KOMITMEN PERTAMINA HULU ROKAN MENINGKATKAN PRODUKSI  MIGAS

Kerja Keras Perwira, Mengumpulkan ‘Ikan Teri’ Menjadi ‘Kakap’

Feature | Selasa, 29 Agustus 2023 - 00:55 WIB

Kerja Keras Perwira, Mengumpulkan ‘Ikan Teri’ Menjadi ‘Kakap’
Team Manager Steam Station, Joko Laksono didampingi staf melakukan pengecekan mesin steam flood di Duri Camp, Kamis (24/8/2023). (HELFIZON/RIAUPOS.CO)

Peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-78 tahun ini menjadi spesial bagi Pertamina Hulu Rokan (PHR). Kerja keras Operator Blok Rokan Riau ini telah memberi kado bagi bangsa di peringatan hari kemerdekaannya dengan berhasil menjadi produsen minyak tertinggi nomor 1 di Indonesia. Hasil produksi minyak di Blok Rokan saat ini (Agustus 2023) telah berada di level 172.000 barel per hari (BPH), tertinggi di antara blok minyak lainnya di Tanah Air.

Laporan HELFIZON, Duri-Dumai


HARI menjelang sore saat kami sampai di Plant Operation Duri yang merupakan pusat stasiun uap  (Central Steam Station) SS North dan SS South. Setelah sebelumnya menempuh perjalanan 80 km dari Pekanbaru menuju Duri Camp, Kamis (24/8/2023). Di waktu seperti itu pekerja sudah pulang. Yang tinggal adalah beberapa pekerja saja. Di PHR pekerja dipanggil dengan sebutan perwira di semua level.

Raut wajah Ismail Yusuf tetap ceria meski hampir seharian bekerja di sana. Ia seorang perwira yang bertugas sebagai analis steam station yang ikut menyambut kedatangan kami.

“Ya kami menunggu petugas shift malam pukul 19.00 WIB,” ujarnya saat ditanya mengapa belum pulang.

Ia menjelaskan bahwa operasi steamflood (injeksi uap) yang ada di sini  ini adalah merupakan operasi steamflood terbesar di dunia, yakni mampu menghasilkan uap hingga 370 MBSWPD.

Di lokasi ini berjejer mesin steamflood mirip ketel uap raksasa. Yusuf menjelaskan bahwa saat minyak disedot ke permukaan bumi, maka namanya adalah fluida. Fluida itu terdiri dari minyak, air, dan gas. Fluida ini dimasukkan ke fasilitas treatmen yang namanya ke central gathering station (CGS) semacam tempat pengumpul. Lalu di sana diolah untuk dipisahkan antara minyak, gas dan air. Setelah dipisah maka air lah yang jadi bahan baku di steam station ini.

Lokasi ini di bawah tanggung jawab penuh perwira lainnya yang menjadi atasannya yakni Team Manager Steam Station, Joko Laksono. Kepada wartawan Joko Laksono menambahkan bahwa setelah pemisahan itu ada 36.000 barel air yang dihasilkan per hari atau setara dengan 23 ton/jam.  Air tersebut lalu menjadi bahan baku di steam station ini. Fungsi steam station ini untuk mengubah fase air ini menjadi fase uap.

Setelah menjadi uap kemudian diinjeksikan kembali ke perut bumi dengan tujuan utamanya adalah reservoir. Reservoir adalah bebatuan dikedalaman tanah yang memiliki sifat fisis tempat cadangan minyak yang tersimpan di lubang-lubang bebatuan. Untuk mengeluarkannya, uap yang dihasilkan steamflood station lalu diinjeksikan dengan tujuan mendorong minyak-minyak yang tersimpan dan membeku di reservoir naik ke permukaan.

Karakter minyak yang dihasilkan di wilayah kerja (WK) PHR Duri berbeda dengan karakter minyak di luar wilayah ini. Jenis minyaknya adalah heavy oil (minyak berat). Bentuknya seperti lilin. Upaya mendorongnya ke permukaan memerlukan temperatur dan tekanan yang dihasilkan dari injeksi uap ke perut bumi.

Pencapaian WK Rokan
Pada kesempatan yang sama di Camp Duri, perwira yang membawahi semua operasional di sana dengan posisi sebagai  EVP Upstream Bussines PHR WK Rokan, Edwil Suzandi menjelaskan bahwa Juli-Agustus 2023 ini menjadi tren positif bagi peningkatan produksi. Biasanya di rata-rata kisaran 168 barel per hari, naik di Juli-Agustus mencapai 172 bph. Pencapaian ini membuat WK Rokan menjadi WK dengan produksi tertinggi nomor 1 se-Indonesia. Menurutnya ini merupakan capaian tertinggi Blok Rokan sejak alih kelola dari Cheveron ke PHR.

“Ini tidak lepas dari kerja keras para perwira, dukungan pemangku kepentingan dan doa dari semua pihak,” ujarnya.

Menurutnya WK Rokan merupakan lapangan minyak tua yang harus terus dikelola dengan cara yang kreatif agar produksi minyak tidak turun.

Lalu mereka menemukan cara ini yakni mencari dan memperbanyak sumur-sumur minyak di wilayah yang selama ini memang sudah jadi area operasional pengeboran minyak di WK Rokan. Sumur-sumur baru ini disebut dengan sumur pengembangan. Tercatat sudah hampir 800 sumur pengembangan  sejak alih kelola 2 tahun lalu yang berhasil dibor dengan menggunakan 80-an rig untuk pengeboran maupun work over.

Jumlah rig yang digunakan di WK Rokan adalah terbanyak di Indonesia. Waktu kerja pun semakin efektif dan efisien. Kalau sebelumnya dalam satu bulan hanya menghasilkan belasan sumur kini meningkat. Per bulan 40 hingga 50 sumur pengembangan berhasil di bor. Ini sesuai dengan prioritas WK Rokan, yakni pertama menjaga produksi dan kedua meningkatkan produksi.

Hasil dari sumur-sumur pengembangan memang tidak sebanyak sumur utama. Berkisar kurang dari 10 ribu bph. Meski tidak banyak namun karena kuantitas sumurnya banyak maka dari yang sedikit-sedikit itu dikumpulkan jadi bukit.

“Kami ibaratkan sumur-sumur pengembangan yang hasilnya tidak besar itu seperti ikan teri. Namun hasil kumpulan ikan teri ini akhirnya menjelma menjadi ikan kakap yang besar,” ujar Edwil Suzandi.

Eksplorasi Migas Non Konvensional
Keseriusan PHR dalam upaya meningkatkan produksi tidak hanya dengan memperbanyak sumur pengembangan. Bahkan PHR berupaya mencari cadangan baru lewat eksplorasi migas non konvesional (MNK). Bukan setakat wacana, tetapi PHR sudah melakukan tajak perdana MNK di lapangan Gulamo Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir, Riau, Kamis (27/7/2023).

Tajak perdana itu diresmikan langsung oleh Meneg ESDM, Arifin Tasrif didampingi oleh Kepala SKK Migas, Dwi Sucipto, Dirjen Migas, Tutuka Ariadji. Selain itu juga hadir Direktur PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, Dirut Pertamina Hulu Energi, Wiko Migantoro, Dirut PHR, Chalid Salim dan Gubernur Riau Syamsuar.

Dalam melakukan evaluasi potensi (teknis) MNK Rokan, PHR melakukan kerja sama dengan perusahaan internasional yang telah terbukti berhasil mengusahakan dan mengembangkan sumber daya MNK di Amerika Serikat. Untuk mendukung upaya ini PHR juga melibatkan Tim Percepatan Pengusahaan MNK yang dibentuk oleh Kementerian ESDM.

MNK merupakan minyak dan gas bumi yang diusahakan dari reservoir tempat terbentuknya minyak dan gas bumi dengan permeabilitas rendah (low permeability). Perbedaan utama dengan eksplorasi migas konvensional dengan MNK terletak pada lokasi minyak di lapisan bumi.  Migas konvensional lebih mudah terlihat karena letaknya tidak terlalu dalam dari permukaan.

Berbeda dengan migas konvesional, MNK adalah hidro karbon yang terperangkap pada batuan induk (shale oil/gas) tempat terbentuknya hidro karbon atau batuan reservoir klastik berbutir halus dengan permeabilitas (kemampuan bebatuan untuk meloloskan partikel) rendah yang hanya bernilai ekonomi apabila diproduksikan melalui pengeboran horizontal dengan tekni stimulasi multi-stage hydraulic facturing.

Menurut Dirut PHR Chalid Saim potensi MNK ini ada di wilayah sumur Gulamo dengan rencana total kedalaman mencapai 8.559 kaki. Sumur ini merupakan satu di antara dua sumur eksplorasi vertikal yang direncanakan PHR. Satunya lagi akan dibangun di Lapangan Kelok (Kelok Field). Berdasarkan proyeksi SKK Migas, potensi migas di wilayan MNK itu mencapai 6,3 miliar barel. Sedangkan gas di kisaran 6,1 triliun kaki kubik (triliun cubic feet/CTF).

Semua upaya ini tentu memerlukan investasi yang sangat besar karena migas adalah bisnis dengan karakter high technology, high cost dan high risk. Dalam paparannya Chalid menyebut PHR menyiapkan belanja modal untuk investasi menjaga dan meningkatkan produksi ini pada 2023 senilai 850 juta USD. Sedangkan estimasi capital expenditure pada 2024 mencapai 1,1 miliar USD.

Lebih lanjut Chalid mengatakan bahwa  produksi rata-rata harian PHR saat ini di kisaran 169.000 bph dan kontribusinya terhadap total produksi nasional di kisaran 25-27 persen. Sedangkan kontribusi secara Pertamina Group saat ini di kisaran 30-33 persen. Produksi ini membuat PHR kembali merajai produksi minyak nasional.

Aset WK Rokan
Daerah operasi WK Rokan seluas  6.200 Km2 meliputi 7 kabupaten/kota di Provinsi Riau dengan bentangan jarak Utara ke Selatan mencapai 175 km.  WK Rokan memiliki 80 lapangan aktif dengan kurang lebih 11.300 sumur dengan produksi minyak 169.000 barel per hari dan gas 15 MMsdd. Untuk mendukung operasi WK Rokan memiliki digital & innovation centre (DICE) dan Production Rellability and Innovatioan Managemen (PRIME) mendukung operasi yang andal dan efisien.
tambah
Sumber: Pertamina Rokan Hulu Riau

Kontribusi pada Daerah
Ada dampak positif dari hadirnya investasi hulu migas lewat WK Rokan. Antara lain dampak yang dirasakan langsung adalah Dana Bagi Hasil migas (DBH), Program Pengembangan Masyarakat (PPM) sebagai tanggung jawab sosial (Corporate Responsibility), Participating Interest (PI) 10 persen, Pajak dan Retribusi Daerah (PDRD), PBB Migas serta pemberdayaan tenaga kerja lokal. Saat ini dari 2.300 pekerja di PHR, 70 persen adalah warga Riau.

Adapun dampak tidak langsung meningkatnya pendapatan dari bisnis penyedia barang dan jasa lokal, BUMD dan Badan Usaha lokal, penggunaan fasilitas penunjang operasi oleh Masyarakat seperti jalan,  pasokan minyak bumi untuk BBM, pasokan gas untuk bahan bakar kelistrikan di daerah dan industri turunan penunjang. Saat ini saja ada 37.000 mitra kerja PHR. Menurut EVP Upstream Bussines PHR WK Rokan, Edwil Suzandi total pendapatan negara yang dihasilkan WK Rokan mencapai Rp63 triliun. Sedangkan 10 persennya untuk daerah yang disebut dengan participating interest (PI) yang disalurkan lewat BUMD. Jadi daerah penghasil migas seperti Riau selain mendapat dana bagi hasil (DBH) Migas dari APBN juga mendapatkan PI 10 persen langsung dari pendapatan WK Rokan.

Sementara itu Corporate Secretary PHR WK Rokan, Rudi Ariffianto menambahkan bahwa keberadaan WK Rokan tidak semata kepentingan bisnis namun juga tanggungjawab sosial.

“Ada 3 pilar utama kami dalam beroperasi yakni tanggung jawab lingkungan, sosial dan bergeraknya ekonomi warga sekitar daerah operasi,” ujarnya.

Tanggung jawab sosial itu ada yang bersifat berkelanjutan (sustainable) dan ada yang tidak. Yang berkelanjutan misalnya beberapa program bantuan CSR menjadikan desa mandiri lewat desa wisata sudah dilakukan dan membuahkan hasil seperti di Kampung Patin XIII Koto Kampar. Mulanya hanya untuk usaha budi daya ikan patin. Tapi sekarang kampung patin itu berkembang dengan produksi abon, salai yang mencapai 15 ton/hari dengan penghasilan per hari total bisa mencapai Rp90 juta.

Kini di Kampung Patin bukan hanya fokus budi daya, tetapi juga ada yang usaha home stay, pemandu wisata, kuliner, kriya, produksi abon dan salai. Kunjungan wisatawan ke desa wisata ini tercatat mencapai 15 ribu pengunjung per bulan. Program CSR Lestari lainnya juga dilakukan untuk membangun destinasi wisata bersertifikasi yakni di Pulau Rupat dan Bukit Batu. Selain itu juga membantu peralatan 280 nelayan di Rohil dan 210 nelayan di Dumai.

Sedang program yang tidak berkelanjutan misalnya adalah operasi pasar murah saat harga-harga sembako melonjak. Hingga saat ini tercatat ada 21.000 penerima manfaat dari CSR yang disalurkan PHR paling bannyak diterima oleh usaha mikro kecil menengah (UMKM). Pasca alih kelola dari kontraktor asing Chveron, PHR mampu membuktikan bahwa anak negeri ternyata mampu mengelola bisnis migas dengan profesional.***

Editor: Edwar Yaman









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook