KETIKA DAHLAN ISKAN MERAMAIKAN BURSA BUKU NASIONAL

Tiap Bulan Cetak Ulang Dua Kali

Feature | Rabu, 29 Februari 2012 - 07:51 WIB

Tiap Bulan Cetak Ulang Dua Kali
Dua buku Dahlan Iskan "Ganti Hati" dan "Dua Tangis dan Ribuan Tawa" di Gramedia Pondok Indah Mall Jakarta jadi buku best seller selama Januari 2012, Selasa (28/2/2012). (Foto: RAKA DENNY/JPNN)

Buku-buku karya Dahlan Iskan diminati karena dinilai inspiratif. ‘’Ganti Hati’’ yang kali pertama diterbitkan lima tahun silam pun masih dicari.

Laporan JPNN, Jakarta

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

BUKAN obat-obatan yang dibawa M Alwi sebagai kado bagi saudaranya yang tengah sakit liver di Bogor. Melainkan, buku ‘’Ganti Hati’’ karya Dahlan Iskan yang dibelinya di Gramedia Jalan Basuki Rahmat, Surabaya, Selasa (28/2).

Alwi percaya, inspirasi dari ‘’Ganti Hati’’ yang bercerita tentang masa-masa kritis Dahlan gara-gara kanker hati hingga saat dia sukses menjalani transplantasi di Cina bakal memberikan kekuatan kepada sang saudara. ‘’Lewat buku ini, saya ingin menghibur dan memberikan kekuatan kepada saudara saya,’’ katanya kepada JPNN.

‘’Ganti Hati’’ sebenarnya diterbitkan kali pertama pada 2007 oleh JP Books dan sukses besar. Kalau kemudian buku yang ditulis Dahlan dengan gaya bahasa jurnalistik yang cair tersebut hadir lagi di rak berbagai toko buku tanah air hari-hari ini, itu tak lepas dari larisnya buku terbaru mantan CEO Jawa Pos itu, ‘’Dua Tangis dan Ribuan Tawa’’.    

Pertama diluncurkan November 2011, ‘’Dua Tangis’’ yang merupakan kumpulan tulisan Dahlan selama menjabat Dirut PLN itu mampu menembus angka penjualan 25 ribu eksemplar hingga Januari lalu. Buku itu pun dinobatkan sebagai best seller nasional bulan Januari. Memasuki Februari, catatan di jaringan Toko Buku Gramedia menunjukkan bahwa ‘’Dua Tangis’’ terus diminati pembeli serta meraup penjualan hingga 11 ribu eksemplar dan terus naik. ‘’Posisinya masih bersaing di top ten buku laris selama Februari. Penjualannya masih mantap,’’ tegas Assistant Marketing Communication Manager Penerbit Gramedia Budiyana.

Karena larisnya, penerbit sampai harus mencetak ulang lima kali. ‘’Sekarang sudah siap-siap mau cetak ulang keenam,’’ tutur Budi. Jika cetak ulang dilakukan hingga enam kali dalam tiga bulan, berarti rata-rata tiap bulan buku ‘’Dua Tangis’’ dicetak ulang dua kali. Standarnya, penerbit memproduksi 3 ribu eksemplar untuk sekali cetak. Tapi, khusus untuk buku karya mantan wartawan Tempo tersebut, penerbit sampai harus menaikkan hingga 10 ribu eksemplar tiap cetak. Tujuannya, stok buku tetap tersedia demi memenuhi permintaan pembeli yang gila-gilaan.

‘’Stok menipis saja tidak boleh, apalagi habis. Saya order khusus, setiap kali cetak harus 10 ribu. Tidak boleh kurang,’’ tegas Budi.

Karena itu, setiap hari Budi sampai harus berkeliling Toko Buku Gramedia di kawasan Jabodetabek buat memastikan bahwa stok tersedia. Sebab, jangan sampai permintaan masyarakat tak terpenuhi. Itu, jelas Budi, bisa mengakibatkan lost opportunity! Toko Buku Gramedia juga memperlakukan buku-buku karya menteri BUMN itu secara spesial. Di Toko Buku Gramedia Pondok Indah Mall (PIM), misalnya, buku-buku pria kelahiran Magetan tersebut dipajang rapi tepat di depan pintu masuk toko.

 Tata letak pintu depan didesain sedemikian rupa untuk mengantarkan pengunjung langsung melintas di rak khusus yang memajang buku-buku itu.

Makanya, hampir semua pengunjung yang baru masuk mampir sejenak di booth tersebut. Mereka membolak-balik cover depan-belakang dan berlanjut ke daftar isi. Beberapa orang menyempatkan diri membaca tuntas kata pengantar buku tersebut sebelum akhirnya menjinjingnya ke kasir.

Berdasar pengamatan JPNN yang berkunjung pada pukul 12.00 WIB awal bulan ini, selama setengah jam saja ada 23 orang yang berhenti di booth itu. Sebanyak 12 orang di antara mereka membolak-balik buku dan 7 orang membawa karya tersebut ke kasir. Kebanyakan membeli ‘’Dua Tangis’’ dan ‘’Ganti Hati’’ yang diterbitkan PT Elex Media Komputindo.

Kebanyakan yang penasaran dengan buku-buku karya Dahlan adalah ibu-ibu, bapak-bapak, hingga anak muda yang menjelang usia 30 tahun.

‘’Yang suka dengan buku Pak Dahlan memang orang-orang dewasa. Bukan anak-anak gaul atau anak alay,’’ kata Budi di toko buku.

Hal serupa bisa ditemui di Toko Buku Gramedia Gandaria City. Di toko buku yang bertempat di mal anyar itu, buku Dahlan diletakkan di pilar-pilar bertulisan best seller tujuh rak. Bahkan, di Toko Buku Gramedia Bintaro, terdapat rak dan booth khusus. Begitu juga di Toko Buku Gramedia Matraman.

Antusiasme terhadap buku-buku Dahlan juga terlihat di Surabaya. ‘’Kalau remaja banyak membeli buku Raditya Dika, yang dewasa cari buku Pak Dahlan,’’ kata Petrus Sigit Noert, staf Marketing Toko Buku Gramedia, Selasa (28/2).

Di Toko Buku Uranus, keadaannya tak jauh beda. Yuli dari bagian penjualan toko tersebut mengatakan, di tokonya buku karya Dahlan selalu terpajang di rak best seller. Buku terbaru yang ditempatkan di rak tersebut ialah ‘’Dua Tangis’’ dan ‘’Ribuan Tawa’’.

‘’Kalau buku Pak Dahlan, penjualannya stabil terus. Bahkan, kami sering menerima inden karena kehabisan stok,’’ terang dia.   

   

Yuli juga mencontohkan masih adanya pembeli yang mencari ‘’Ganti Hati’’ yang terbit lima tahun silam. ‘’Cetakan terbarunya masih laku terus,’’ lanjutnya.

Gaya tulisan Dahlan yang cair sehingga mudah dimengerti serta isi tulisannya yang inspiratif, seperti yang diutarakan Alwi, pembeli Ganti Hati, merupakan faktor-faktor yang mendorong larisnya buku-buku karya pria berkacamata tersebut. Selain tentu saja faktor Dahlan sendiri.

‘’Saya tertarik terhadap buku ini setelah pinjam teman. Menurut saya, isinya motivatif,’’ kata Paramadiana Yuni (21), mahasiswi Unair yang ditemui setelah membeli buku lain tentang Dahlan, ‘’Habis Gelap Terbitlah Terang’’, di Gramedia Royal Plaza Surabaya.(aga/dim/jpnn/ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook