JAKARTA (RP) - Gangnam Style dengan goyang kuda lumping ala Korea Selatan tiba-tiba merebak ke seluruh dunia.
Semua orang mengenal karya seni popular yang dikemas Psy, —bernama asli Park Jae Sang, 35 tahun itu. Semua menyebut Korea, Korea, hanya karena lagu untuk berjingkrak-jingkrak, setelah di up load di youtube, 16 Juli 2012 itu.
Dulu, India juga sangat ngetop dengan hadirnya lagu Kuch Kuch Hota Hai yang difilmkan sekaligus oleh bintang film ganteng Shahrukh Khan.
Drama yang berkisah soal cinta itu mengharu birukan seluruh dunia, termasuk ibu-ibu di Indonesia. Sangat menyentuh, impresif, dan membuat penonton rela menitikkan air mata haru.
Film itu pula yang menjadi tonggak kemajuan Bollywood, sebagai kekuatan dalam sinematografi berkelas dunia.
Taiwan melakukan hal sama. Pemerintah bahkan terus mendorong naiknya bintang-bintang muda yang bermain di drama melankolis ‘’Meteor Garden’’, 12 tahun silam.
Publik di Indonesia yang sedikit sentimental dengan etnis Tionghoa pun, kala itu berubah 180 derajat. Wajah-wajah oriental, termasuk gaya rambutnya menjadi idola baru Indonesia. Sebuah revolusi budaya yang luar biasa dramatik buat negeri ini.
Lihat saja, kala itu, banyak anak muda meniru gaya rambut dan performance personel Meteor Garden itu. Sampai-sampai tokoh-tokohnya, seperti Siemen, Hua Ce Lei, Tao Ming Tze, sang jagoan yang berjodoh dengan Shan Chai, seorang gadis cantik dari keluarga tak mampu yang terpaksa masuk ke sekolah paling elite di Taiwan.
Anak-anak muda di tanah air pun, sempat meluruskan rambut ikalnya, agar menyamai tokoh-tokoh yang ada dalam serial drama tersebut.
Inggris yang sedang booming dengan group boys band, bernama One Direction juga sama.
Melalui lagu-lagunya yang mendunia, seperti What Makes You Beautiful, One Thing, dan lainnya betul-betul menghipnotis anak-anak remaja, mirip Backstreet Boys yang sempat merajai AS, sepuluh tahun silam. Resonansinya sudah menjalar sukses menjadi idola anak-anak ABG di Indonesia.
‘’Negara juga memikirkan untuk mengangkat dan memaksimalkan potensi kreativitas rakyat dalam menemukan seni dan entertainment,’’ ungkap Hatta Rajasa, Menko Perekonomian.
Tari-tari dan lagu trandional, kata Hatta, memang penting dan itu adalah kekayaan intelektual yang tidak mungkin diabaikan. Kesenian berbasis tradisional juga sama pentingnya, karena itu adalah karya budaya yang tidak bisa dilupakan begitu saja.
‘’Tetapi harus juga dikembangkan, atau direvitalisasi, dimodifikasi secara up to date. Jangan sampai ketinggalan zaman. Jangan sampai larut dalam tradisi yang tidak bisa ditiru bangsa-bangsa lain,’’ ungkap dia. Keindahan seni, kata Hatta, bersifat universial.(dk)