Gendut Tidak Lagi Lucu

Gaya Hidup | Minggu, 09 September 2012 - 07:27 WIB

Gendut Tidak Lagi Lucu
(Foto: photobucket.com)

TINGGAL di rumah yang bersebelahan dengan mertua, menyebabkan kakak perempuan saya memiliki banyak kemudahan dalam mengasuh tiga buah hatinya yang masih Balita. Selain sang nenek yang sangat mengasihi cucu-cucunya, masih ada para tante dan om yang siap melayani ketiga anak yang beranjak besar tersebut. Apa saja dituruti, termasuk memberi  makanan yang mereka minta.

Semua curahan perhatian tersebut pada awalnya terasa sangat menyenangkan. Ketiga buah hatinya tumbuh sehat dan lucu dengan tubuh montok menggemaskan. Saat memasuki TK, Andre si sulung memiliki berat  30 kilogram dengan tinggi sekitar 100 sentimeter. Ia terlihat besar dan menjulang di antara teman-temannya, serta menjadi pusat perhatian.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Awalnya semua menikmati perhatian tersebut. Teman-teman dan para guru menyukainya karena terlihat menggemaskan, padahal gerakan Andre cenderung lamban tidak seperti anak-anak lain. Ukuran tubuhnya berkembang sangat pesat, bahkan sepatunya berukuran 39 saat masih di kelas 2 SD.

Sekarang saat menyelesaikan pendidikkannya di perguruan tinggi, berat badan Andre tidak pernah menyusut. Memiliki bobot tubuh hampir 120 kilogram, dia sama sekali tidak lagi terlihat menggemaskan. Rasa percaya dirinya pun makin berkurang, karena takut tidak ada yang akan menyukainya.

Selain tidak lagi menggemaskan, anak gemuk ternyata juga rawan terkena masalah kesehatan saat dewasa. Di antaranya diabetes, tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi, kanker dan penyakit jantung. Bahkan, cenderung merasa rendah diri dan depresi karena sering menjadi bahan ejekan teman-temannya.

Anak yang kegemukan, berkemungkinan besar jgua akan mengalami kegemuan saat dewasa. Sekitar 20 persen anak-anak berusia empat tahun yang kegemukan, mengalami masalah berat badan di usia dewasanya. Sedangkan 80 persen remaja yang kegemukan, juga tetap gemuk hingga dewasa.

Sebenarnya, tidak semua anak berberat badan ekstra dikategorikan kegemukan atau obesitas. Beberapa anak memiliki kerangka tubuh lebih besar dari rata-rata. Anak-anak juga biasanya memiliki jumlah lemak tubuh yang berbeda di berbagai tahap pertumbuhannya.

Umumnya, berat badan disebabkan oleh terlalu sedikit gerak badan dan terlalu banyak makan. Sebagian besar anak-anak yang kelebihan berat badan tidak perlu diet. Mereka hanya perlu didorong sedikit mengubah pola makan dan lebih aktif secara fisik. Ketika mereka tumbuh lebih tinggi, berat mereka harus tetap sama atau meningkat dalam jumlah normal.

Batasi jumlah makanan dan minuman tinggi kalori dan gula seperti coklat, minuman bersoda, biskuit, kue, dan es krim. Bunda dapat menggantinya dengan yang lebih sehat seperti seperti buah-buahan, jus buah, agar-agar, kripik sayuran, dan susu rendah lemak.

Masak makanan dengan dibakar atau dikukus. Ayam, ikan dan sosis bukan hanya lebih lezat bila dibakar, namun juga memiliki kandungan lemak lebih rendah. Ajarkan buah hati kita untuk makan lebih lambat dan menikmatinya, karena dia akan merasa lebih cepat kenyang dan cenderung tidak makan berlebihan pada waktu makan.

Lakukan kegiatan makan bersama dalam satu keluarga sesering mungkin.

Jangan jadikan makanan cepat saji sebagai acara rutin mingguan. Kurangi makanan ringan yang dimakan sambil beraktivitas. Jangan biarkan buah hati kita makan sambil menonton televisi atau melakukan pekerjaan rumah. Dorong mereka hanya makan ketika lapar, bukan karena kebiasaan, dan berhenti makan bila dia sudah kenyang. Dengan upaya ini, diharap mereka tidak memiliki kelebihan berat badan yang hanya lucu ketika mereka masih kecil! (tie)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook