MENGUNJUNGI BEKAS WILAYAH KEKUASAAN KHUN SA, RAJA OPIUM THAILAND (1)

Dulu Ditakuti, Kini Jadi Kawasan Wisata

Feature | Selasa, 27 November 2012 - 09:06 WIB

Dulu Ditakuti, Kini Jadi Kawasan Wisata
Kawasan Doi Tung yang dulunya jadi penghasil opium saat ini disulap menjadi tempat kunjungan wisata. Foto: DANI TRIWAHYUDI/JPNN

Laporan DANI TRI WAHYUDI, Thailand

Kawasan Pegunungan Doi Tung, Thailand, dulunya penghasil opium terbesar di dunia yang dikendalikan oleh Khun Sa.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Namun kini kawasan tersebut berubah menjadi salah tujuan wisata dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang maju pesat. Bagaimana ceritanya?

Pegunungan Doi Tung berada Provinsi Chan Rai yang posisinya paling ujung Utara Thailand. Kawasan itu sempat disebut Golden Triangle. Yakni, ladang opium terbesar Asia yang berada di areal perbatasan Thailand, Myanmar (Burma), dan Laos.

Puluhan tahun lamanya kawasan diduduki oleh Khun Sa sebagai penghasil opium atau juga dikenal sebagai candu. Tetapi kini kawasan itu menjadi areal pendampingan Mae Fah Luang Fondation, yaitu sebuah yayasan milik keluarga kerajaan Thailand.

Yayasan tersebut menerapkan program Doi Tung Development Project (DTDP) yang memberdayakan masyarakat agar terlepas dari profesi awal yakni sebagai petani opium.

Tentunya menjalankan misi tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun, memerlukan perjuangan dan kesabaran dalam proses sekitar 30 tahun.

Untuk mencapai Doi Tung, rombongan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) yang dipimpin oleh Ratna Djoko Suyanto (istri Menkopolhukam Djoko Suyanto), BNN, dan Pertamina menempuh dua kali penerbangan.

Dengan menggunakan pesawat carter Foker 100, rombongan terbang empat jam 20 menit dari Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta ke Bongkok Thailand.

Dari Bangkok, perlu sekitar 1,5 jam perjalanan udara untuk sampai di Bandara Mae Fah Luang International Airport. Perjalanan darat dari bandara menuju lokasi perbatasan tiga negara itu relatif lega dan bebas macet.

Jalanan di Thailand di kawasan perbatasan tersebut sangat lebar, bagus, dan teratur. Apalagi, ada taman di sepanjang median jalan membuat pemandangan cukup nyaman.

Setelah mendekati kawasan pegunungan, barulah jalanan semakin berkelak-kelok. Hingga tibalah di salah satu lokasi proyek Doi Tung, yakni pusat pembutan keramik, kerajinan tangan, pembuatan kopi, dan pemintalan kain.

Di tempat inilah, ratusan mantan petani opium serta generasi petama dan kedua dipekerjakan dengan gaji yang layak.  

Sekjend DTDP, Mom Rajawongse Disnadda Diskul yang merupakan sepupu Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej, terlihat mengawasi langsung para mantan petani opium tersebut.

Pria lanjut usia yang energik itu akrab dipanggil Khun Chai oleh warga setempat, yakni sebuah gelar kebangsawanan semacam Raden di Jawa.

‘’Istri saya inilah yang menghasilkan uang di sini, sedangkan saya yang tinggal memakai uangnya,’’ seloroh Khun Chai memperkenalkan isterinya, Khunying Puangroi Diskul na Ayudhya, yang juga menjabat Executive Director DTDP.

Dituturkan Khunying, proses pembuatan kertas berasal dari bahan serat kayu pohon Sa. Pohon-pohon itulah yang ditanam di bekas areal ladang opium.

Bahan kayu itu diambil dari batang-batang pohon yang bisa tumbuh lagi. Jadi, tidak sampai menebang pohonnya. Menariknya, seluruh rangkaian proses produksi di tempat itu nyaris tidak ada bahan yang terbuang dan menghasilkan limbah.

Semisal, ceceran tanah liat bahan keramik sudah tertampung di saluran khusus yang akan dipakai lagi. Begitu pula untuk ceceran serat kayu, maupun potongan-potongan kertas dan kain, semuanya dijadikan kembali produk dengan nilai jual yang tinggi.

Selanjutnya rombongan diajak oleh Khun Chai konvoi dengan iring-iringan mobil ke tempat yang lebih tinggi. Di sanalah terdapat Mae Fah Luang Art & Cultural Park, areal proyek tujuan wisata.

Di sana terdapat salah satu outlet penjualan pusat  kerajinan DTDP, restoran, dan hamparan taman bunga yang artistik.

Mae Fah Luang dalam bahasa Indonesia artinya Ibu Raja dari langit yang tak lain adalah pendiri Yayasan, Ibu Suri Thailand, (alm) Srinagarindra, yang merupakan ibu kandung Raja Thailand yang sekarang. Tempat itulah cikal bakal proyek DTDP oleh Yayasan Mae Fah Luang.

Berawal pada tahun 1986, ketika Departemen Kehutanan Kerajaan Thailand mencanangkan reboisasi di lahan bekas tanamam opium yang gersang dan tandus.

Nampaknya tanaman opium itu mirip dengan kelapa sawit, yang rakus menghisap unsur tanah. Bahkan rumput saja tidak mau tumbuh di bekas lahan opium.

 Sedangkan petani opium merupakan petani tidak tetap yang menggunduli hutan untuk membuka lahan. Pola tanam berpindah-pindah juga merupakan modus untuk menhindari tentara Myanmar yang sering berpatroli di kawasan Golden Triangle.

Sedangkan saat itu juga, Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej merasa resah karena kawasan perbatasan di bagian utara itu diduduki oleh gembong opium, Khun Sa.  

Kondisi itu merupakan ancaman keamanan bagi negara. Namun puluhan tahun yang lalu Raja Bhumibol sadar, bahwa pemberantasan opium dengan cara represif tidak memecahkan masalah.

Sebaliknya, dipilihlah program reboisasi sekaligus pemberdayaan masyarakat setempat.

Bersamaan dengan itu, Disnadda Diskul (Khun Cai), selaku saudara dan Sekretaris Pribadi Ibu Suri, mengusulkan agar Ibu Suri tinggal di Thailand.

Sebab rencananya sang Ibu Suri kerajaan akan tinggal ke Swiss saat mendekati sembilan puluh tahun. Khun Cai menemukan kawasan di Doi Tung cocok untuk kesehatannya.

Setelah mendengar laporan ini, sang Ibu Suri menyetujui. Maka kerajaan memutuskan untuk membangun rumah di sana.

Saat kunjungan pertamanya Ibu Suri mendarat dengan helikopter, karena belum dibangun jalan di lokasi tersebut.

Nah itulah kenapa warga setempat mengatakan Mae Fah Luang dalam bahasa Indonesia artinya Ibu Raja dari langit. Selama kunjungan pertama, Ibu Suri menyatakan bahwa “Saya akan reboisasi Doi Tung”.

Sang Ibu Suri mencurahkan waktunya untuk mendampingi warga pegunungan dan memulai proyek-proyek reboisasi dan pembangunan di Doi Tung. Khun Cai ditunjuk  sebagai kepala proyek. Itu adalah puncak dari dedikasi seumur hidup Ibu Suri sampai akhirnya wafat.

The Doi Tung Development Project (DTDP) akhirnya menjadi proyek solusi yang tepat untuk memberantas opium.

Dari proyek itu, warga setempat yang semula, miskin, terisolasi, tidak berpendidikan dan hanya bisa menanam opium akhirnya penghasilannya terdongkrak dan lupa menanam opium.

Tempat semula tempat yang gersang, seram, terisolasi, sarang mafia opium dan ditakuti orang, kini ramai dikunjungi wisatawan. Dengan DTDP kini tanaman  opium nyaris menghilang dari Thailand.

Padahal pada saat awal-awal proyek DTDP digarap, sebenarnya lokasi setempat, sang raja opium Khun Sha masih bercokol di sana.

Warga setempat juga masih dalam pengaruuh dari sang raja opium sekaligus bos pengedar senjata gelap itu.(ila/bersambung)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook