Peringatan Hari Tari Sedunia 2013 dilaksanakan di Gedung Olah Seni (GOS) Taman Budaya Riau (TBR). Berlangsung sederhana, helat itu menjadi ajang silaturahmi dan berbagi pengalaman antar sesama penari dari berbagai komunitas antarnegara dan provinsi di Indonesia.
Laporan FEDLI AZIZ, Pekanbaru
HARI Tari Sedunia 2013 di Riau menjadi pelaksanaan yang ketujuh kalinya, dan yang keempat kalinya digelar Taman Budaya Riau. Sebanyak kurang lebih 23 komunitas yang menampilkan aksinya di atas panggung seperti Singapura, Jakarta, Surabaya, Medan (Sumut), Aceh, Padang dan Bukittinggi (Sumbar) dan banyak lagi.
Dilaksanakan di Gedung Olah Seni (GOS) Taman Budaya Riau (TBR), Senin (29/4), helat itu dibuka Wakil Gubernur Riau HR Mambang Mit. Acara tersebut sekaligus menjadi ajang silaturahmi dan berbagi pengalaman antar sesama penari dari berbagai komunitas antar negara dan provinsi di Indonesia.
Tampil perdana Komunitas Yunarbih (Bengkalis-Riau) dengan judul ‘’Tari Zapin Meskom’’. Komunitas yang didirikan almarhum Maestro Zapin Yazid bin Tomel itu, menyuguhkan zapin tradisi Melayu yang lembut dan syarat makna. Apalagi alunan lagu ‘’Pulut Hitam’’ mengajak penonton ke masa lalu, ketika zapin Melayu diciptakan pekerja tari masa lampau.
Dilanjutkan penampil asal Surabaya dengan judul karya ‘’Tari Jejer Banyuwangi’’ yakni tari tradisi Blambangan Banyuwangi. Nuansa Jawa terasa kental dengan lengang-lenggok yang lentur. Dilanjutkan dengan penampilan tari asal Kota Pekanbaru Sanggar Putra Melayu dengan judul karya ‘’Mak Inang Pulau Kampai’’, sebuah tari tradisi asal Melayu Deli. Menariknya, tarian itu dimainkan dua pasang yang berbeda jauh usia. Satu pasang orang dewasa dan sepasang lagi anak-anak seusia sekolah dasar. Penampilan demi penampilan mengalir hingga larut malam.
Peringatan Hari Tari Sedunia itu benar-benar memberi banyak kesan, positif untuk perkembangan dunia tari di Indonesia, Riau sebagai kawasan Melayu yang berazam secara politis melalui visi Riau 2020 sebagai pusat kebudayaan Malayu di bentangan Asia Tenggara. Paling tidak, ke depan Riau ditantang untuk menjadi pusat pelaksanaan Hari Tari Sedunia di kawasan barat Indonesia yakni Sumatera.
Dalam sambutannya HR Mambang Mit mengatakan, dunia tari menari di Riau sudah berkembang dan salah satu buktinya dengan helat yang dibukanya tersebut. Dia juga mengharapkan, ke depan pelaksanaan Hari Tari Sedunia di Anjung Seni Idrus Tintin agar lebih bergengsi dan memiliki nilai jual yang tinggi.
‘’Ke depan, kita tingkatkan lagi pelaksanaannya dan mengundang lebih banyak peserta sehingga bisa menari sehari penuh. Selamat bagi para penari yang telah mempersiapkan karya-karyanya di helat ini,’’ kata Mambang Mit.
Kadis Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Riau Said Syarifuddin SE MP mengatakan, perkembangan dunia tari memang sudah meningkat dengan keberagaman dan keunikannya masing-masing. ‘’Saya bersyukur, helat yang ketujuh kalinya di Riau ini direspon banyak pihak termasuk komunitas Singapura, pulau Jawa, kabupaten/kota se Riau dan komunitas-komunitas di kota ini,’’ ungkap Said Syarifuddin meyakinkan.
Sementara itu, ditampilkan beberapa orasi salah satunya orasi budaya oleh Dr Junaidi MHum, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning dengan judul ‘’Menafsir Gerak, Memaknai Tari’’. Disambung orasi tari oleh Cak Yayak (Riau) dan Faturrahman Said asal Singapura dengan pernyataan menarik ‘’Menarilah Sampai Kapan Kita Bisa’’. Koreografer ini juga menampilkan karyanya berjudul ‘’Antara di Antara’’, sebuah karya tari Melayu modern.
Sebelum acara puncak tadi malam, helat ini telah dilaksanakan di berbagai tempat di Kota Bertuah Pekanbaru seperti Bandara Sultan Syarif Kasim II, pelabuhan Sungai Duku, Mal Pekanbaru, Mal SKA dan Ramayana. Karenanya, diperlukan banyak lagi pemikiran untuk lebih meningkatkan karya-karya anak negeri yang mendapat respon positif dari masyarakat pendukungnya, terutama budaya Melayu Riau.(hpz)