SUAMI-ISTRI NEKAT BERSEPEDA KELILING DUNIA

Kampanye Perangi Sampah, 1 Kilometer Satu Kantong

Feature | Senin, 30 April 2012 - 08:48 WIB

 Kampanye Perangi Sampah, 1 Kilometer Satu Kantong
Luisa Melchert (28) dan Jean Carlos Bello (30) saat berbincang di sebuah rumah makan di Pekanbaru, Ahad (29/4/2012). (Foto: TEGUH PRIHATNA/RIAU POS)

Laporan  ADRIAN EKO DESRILIANTO, Pekanbaru

Jean Carlos Bello (30) dan isterinya Luisa Melchert (28), warga Venezuela berkeliling dunia, termasuk Indonesia dengan sepeda.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Misinya cukup mulia, menjaga kelestarian alam dengan memerangi sampah. Seperti apa perjalanannya?

Jean dan Luisa memulai perjalannya sejak 2010 lalu dari Kota Sydney, Australia. Ahli komputer ini, hingga saat ini sudah melalui beberapa negara, seperti Kepulauan Fiji, Samoa, New Zealand, Singapura, Malaysia (Johor-Malaka), Indonesia (melalui Dumai-Pekanbaru, selanjutnya ke Padang-Bengkulu).

Menurut Jean, ketika di Sydney mereka harus mengayuh sepeda sejauh 1.500 Km untuk bisa mencapai Melbourne, Australia. Dari kota Melbourne inilah barulah ekspedisi menjelajah dunia dimulai.

Yang diingatnya betul, saat menuju ke Indonesia, tepatnya saat hendak ke Jawa, Bali dan Lombok perjalannya terhenti di Pekanbaru. Visanya ternyata habis. Untunglah, ia dibantu oleh seorang warga Pekanbaru, namanya Anto.

Sementara ia bisa menginap di rumahnya, tepatnya di Villa Duyung Mas Pekanbaru. Banyak cerita yang menurut mereka dapatkan selama perjalanan hemat tersebut.

Mulai dari merasakan berbagai keindahan hingga menemukan persoalan yang menjadi masalah dunia saat ini. Tidak seperti perjalanan biasa saja dan hanya fokus pada melihat keindahan dan budaya negara yang mereka kunjungi, namun sepasang suami isteri ini membawa misi dunia memerangi sampah.

Menurut mereka, banyak persoalan sampah yang menarik perhatiannya. Dan mereka pun sempat untuk mengajari masyarakat arti penting bebas sampah dan hidup bersih.

‘’Ini bukan perjalanan biasa bagi kami, karena kami memiliki misi untuk membuat bumi ini bersih dan bebas sampah. Makanya, setiap melakukan perjalanan menggunakan sepeda, kami wajib perhatikan sampah sepanjang jalan,’’ papar Jean kepada Riau Pos.

Dalam kegiatannya, setiap satu kilometer mereka melakukan perjalanan wajib mengantongi sampah satu kantong.

‘’Jadi jika 14 kilometer sudah kami lalui berarti sudah 14 kantong sampah yang kami bersihkan. Bayangkan saja jika itu juga dilakukan semua orang saya yakin dunia ini bebas dari sampah,’’ timpal Luisa Melchert.

Setelah melakukan tindakan tersebut, sampah juga tidak dibuang sembarangan, melainkan ke tempat pembuangan sampah. Persoalannya selama perjalanan mereka akui sulit sekali menemukan tempat pembuangan sampah yang resmi.

Seperti yang mereka temui di perjalanan menuju ke Padang, di mana masyarakat terpaksa membuang sampah ke sungai karena tidak memiliki tempat pembuangan sampah yang resmi dan representatif.

Jean dan Luisa pun berharap dengan apa yang mereka lakukan bisa mendorong masyarakat yang lain untuk melakukan hal yang serupa. Tidak hanya itu, mereka juga meminta agar pemerintah harus berperan aktif dan ada solusi untuk membuat sampah tidak berserakan dimana-mana. Akhirnya, membuat kota menjadi kotor. Khusus Pekanbaru, dia sangat kagum karena sampah sedikit sekali berserakan.

‘’Peduli dengan kebersihan sampah tidak harus massal dan disuruh, melainkan bagaimana kita memulai dari diri kita sendiri. Saya kagum dengan Indonesia terutama Sumatera karena mereka memiliki pemandangan landscape yang sangat indah. Saya yakin, kami ingin kembali ke sini lagi,’’ jelasnya lagi.

Di luar dari itu, ternyata kedua bule ini memiliki ketertarikan yang berbeda, meski memiliki hobi yang sama. Jean yang pernah menjadi juru masak untuk makanan finalis Australia Master Chef ini benar-benar tertarik dengan masakan.

Dia mengaku sangat kagum dengan makanan yang disajikan di Riau dan Indonesia umumnya. Dengan cita rasa yang tinggi dan kombinasi berbagai bahan membuat rasa yang sangat lezat.

Bahkan dia bercita-cita usai dari perjalanan panjangnya ini bisa membuka restoran khususnya masakan Asia dan Indonesia.

‘’Harapan saya seperti itu ada. Apa yang saya dapatkan dalam perjalanan ini sangat berarti. Inginnya semua itu bisa dikombinasikan, jika kebanyakan restoran di luar menggunakan piring saya nanti akan menggunakan daun pisang yang menjadi ciri khasnya. Ini sangat menarik dan saya yakin nilai komersilnya lebih tinggi,’’ ujarnya.

Sementara itu, selama perjalanan Luisa lebih tertarik dengan kegiatan sosial, terutama tentang kebersihan. Seperti dicontohkannya saat ia berada di Fiji, dia gencar mengkampanyekan tentang kebersihan dan bahkan di perjalanannya ke Padang Panjang baru-baru ini sempat memberikan pelajaran Bahasa Inggris di salah satu sekolah yang dia temui.

Perjalanan tersebut juga dipilih mereka karena mereka yakin masih banyak harta yang terpendam dan tidak biasa dikunjungi wisatawan reguler.

‘’Banyak harta yang terselubung yang bisa kita dapatkan dengan bersepeda ini,’’ ujarnya.(ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook