BENDA-BENDA JAVA ROOM PALING DISENANGI KELUARGA

Kastil Faber-Castell,

Feature | Sabtu, 28 Juli 2012 - 11:58 WIB

Kastil Faber-Castell,
Count Anton Wolfgang von Faber-Castell bersama gambar tokoh wayang di Java Room. (Foto : Hafid Abdurahman/JAWA POS)

Banyak histori dalam istana yang terletak di perbatasan Nurenberg-Stein, Jerman, ini. Bukan hanya kisah bisnis Faber-Castell di bidang alat tulis yang kini menginjak usia 251 tahun. Kastil itu juga menyimpan banyak benda seni dunia, termasuk dari Jawa.

HAFID ABDURAHMAN, Nurenberg

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Enam gambar wayang dalam bingkai kayu tertata rapi di dinding. Ejaan Indonesia lama menghiasi gambar-gambar itu. Ada Semmar, Ardjoena, hingga Djaja-Sena. Karakter tokoh wayang tersebut melengkapi citarasa Jawa di sebuah ruangan di Kastil Faber-Castell yang kini berusia 109 tahun.

Di sudut-sudut ruangan berukuran 8 x 8 meter itu, tampak pula beberapa mebel khas Jawa. Ada lemari dengan ornamen ukiran dari Jepara. Ada pula dua kursi panjang yang anyaman rotannya dibiarkan jebol. Sementara itu, di tengah ruangan, ada seperangkat meja-kursi kayu, juga bernuansa Jawa. Karena dihiasi banyak barang dari Jawa itulah, ruangan tersebut diberi nama Java Room.

"Barang-barang ini koleksi nenek saya. Nenek saya suka seni, termasuk barang-barang seni dari Jawa, Indonesia," kata Count Anton Wolfgang von Faber-Castell, chairman dan chief executive officer (CEO) Faber-Castell AG.   

 

Pria yang hobi main tenis dan ski itu menyebutkan, usia furnitur Jawa tersebut hampir sama dengan Kastil Faber-Castell. Sudah lebih dari satu abad. "Nenek saya mendapatkannya dalam sebuah pameran di Paris, Prancis, pada 1900-an," ucapnya sembari mengernyitkan dahi.

 

Anton mengaku tak tahu banyak sejarah benda-benda kuno itu. Tapi, dia mengagumi keindahan ornamen ukiran pada mebel yang dinilai eksotis. "Pasti susah sekali membuatnya," ujarnya sambil memandangi satu per satu furnitur koleksi keluarganya tersebut.

 

Alumnus sekolah bisnis di Swiss itu begitu menyukai Java Room. Hanya, ada hal yang dia anggap mengganggu. Di ruangan tersebut ada beberapa benda antik lain yang bukan dari Jawa. Di antaranya, partisi dari Jepang, guci dari Tiongkok, serta hiasan gajah dari India.

 

"Karena itu, saya ingin melengkapi koleksi benda-benda di Java Room dengan benda-benda kuno yang lain. Biar seirama," ucapnya.

 

Kastil Faber-Castell (Foto: Flicr.com)

Kedatangan Jawa Pos ke kastil yang dibangun pada 1903 itu merupakan rangkaian International Media Trip yang diprakarsai Faber-Castell pada 15-17 Juli. Kastil Faber-Castell berada di kompleks pabrik yang berlokasi di perbatasan Kota Nurenberg dan Stein.

Kastil dengan tiga lantai tersebut berada di tengah taman yang asri. Pohon-pohon tua seolah memayungi bangunan karya arsitek Theodor von Kramer yang begitu tersohor itu.

 

Di dalam kastil, memang tersimpan banyak benda kuno yang menarik diamati. Di lantai dasar, ada sebuah pensil kuno yang dibuat secara tradisional pada abad ke-16. Pensil itu berupa grafit yang diapit dua kayu.

 

Alat tulis sederhana tersebut ditemukan dalam restorasi sebuah rumah di Jerman pada abad ke-17. "Pensil ini tidak diproduksi Faber-Castell. Tapi, barang ini adalah bagian dari sejarah pembuatan pensil," jelas Heinz Sommer, pemandu tur.

 

Kastil Faber-Castell sebenarnya didirikan sejak 1840. Hanya, kastil yang dibangun Baron Lothar von Faber itu masih belum sempurna. Baron merupakan generasi keempat dalam kerajaan bisnis Faber-Castell. Dia menjadi komando perusahaan stasionari itu pada 1839 hingga 1896. Pada 1903"1906, kastil dibangun lagi hingga seperti sekarang.

 

Nah, pembangunan kastil tersebut menjadi tonggak sejarah karena berbarengan dengan perubahan nama perusahaan. Awalnya, perusahaan yang didirikan pada 1761 itu bernama Faber saja. Nama tersebut merupakan nama keluarga Faber yang tersohor sebagai saudagar hebat di Jerman.

 

Pada generasi kelima, perusahaan dipimpin Baron Wilhelm von Faber. Pria yang wafat menjelang usia 42 tahun itu memiliki tiga anak, dua laki-laki dan seorang perempuan. Dua putranya kemudian meninggal dalam usia muda. Karena itu, perusahaan diwariskan kepada putrinya yang bernama Baroness Ottilie von Faber.

 

Ottilie yang gemar dengan benda seni kemudian menikah dengan Count Alexander zu Castell-Rudenhausen. Alexander juga berasal dari keluarga pebisnis andal. Pernikahan dua keluarga saudagar itu berdampak pada penggabungan nama perusahaan. Dari awalnya Faber menjadi Faber-Castell.

 

Pernikahan tersebut membuat ekspansi bisnis Faber-Castell semakin luas. Pasangan itulah yang membangun kastil yang bercitarasa seni tersebut.

 

Ada ruang tamu klasik gaya Prancis, perpustakaan Renaisans, pintu yang mengandung unsur khas Romawi, dan sebuah ballroom bernuansa gothic. Di lantai atas terdapat aula untuk perayaan dan resepsi untuk tamu kaum bangsawan, politisi, serta pebisnis. Sementara itu, Java Room dikhususkan untuk menyimpan benda-benda seni asal Jawa koleksi Ottilie.

 

Namun, tak lama keluarga Faber-Castell tinggal di kastil yang begitu megah itu. Saat perang dunia meletus, mereka meninggalkan puri yang mereka banggakan tersebut pada 1939. "Bangunan ini sempat dijadikan markas tentara Jerman," papar Heinz.

 

Beberapa tahun kemudian, kastil berpindah tangan. Bangunan keluarga Faber-Castell tersebut dijadikan markas berkumpulnya wartawan. Bukan hanya jurnalis dari Jerman, para pemburu berita dari sejumlah negara juga tinggal di sana.

Dari kastil itulah berita-berita mengenai seputar Perang Dunia II dikirimkan. Saat perang berakhir, kastil tak langsung kembali ke empunya. Kastil itu masih menjadi mes bagi orang-orang asal Amerika.

 

Setelah menjadi bagian dari sejarah perang, kastil ditinggalkan begitu saja. "Sejak 1953, tempat ini dibiarkan kosong selama 30 tahun. Tidak ada yang meninggali," papar Heinz yang mengaku pernah berkunjung ke Indonesia.

Count Anton Wolfgang von Faber-Castell dengan pensil dan penghapus raksasa di depan kastil milik keluarganya. (Foto: pencilpages.com)

Anton yang menjadi chairman dan CEO Faber-Castell sejak 1978 kemudian berpikir untuk merestorasi kastil. Sebelum memimpin perusahaan stasionari itu, Anton bekerja di perusahaan lain. Kelihaian dalam berbisnis membuat dirinya terpilih menjadi pemegang komando terakhir perusahaan keluarga tersebut.

 

Tak hanya piawai dalam manajemen, Anton juga punya darah seni seperti pendahulunya. Karena itu, Anton yang membangun banyak pabrik di banyak negara tersebut juga merestorasi kastil keluarganya.

 

Tentu tak mudah mengembalikan wajah kastil warisan moyangnya itu. Dia butuh waktu tahunan. Apalagi harus mengembalikan pernik-pernik atau benda sejarah yang sudah porak-poranda karena perang.

 

Buku perubahan nama perusahaan dari Faber menjadi menjadi Faber-Castell, misalnya. Buku yang disahkan Kerajaan Jerman itu ditemukan di Amerika Serikat.

 

Ketekunan dan kesabaran Anton berbuah manis. Kini kastil itu kembali berdiri tegak. Hampir seluruh properti milik keluarganya menghiasi bangunan eksotis tersebut. Misalnya, buku-buku di perpustakaan yang kini berjajar rapi dalam lemari.

 

Benda-benda antik juga bertebaran menghiasi kastil. Salah satunya adalah goresan pensil pelukis Vincent van Gogh. Pelukis asal Belanda itu mengirim surat kepada teman sekaligus mentor seninya, Anthon van Rappard. Dalam suratnya pada Juni 1883 tersebut, Van Gogh mengagumi pensil Faber-Castell yang dia gunakan menggambar. (*/c5/ari/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook