilihan Fahmi. Bermula dari sayur-sayuran, dia merasa aktivitas berkebun kian menyenangkan. Karena itu, dia memutuskan membangun greenhouse di atap kantor sekaligus rumahnya. Tidak besar, ukuran greenhouse tersebut hanya 24 meter persegi. Meski mungil, greenhouse itu sangat produktif.
Fahmi sering kali menunjukkan momen-momen saat sedang asyik memetik dan menikmati melon yang dia tanam di greenhouse tersebut. Hijau dan lebat. Buahnya juga melimpah dan tampak sangat bagus. Siapa sangka hasil berkebun yang luar biasa itu berasal dari keresahan Fahmi. Dia heran lantaran banyak petani melon hanya bisa memanen satu atau dua buah dari satu bibit. ’’Jadi, menanamnya harus ribuan,’’ kata dia.
Dari keresahan tersebut, Fahmi kemudian mencari tahu cara menanam melon yang lebih efektif dan efisien. Hasilnya, dia menemukan sebuah video yang berasal dari Jepang. Dalam video itu, satu bibit melon bisa menghasilkan 60 buah. Luar biasa banyak. Sayang, dia tidak menemukan video lain. Hanya ada satu video. ’’Terus tak pelajari, tak play berulang-ulang. Karena mau tahu caranya bagaimana,’’ beber Fahmi.
Berkali-kali Fahmi menonton video tersebut, dia akhirnya menemukan poin penting. ’’Dijelaskan di situ bahwa kuncinya itu sistem pengakaran,” imbuhnya. Semakin banyak akarnya, semakin lebat buahnya. ’’Terus saya cari cara bagaimana membuat akar seperti itu,’’ sambung dia. Media tanamnya bukan tanah, melainkan air. Tentu air yang penuh dengan nutrisi. Temuan tersebut langsung dipraktikkan Fahmi.
Dia langsung mencari boks berukuran besar. Ada dua jenis boks yang dia gunakan. Pertama, boks ukuran 130 liter yang dipakai sebagai tandon air. Kedua, boks ukuran 40–50 liter untuk media tanam. Boks-boks itu kemudian dihubungkan dengan sistem pengairan yang juga dirancang sendiri oleh Fahmi. Hasilnya luar biasa. Dari enam bibit melon, masing-masing bisa menghasilkan sepuluh buah. ’’Masing-masing sepuluh kan jadi 60 buah,” kata dia.
Secara keseluruhan, enam bibit tersebut sudah menghasilkan lebih dari 300 buah. Dengan cara yang dia pakai, Fahmi percaya buah yang dia hasilkan dari kebunnya bisa lebih dari itu. Sebab, dia sendiri yang membatasi pembuahannya. Pertama karena ukuran greenhouse tidak besar. Kedua karena dia sudah kewalahan. ’’Kan harus dibuahi manual, dipolinasi secara manual. Sampai 320-an buah saya polinasi, nyerah saya, sudah capek,” jelasnya.
Jika diterapkan di kebun yang lebih luas, Fahmi yakin bibit-bibit melon yang dia tanam bisa jauh lebih produktif. Dia mengaku senang karena eksperimennya berhasil. ’’Ini sebetulnya eksperimen saja. Nanti saya mau terapkan di Bojonegoro,” kata dia. Di sana, Fahmi berencana membikin kebun buah-buahan untuk tempat wisata. Lahannya sudah tersedia. Namun, detailnya masih rahasia. Yang jelas, sebelum berhasil dengan eksperimen melon, kebun anggurnya juga berbuah lebat.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman