BERJUANG DI DALAM DAN KENCANGNYA ARUS SUNGAI SIAK

Seribu Rupiah Sangat Berharga

Feature | Minggu, 29 Januari 2012 - 09:14 WIB

Seribu Rupiah Sangat Berharga
Riyan Lesmana saat mengayuh ciau untuk melajukan sampan tambang miliknya saat membawa penumpang dari dermaga Pelabuhan Sungai Duku menuju dermaga kayu Telukleok. (Foto: ERWAN SANI/RIAU POS)

Demi uang seribu rupiah, Riyan Lesmana (15) berjuang melawan dalam dan kencangnya arus Sungai Siak. Ia menjadi tukang ojek sampan untuk mengantar jemput penumpang di Telukleok

Laporan ERWAN SANI, Pekanbaru

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Sampan dayung papan kayu Meranti itu, mulai kusam ditumbuhi lumut hijau karena lama terendam air.  Bekas gesekan pangkal ciau (dayung) dan tol (kayu penahan dayung), menggurat semakin dalam. Dan setiap kali ciau dikayuh, suara derit pun terdengar nyaring.

Bunyi air terangkat oleh mata ciau dayung terus melajukan sampan yang dikendalikan Riyan Lesmana saat itu.

Jam di tangan saat itu menunjukkan pukul 13.40 WIB, tampak  raga berkostum bola berwana biru berlengan panjang terus mengayuhkan sampannya. Dari pinggir Sungai Siak tepatnya di perkampungan Telukleok Kecamatan Rumbai Pesisir. Bergerak menuju Pelabuhan Sungai Duku Pekanbaru.

Berkisar 10 menit, belia dengan sampan kayu ini tiba di dermaga kayu, yang letaknya berdekatan dengan Pelabuhan Sungai Duku.

Waktu luhur dengan sinar matahari  dengan gagahnya  menyinari air sungai seakan tak dipedulikannya. Padahal panasnya matahari siang itu bisa menghanguskan wajah, namun itu  tak dipedulikan remaja satu ini.   

Bukan itu saja sesekali dirinya memutarkan haluan sampan  seakan-akan melawa laju arus di Sungai Siak.  Namun itu semua seperti tidak membuat Riyan menyerah untuk terus mengayuh dua mata dayung dengan tangannya. Pekerjaan yang dilakoninya usai salat Ashar hingga malam tiba ini seakan menghilangkan semangatnya untuk bermain-main bersama teman sebayanya.  

Riyan yang duduk dibangku kelas 1 SMKN 5 Rumbai ini tak ada merasa mengeluh. Ini ia lakukan  demi untuk mencari tambahan untuk membantu keperluan ekonomi keluarganya. "Saya pulang sekolah sekitar pukul 14.00 WIB. Istirahat sebentar salat, setelah itu saya langsung nambang (mancari penumpang)," kata peria siswa jurusan mesin itu.

Setiap harinya dari pukul mulai dari pukul 16.00 hingga pukul 21.00 WIB Riyan hanya bisa meraup pendapatan Rp15.000- Rp20.000 saja. Selain itu, tambahan uang jasa yang selalu diterima Riyan juga merupakan kebaikan dari penumpang yang setia menumpang sampannya.

Sampan yang dia miliki ini ukurannya lumayan besar. Jika dibandingkan dengan tubuh yang dimiliki Riyan sampan yang digunakan tersebut empat kali lebih besar. Sampan dayung itu dengan lebar satu meter panjang empat meter.

Sampan inilah yang saban hari sebagai alat transportasi warga Rumbai. Terutama bagi masyarakat yang terletak di seputaran tepian Sungai Siak,  di Kampung  Telukleok. Dengan sampan dayung tersebut  warga yang  bekerja dipusat kota. Warga  tinggal menyeberang ke Pelabuhan Sungai Duku dan langsung naik angkutan kota yang mangkal di terminal pelabuhan. Ini dilakukan dalam upaya tak harus melintasi jembatan Laeghton yang memakan waktu lumayan lama.

Pekerjaan sebagai penambang atau pencari penumpang dengan sampan kecil, sudah dilakukan Riyan sejak dirinya duduk di bangku SMPAN  15 Rumbai.

Riyan, bukanlah satu-satunya orang yang bekerja mencari penumpang di Sungai Siak, Pekanbaru. Sejumlah penambang atau istilah para pencari penumpang ini, juga banyak dilakoni sejumlah masyarakat lainnya. Terutama para kaum ibu-ibu yang ada di sepanjang Telukleok atau tepatnya perkampungan di depan Pelabuhan Sungai Duku.

Riyan yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara ini, mengaku harus adu cepat bersama penambang lainya untuk mencari rezeki di antara penumpang yang baru tiba dari berbagai tempat tersebut. ‘’Kalau langganan tentu tak ada permasalahan pak. Tapi kalau ada penumpang baru tentu kita agak berebutan,’’ jelas Riyan yang saat itu masih memakai  celana berwana hijau yang merupakan seragambaju teluk belanga dari sekolahnya.

Doa serta rezeki dari perahu kecilnya menjadi harapan anak yang bercita-cita ingin menjadi pemain bola terkenal ini.  "Kalau rezeki tidak ke mana.  Mungkin kebanyakan penumpang memilih saya karena kasihan," ungkapnya saat berbincang kepada Riau Pos di sampan tambangnya kemarin.

Untuk sekali mengatar ke tujuan yang jaraknyaa berkisar 100-150 meter antara bibir sungai, Riyan hanya mematok tarif Rp1.000 per orangnya. Sekali berangkat Riyan bisa membawa penumpang tiga sampai empat orang. Ini tentu sangat melelahkan dan tidak sebanding dengan tubuhnya yang tidak begitu besar tersebut.

"Ya memang capek dan berat, tapi karena sudah menjadi kebiasaan jadi tidak begitu kita pikirkan.  Yang penting kita dapat rezeki,"  cerita Riyan yang saat itu mengenakan baju club sepakbola Inggris  Machester City yang merupakan tim sepak bola kesayangannya.

"Kebanyakan penumpang langganan saya itu dari penduduk sini yang  ingin menyebarang saja. Saya bersyukur dengan apa yang saya miliki saat ini. Namun saya bercita-cita tetap berpretasi di sekolah untuk mengejar cita-cita saya," harapnya sembari menyeka keringat akibat panasnya matahari siang itu.

Remaja yang tinggal di RT 03 RW 01 di Telukleok ini melakukan rutinitas ini setiap harinya. Bahkan kalaupun tak bisa menambang pada siang hari, usai salat maghrib dirinya menambang. ‘’Kadang saya ingin juga main bola. Makanya kalau sore tak bisa menambang karena main bola saya pilih pada malam hari,’’ jelas remaja yang berposisi sebagai gelandang bertahan ketika main bola ini.

Dirinya juga mengingat saat dirinya berada di sekolah, ketika bel tanda pulangberbunyi, Riyan langsung bergegas pulang ke rumahnya. Namun tidak seperti anak kebanyakan, remaja yang masih berusia belia ini tidak menghabiskan waktu untuk bermain dengan temannya, namun langsung bekerja mencari penumpang.

Walau sebenarnnya dia ingin banyak bermain dengan teman seusianya, namun keperluan ekonomi yang memaksanya harus membantu orang tuanya.

Bila sedikit tersisa, uang hasil mengayuh sampan ini buat jajan di sekolahnya. Akan tetapi lebih banyak membantu keperluan orangtuanya. ‘’Paling tidak walaupun sedikit pendapatan dapatlah menambah belanja dapur ibu pak,’’ lanjutnya.

Namun demikian, selama menambang Riyan mengaku bisa membagi waktu antar sekolah maupun mencari uang. Waktu luang pada malam hari lah yang bisa membuatnya berbagi antar bermain dan belajar.

"Prestasi sekolah saya juga baik bang, saya tidak begitu terganggu dengan pekerjaan saya sekarang," kisah Riyan yang orang tuanya bekerja di salah satu perusahaan yang ada di Jalan Soekarno-Hatta. Sedangkan ibunya hanya mengurusi rumah tangga saja.

Ternyata perahu yang dipakainya selama bertahun-tahun tersebut sebenarnya harus dibayar cukup mahal. Untuk waktu beberapa jam saja dirinya harus menyetor kepada pemilik sampan dengan nominal Rp8.000.

''Jadi kalau dapatnya Rp20.000, ya saya hanya menerima Rp12.000 saja bang,’’ lanjut siswa.

Meskipun menyewa sampan dirinya tak pernah putus asa. Karena apa yang dilakukan merupakan cara terbaik untuk meringankan beban orangtuanya. ‘’Kalau ada keperluan sekolah, tak perlulah saya minta sama bapak dan emak pak. Jadi saya bayar dari hasil mengayuh sampan ini,’’ lanjut pemuda yang mudah tersenyum ketika ditanya tentang kehidupannya.

Diakuinya apa yang dilakukan tersebut juga dilakukan orang lain. Tapi rata-rata yang bekerja sebagai penambang orang dewasa dan bukan anak-anak dan remaja seperti dirinya.

Warga setempat menyatakan kalau Riyan merupakan remaja yang gigih. Menurut mereka remaja satu ini lebih fokus untuk berusaha sendiri ketimbang meminta uang kepada orang tuanya.

Nurhayati (59) salah seorang pendayung sampan yang merupakan teman Riyan menegaskan kalau Riyan tak pernah mengeluh. ‘’Riyan itu pekerja keras. Sudah lama menjadi pendayung seperti kami,’’ jelas Nurhayati.

Hal serupa dikatakan, Eri warga Telukleok, dirinya merupakan salah satu pelanggan setia Riyan. Menurut dia, untuk menyeberang dari Telukleok menuju Pelabuhan Sungai Duku dilakukan hampir empat kali sehari. ‘’Makanya kalau sore baru sekali stor. Paling tidak saya terkadang terberi juga Rp5.000,’’ jelas Eri yang merupakan penanggungjawab dan penjaga pintu masuk Pelabuhan Sungai Duku.

 Berkaitan dengan sikap Riyan, Eri menegaskan kalau remaja itu  sangat ramah  dan baik anaknya. ‘’Riyan itu anak yang santun. Makanya dia banyak digemari teman-temannya,’’ ceria Eri.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook