Kenali Batasan Diri, Jangan Sampai Terjebak Toxic Productivity

Gaya Hidup | Rabu, 01 September 2021 - 16:16 WIB

Kenali Batasan Diri, Jangan Sampai Terjebak Toxic Productivity
Ilustrasi Toxic Productivity. (RIAUPOS.CO)

BAGIKAN



BACA JUGA


PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Mungkin kamu sudah akrab dengan istilah seperti toxic relationship ataupun toxic positivity. Namun, pernahkah berada di fase yang menyalahkan diri saat tidak melakukan kegiatan apapun bahkan ketika di waktu libur?

Atau kerap memaksakan diri untuk melakukan berbagai kegiatan agar tetap produktif hingga mengesampingkan kondisi kesehatan diri sendiri? Jika berada dalam kondisi seperti ini, ada kemungkinan terjebak dalam toxic productivity. 


Lantas apa itu toxic productivity? Toxic memiliki arti beracun. Jika dihubungkan terhadap productivity dapat dimaknai sebagai keinginan yang tidak sehat untuk  terus produktif yang dilakukan secara berlebihan.

Orang-orang yang terjebak dalam toxic productivity cenderung akan menyalahkan diri mereka saat tidak melakukan kegiatan apapun. Bahkan, menuntut diri mereka untuk terus melakukan lebih banyak pekerjaan saat sudah tidak ada hal yang perlu dikerjakan. 

Toxic productivity biasanya timbul dari persepsi kita saat melihat media sosial yang memperlihatkan kesibukan, kinerja serta pencapaiaan orang-orang sehingga kita memaksa diri kita untuk produktif tanpa kenal batas dan berimbas buruk terhadap kondisi mental kita.

Apa saja indikasi termasuk dalam toxic productivity? Berikut ulasan Riaupos.co yang dirangkum dari berbagai sumber jurnal akademik dan Jawapos.co. 

Terobsesi untuk bekerja hingga membahayakan kesehatan

Tidak ada hal yang salah saat kamu ingin melakukan pekerjaan secara maksimal dengan tepat waktu, akan tetapi dapat dikatakan hal yang salah saat kamu secara terus- menerus bekerja bahkan mencari aktivitas di luar waktu kerja saat memiliki waktu luang ataupun hari libur. Bekerja tanpa kenal waktu dapat berdampak buruk terhadap kesehatan fisik dan juga membuat kamu lupa bersosialisasi sehingga memperenggang hubungan kamu dengan orang sekitar. Kalau sudah seperti ini, kamu dapat dikatakan terjebak dalam toxic productivity.

Merasa bersalah saat istirahat

Orang yang terjebak dalam toxic productivity tidak mau bersahabat dengan istirahat. Mereka akan sangat merasa bersalah jika tidak melakukan kegiatan apapun seharian. Bahkan akan timbul perasaan tidak nyaman dalam diri mereka hanya sekedar untuk beristirahat.

Tidak pernah merasa puas

Toxic Productivity mampu membuat kamu selalu merasa ingin mendapatkan hasil yang menakjubkan dan melakukan kegiatan yang sebenarnya berada diluar kemampuan kamu. Namun, perasaan yang tidak pernah puas membuat kita memaksa diri untuk mencoba hal-hal baru yang belum tentu kita sukai.

Jika mengalami hal demikian, lantas bagaimana cara mengatasi toxic productivity?

Ketahui batasan diri

Jangan paksakan diri untuk melakukan hal yang tidak disukai hanya karna ingin menapatkan label produktif. Kenali limit kamu, sebab too much is never enough. Melakukan hal secara berlebihan tidak akan pernah cukup untuk merasa puas. Jadi, kerjakan hal tanpa memaksakan batasan diri.

Manajemen waktu

Lakukan pengendalian diri dengan melakukan manajemen waktu. Buat pengaturan waktu agar kamu tidak melupakan kewajibanmu untuk beristirahat di waktu luang. Dengan ada manajemen waktu, kamu tetap dapat mengatur jadwal agar sesuai target tanpa melupakan kesehatan fisik dan hubungan sosial dengan orang sekitar.

Self Reward

Saat sudah mencapai target jangan lupa untuk memberikan diri kamu sebuah apresiasi. Biasakan untuk menghargai setiap pencapaiaan yang telah kamu raih dengan membeli apa yang kamu ingin, makan yang kamu sukai dan istirahat jika kamu perlu melakukan hal tersebut.(*)

Editor: Eka G Putra









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook