Prestasi yang mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional ditorehkan oleh seorang dara asal Kota Pekanbaru, Riau dalam ajang bergengsi di industri fashion internasional di Paris, Prancis.
Laporan PRAPTI DWI LESTARI, PEKANBARU
IA adalah Thiffa Qaisty Salsabila. Gadis berusia 24 tahun ini memang memiliki kecintaan terhadap kebudayaan Melayu Riau yang ia saluran dalam gaun rancangannya berkolaborasi dengan Bank Indonesia.
Pemilik brand dari Sakinah by Thiffa Qaisty Salsabila ini diberikan kesempatan oleh Bank Indonesia Jakarta mengikuti Front Row Paris 2023 di The Westin Paris-Vendome, Prancis pada 2 September 2023 mendatang.
Setelah beberapa tahun belakangan ini ia hanya mengirimkan hasil karya terbaiknya, di tahun 2023 ini, Thiffa Qaisty Salsabila berkesempatan untuk memperlihatkan langsung gaun rancangannya bersama para penenun Rumah Tenun Kampung Bandar Pekanbaru dalam ajang Front Row Paris 2023 nanti.
Menurut Thiffa, ia bersama desainer muda lainnya binaan dari Bank Indonesia masuk menjadi lima besar perwakilan negara Indonesia yang merupakan hasil kurasi dari program IKRA Indonesia.
Bahkan kesempatan berharga ini tak pernah terpikirkan oleh dirinya, sehingga bisa berangkat ke Kota Paris, Prancis yang menjadi salah satu pusat utama industri mode dunia untuk memperkenalkan budaya ibu pertiwi di ajang Front Row Paris 2023 September mendatang.
"Alhamdulillah, saya bersyukur sekali karena kali ini diberikan kesempatan oleh Bank Indonesia Jakarta untuk mengikuti Front Row Paris yang akan dilaksanakan di Westin Vendome Paris pada September mendatang,” ucap Thiffa, Rabu (30/8).
Thiffa menjadi satu dari lima desainer asal Indonesia dan satu-satunya asal Provinsi Riau yang hadir di ajang Front Row Paris.
Putri dari pasangan Herond dan Reni Triana ini akan memperkenalkan kain tenun asal Riau dengan motif Bintang Beralih dan motif Wajik Kembang yang dipadukan dengan motif umum serta warna yang tengah digandrungi di industri fashion internasional.
"In Sya Allah 30 Agustus ini saya akan ke Jakarta untuk melakukan koordinasi dengan tim dari perwakilan di Indonesia yang akan berangkat ke Paris. Alhamdulillah desainnya kita akan buat lebih lux global, jadi memang kita langsung targetkan pasar di Paris itu sendiri tujuannya agar hasil karyanya diterima oleh pasar Eropa,” jelasnya.
Thiffa mengaku, desain rancangannya ini ia buat dengan berkolaborasi bersama para kaum ibu penenun tradisional asal Kota Pekanbaru yang berada di kawasan Rumah Tenun Kampung Bandar yang juga berada di bawah binaan Bank Indonesia Provinsi Riau untuk menenun kain yang akan dibawa ke Paris nantinya.
"Kita berkolaborasi dengan ibu-ibu penenun di Tenun Kampung Bandar ini karena mereka sangat piawai dalam menenun motif tenun yang Thiffa inginkan. Dan alhamdulillah, tidak memerlukan waktu yang cukup lama, gayung bersambut sehingga dalam waktu beberapa pekan proses pengerjaan tenun khas Riau ini bisa dikerjakan,” ucapnya.
Thiffa mengatakan, untuk Front Row Paris merupakan kali pertama show yang diikuti dengan datang langsung ke luar negeri, karena sebelumnya show yang dilakukan di negara Rusia dan Dubai hanya diikuti secara online.
"Ini pertama kali show langsung ke luar negeri dan kita bawa baju sendiri hingga fashion show serta jualan di sana dan yang pastinya sangat bangga sekali dan juga senang karena kita dari daerah Riau dan alhamdulillah kita bisa bawa tenun Riau ke kancah pasar Eropa,” ucapnya bangga.
Ia berharap jejaknya di industri fashion ini juga diikuti oleh para kaum muda asal Kota Pekanbaru dan Provinsi Riau lainya, sehingga dapat membantu mempromosikan kepada dunia internasional, jika Provinsi Riau dan Kota Pekanbaru juga memiliki hasil karya seni yang cukup membanggakan dan memiliki nilai historisnya tersendiri.
"Saya berterima kasih atas dukungan yang diberikan oleh keluarga dan semua pihak yang ambil bagian dalam event bergengsi ini. Semoga apa yang saya lakukan ini juga diikuti oleh kaum milenial di Kota Pekanbaru atau Provinsi Riau. Karena memiliki kecintaan terhadap kebudayaan Melayu Riau itu tidaklah menjadikan kita ketinggalan zaman, namun bisa kita kolaborasi sehingga unsur kebudayaan dan kekinian bisa menjadi suguhan yang dapat memukau mata dunia,” tuturnya.
Sementara itu, pengrajin Rumah Tenun Kampung Bandar Ruhaiya mengatakan, dirinya sangat bahagia sekaligus bangga bisa ikut memperkenalkan produk Indonesia salah satunya tenun Riau di kancah internasional.
Meskipun tingkat kerumitan dan kesulitan dari disain motif tenun yang diberikan oleh Thiffa cukup menantang. Ia tetap semangat memberikan hasil yang terbaik untuk tenun khas Riau agar bisa diperkenalkan kepada publik mancanegara.
Apalagi, hal yang sangat sulit dan menjadi perbedaan dalam mengerjakan desain tenun dari Thiffa ini terdapat dari seni warna kain yang digunakan serta letak posisi warna tenunan yang harus sama dan sejajar.
"Perbedaannya itu dari seni warnanya, letak posisi warnanya harus sama dan sejajar, Cuma kesulitannya narok posisi warnanya biar sama nanti hasilnya,” katanya Ia juga mengatakan bahwa dalam kerajian tenun tidak dapat ditargetkan waktu pengerjaannya karena butuh waktu dan proses dalam pengerjaan.
"Kalau tenun ini tidak bisa ditargetkan, kalau targetnya kita pengen cepat siapkan, Cuma perlu waktu dan proseslah. Kalau target itu tidak dapat diprediksi lagi,” ujarnya.
Dan ia mengatakan bahwa ini kali pertamanya Sakinah by Thiffa Qaisty masuk ke pasar Eropa dan para penenun asal Pekanbaru bisa ikut berkontribusi dalam memperkenalkan tenun khas Riau kepada industri fashion dunia.
"Alhamdulillah Sakinah by Thiffa Qaisty pertama kali untuk show yang kita datang langsung ke Paris, namun untuk ke luar negeri sendiri kita sebelumnya ada di Rusia sama di Dubai dan ini perdana kita untuk langsung masuk ke pasar Eropa ini, kita langsung bawa baju sendiri karena sebelumnya kita masih pandemi Covid-19 jadi kita masih via online dan kita mengirimkan barang kesana, dan insya allah tahun ini kita langsung berangkat ke sana dan langsung terjun jualan dan fashion show di sana,” ujarnya.
Ruhaiya dengan bangga mengatakan bahwa dengan dibawanya hasil poduksi yang ia buat merupakan pengalaman yang berharga dan nikmat tersendiri baginya.
"Tentunya sangat bangga lah dengan dibawanya hasil produksi kita sendiri ke luar negeri, tentu kaya istilah pengalaman berharga sekali dan merupakan nikmat tersendiri walaupun orangnya tidak berangkat namun hasilnya berangkat,”tuturnya sembari berkaca-kaca.***