DULU, kita selalu beranggapan anak yang cerdas adalah mereka yang memiliki IQ tinggi. Namun kenyataannya angka IQ yang tinggi berdasarkan hasil tes yang diikuti anak-anak kita bukanlah jaminan bagi kesuksesan mereka di masa depan kelak. Ada faktor lain yang tidak kalah penting, yaitu kecerdasan emosional.
Pakar psikologi anak Seto Mulyadi dalam sebuah seminar di Pekanbaru, beberapa waktu lalu mengatakan, salah satu aspek kecerdasan emosional adalah kecerdasan sosial. Anak-anak yang memiliki kecerdasan sosial umumnya memiliki kemampuan untuk mengerti dan memahami orang lain, serta bisa bertindak bijaksana dalam menjalan hubungan dengan orang lain di sekitarnya.
Selain itu, ujar Seto, kecerdasan emosional juga meliputi kemampuan anak dalam mengenali emosinya, serta mengelola emosi tersebut dengan cara yang benar. Kecerdasan emosional juga menjadikan anak memiliki kemampuan untuk memotivasi diri sendiri serta tetap bersemangat untuk menghadapi berbagai kesulitan yang mungkin dihadapinya.
‘’Kenyataan saat ini, beberapa ahli mengatakan generasi sekarang cenderung mengalami kesulitan emosional. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku mudah merasa kesepian dan pemurung, mudah cemas, mudah bertindak agresif, kurang menghargai sopan-santun, dan sebagainya,’’ tutur Kak Seto, begitu dia biasa disapa.
Kecerdasan emosional dapat dikembangkan pada anak-anak sejak usia dini. Di antaranya dengan menciptakan suasana damai dan penuh kasih sayang dalam keluarga. Selain itu, bunda juga bisa mengembangkan kecerdasan emosional sang buah hati dengan memberikan contoh saling menghargai satu sama lain. Demikian juga dengan memperlihatkan ketekunan dan keuletan dalam menghadapi kesulitan, sikap disiplin dan penuh semangat, serta tidak mudah putus asa. Jika bunda selalu lebih banyak tersenyum ketimbang cemberut, juga bisa memotivasi anak untuk mengembangkan kemampuan yang berhubungan dengan kecerdasan emosionalnya.
Bunda, agar buah hati kita memiliki kecerdasan emosional diperlukan beberapa upaya untuk mencapainya. Di antaranya, mereka harus merasa dicintai. Kasih sayang kita sebagai orangtua dapat diekspresikan melalui pelukan, ciuman dan sentuhan lembut penuh kasih sayang. Bunda juga bisa memberikannya melalui aktivitas bersama seperti membacakan cerita dan menyanyikan lagu-lagu untuknya. Sikap bunda dalam mengasuh merupakan ekspresi cinta dan kasih sayang yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosionalnya di masa mendatang.
Karenanya, anak-anak yang dilahirkan dan berada di tengah keluarga yang tidak harmonis, sering melihat serta mendengar pertengkaran, terutama kekerasan fisik, akan sangat terpengaruh perkembangan emosinya. Sebaliknya, kasih sayang orangtua akan menumbuhkan rasa aman bagi anak, sehingga mereka memiliki rasa bahagia, yang merupakan dasar motivasi dan rasa kepercayaan diri yang kuat.
Walau sang buah hati masih Balita, mereka tetap memerlukan rasa dihargai dan diterima. Saat mereka menjalankan perintah sederhana, berilah pujian dan sanjungan. Namun saat mereka melakukan kesalahan, janganlah menghukumnya melainkan berikan bimbingan untuk diarahkan pada hal-hal yang benar. Pengakuan diri, pujian dengan ciuman, tepuk tangan dan senyuman atau luapan kegembiraan bunda, saat mereka melakukan hal yang baik akan menumbuhkan rasa percaya diri yang kuat. Sebaliknya, berikan peringatan dan bimbingan saat anak melakukan hal yang salah atau kurang baik, seperti membuang sampah sembarangan atau merebut mainan temannya. Dengan memberikan perlakuan berbeda terhadap perbuatannya, anak-anak akan mengerti membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk dilakukan.
Jika sejak belia, anak-anak terbiasa mengelola emosinya dengan baik, ia akan tumbuh menjadi orang baik saat dewasa. Anak yang bisa mengelola emosinya mampu mengungkapkan perasaannya. Kemampuan ini berawal dari pengasuhan yang kita berikan sebagai orangtuanya. (tie)
