Rumah Panggung Melayu Tak Terawat

Feature | Kamis, 28 November 2013 - 09:39 WIB

Rumah Panggung Melayu Tak Terawat
Rumah panggung Melayu milik Zurherti di Jalan Tanjung Batu Pekanbaru, tidak terawat.

Kondisi yang sangat memprihatinkan terhadap rumah panggung Melayu di tepian Sungai Siak, tepatnya di Jalan Tanjung Batu, Kecamatan Limapuluh, Pekanbaru tak terawat.

Laporan LISMAR SUMIRAT, Pekanbaru

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Keberadaan rumah tersebut saat ini seperti terlupakan, bahkan hampir tidak dipedulikan lagi keberadaannya. Hal itu terjadi, seiring dengan kemajuan dan perkembangan Kota Pekanbaru sebagai bandar metropolitan.  

Menurut Hj Erni (55), salah seorang warga yang memiliki rumah panggung menuturkan, dulu banyak sekali ditemukan rumah panggung di tepi Sungai Siak. Rata-rata, masyarakat pada masa itu, membangun rumah, bentuknya rumah panggung atau rumah tinggi.

Diceritkan Erni desain rumah panggung dibuat untuk menghindari banjir dan binatang buas, seperti harimau.

Namun, sekitar tahun 70 -an banyak rumah-rumah panggung di sana hilang dan tidak dipedulikan lagi. Hal itu diakibatkan ramainya orang berdatangan baik dengan niat tinggal dan juga membuka usaha di sekitar tepi Sungai Siak tersebut.

‘’Ada yang membuka kedai makan, membuka pelabuhan, ruko sehingga rumah panggung yang dulunya banyak kemudian untuk keperluan bisnis, dirubuhkan. Tapi sebenarnya yang salah warga setempat juga. Mereka merelakan menjual tanah dan rumah kemudian mereka hijrah entah kemana,’’ jelas Erni.

Bagi Erni, rumah yang dibelinya dari (alm) Tengku Cik tidak akan pernah dijualnya. Rumah yang menurut pengakuannya sudah berumur lebih dari 100 tahun tersebut saat ini ditinggali anaknya. Memang aslinya tidak lagi seperti tampak sekarang, tapi sedikitpun tidak merubah bentuk aslinya.

Menurut Erni, rumah itu dulunya panjang ke belakang. Tapi karena banyak sekali kayu dan papan yang lapuk akhirnya harus dirubuhkan bagian belakangnya sementara bagian depan, bentuknya tetap seperti bentuk aslinya.

‘’Saya untuk jual taklah. Biarlah susah makan kalau jual tak naklah. Lagipula dari 1977 kami membeli rumah itu, banyak kenangan disitu. Tambah pula anak saya ramai, jadi biarlah anak saya yang tinggal dan merawat rumah tinggi itu. Kalau pun tampak buruk dan lapuk, biarlah asal dapat berteduh,’’ kata Erni lagi.

Sementara itu, sebuah rumah yang tampak lebih menyedihkan adalah sebuah rumah di Jalan Tanjung Batu, sekitar 200 meter dari rumah panggung milik Hj Erni. Rumah yang menghadap ke arah sungai. Setelah dicari tahu, rumah yang terbiar itu halamannya dikontrak pemilik usaha bengkel las yang ada di sebelah rumah tersebut adalah milik Zuherti (59).

Ketika ditemui, Zuherti mengisahkan, rumah panggung tersebut merupakan rumah warisan dari moyangnya yang bernama (alm) H Imam Taher.

Kemudian diserahkan kepada (alm) ayahnya yang bernama H Ridwan Taher. Setelah kedua orangtuanya meninggal, maka dibagilah harta warisan termasuk rumah panggung tersebut. Akhirnya, dialah yang mendapat jatah tanah dan rumah panggung itu.

Kondisi rumah yang disana-sini lapuk, bahkan tegaknya saja hampir condong seperti hendak rubuh. Namun ukiran dan bentuknya yang khas tetap terkesan sebagai identitas rumah orang Melayu.(*6)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook