Pangkalan TNI Angkatan Udara Pekanbaru telah berganti nama dari Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Pekanbaru menjadi Lanud Roesmin Nurjadin. Pergantian nama ini akan diresmikan langsung oleh Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) Marsekal TNI Imam Sufaat SIP.
Laporan AGUSTIAR, Pekanbaru
Komandan Lanud (Danlanud) Roesmin Nurjadin, Kolonel Pnb Bowo Budiarto SE saat di wawancara Riau Pos, Kamis (27/9) menyebutkan pergantian nama untuk Pangkalan TNI AU dengan menggunakan nama pahlawan Angkatan Udara (AU) ini dilakukan juga oleh pangkalan lain. Ini sebagai salah satu upaya untuk mengingat jasanya dan tentunya menjadi motivasi prajurit untuk mempertahankan ketahanan udara NKRI, serta memotivasi generasi muda Indonesia yang ada di Riau ini.
‘’Tentunya untuk pergantian nama ini izin dari pusat, Lanud Pekanbaru menjadi Lanud Roesmin Nurjadin. Pertimbangannya karena Roesmin Nurjadin merupakan pahlawan angkatan udara yang sudah banyak berjasa bagi Indonesia dan juga Riau,’’ kata Danlanud menjelaskan.
Peresmiannya sendiri akan dilakukan Jumat (28/9) siang ini sekitar 15.00 WIB di Lanud Roesmin Nurjadin. Diceritakan Danlanud Bowo, bahwa sosok Marsekal TNI (Purn) Roesmin Nurjadin adalah tokoh TNI Angkatan Udara yang pernah ikut serta dalam Operasi Tegas, yaitu operasi mengambil alih Pangkalan Udara Simpang Tiga di Pekanbaru dari tangan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)/ Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) di Sumatera.
Penerbang jet AURI pertama ini telah berhasil menghancurkan bunker dan pesawat milik Angkatan Udara revolusioner. ‘’Untuk mengenang jasa-jasa Marsekal TNI (Purn) Roesmin Nurjadin, diusulkan sebagai pengganti nama Lanud Pekanbaru awalnya dan disetujui,’’ ungkapnya seraya menyebutkan Marsekal TNI (purn) Roesmin Nurjadin adalah seorang penerbang yang lahir di Malang 31 Mei 1930 silam dan wafat 8 September 1994 di Bandung, lalu dimakamkan di TMPN Kalibata Jakarta.
Lebih lanjut dijelaskan Danlanud, waktu itu awalnya pemerintah pusat mencoba cara persuasif untuk ‘’menginsyafkan’’ orang-orang yang terlibat dalam gerakan tersebut. Bahkan, sempat pula disebar pamflet lewat pesawat pemgebom B-25/Mitchell dan pesawat pemburu P-51/Mustang ke berbagai daerah yang menjadi basis pertahanan PRRI, antara lain Padang, Padang Panjang dan Bukit Tinggi.
‘’Isi pamflet itu menyerukan agar orang-orang yang terlibat dalam PRRI kembali menyamakan persepsi kebangsaan mereka dengan persepsi pemerintah pusat,’’ ungkap Bowo.
Namun, karena respon terhadap upaya itu berupa penolakan, maka pemerintah pusat melakukan tindakan yang lebih keras. Para tentara yang terlibat dalam PRRI/Permesta langsung dipecat. Bahkan, kemudian, pemerintah pusat juga menyatakan perang terhadap berbagai gerakan yang dianggap sebagai gerakan separatis tersebut.
‘’Apalagi kemudian terendus juga adanya bantuan kekuatan asing di belakang pemberontakan tersebut,’’ bebernya menceritakan panjang lebar sejarah perjuangan Roesmin Nurjadin.
Pada 28 Februari 1958, misalnya, telah terdeteksi adanya kehadiran dua pesawat terbang asing di udara Sumatera yang ternyata mendrop 15 senjata mesin ringan, 125 pucuk senjata laras panjang, dan 2 buah senapan mesin berat beserta kelengkapan pelurunya. Tidak hanya itu, penerbangan gelap dan penerjunan peralatan militer juga dilakukan pada 12 maret 1958 di Pekanbaru.
Sementara itu tersiar berita bahwa perusahaan penerbangan asing akan menjual empat buah pesawat amfibi kepada PRRI, lalu, pada 27 maret 1958 sebuah pesawat militer asing telah melakukan pendaratan darurat di lapangan terbang Sasa, Davao City, akibat kerusakan mesin. ‘’Tapi, di dalam pesawat ini ditemui 11 buah parachute holders, yang menandakan baru saja dilakukan dropping senjata atau pasukan saat itu,’’ jelasnya.***