Dalam satu bulan terakhir masyarakat Pulau Rupat maupun para pengguna jasa angkutan penyeberangan Ro-Ro di Tanjung Kapal, Rupat dan Kota Dumai resah. Akibat terkendala angkutan penyeberangan ini, ratusan kendaraan terpaksa antre selama dua sampai tiga hari.
Laporan ABU KASIM, Rupat
PULUHAN unit truk bermuatan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dan juga truk bermuatan hasil tangkapan laut dan budi daya udang tambak Pulau Rupat bersusun dengan antrean panjang. Disusul dengan kendaraan mobil pribadi dan sepeda motor yang ingin menyeberangi selat Dumai.
Sedangkan di sisi Dermaga Ro-Ro Kota Dumai, juga tak kalah banyaknya mobil truk kosong usai mengantar TBS sawit mereka untuk dijual. Namun saat akan kembali, mereka juga harus mengantre cukup lama, hingga mencapai dua hari.
“Sudah dua hari mengantre di dermaga Ro-Ro Tanjung Kapal Rupat dan baru habis magrib (Selasa malam) bisa menyeberang. Tapi setelah mengantarkan sawit dan ingin pulang ke Rupat juga harus antre lagi selama dua hari,” ucap Samsul, salah seorang sopir truk yang akan menyeberang ke Pulau Rupat.
Ia mengaku, sudah sebulan lebih kondisi itu dijalaninya. Karena mau tak mau harus dilakukan, kalau tidak TBS sawit yang dibawanya tak laku dijual dan membusuk. Tentu ini akan menambah kerugian besar bagi keluarganya yang panen sawit, setiap hari mencapai puluhan ton.
“Kalau tak dijual bakal busuk. Di Pulau Rupat sejumlah ram pembelian sawi tak mau membeli sawit masyarakat. Tentu jalan terbaiknya membawa ke seberang (Dumai) untuk dijual agar tidak mengalami kerugian lebih besar,” ucapnya.
Samsul mengaku, tak tau apa persoalan sebenarnya di penyeberangan Ro-Ro Rupat-Dumai ini. Namun dirinya menilai tak ada upaya pemerintah untuk mencarikan solusi yang dihadapi masyarakat.
Bahkan kondisi yang sangat miris dirasakan oleh pemilik usaha penjualan udang dan ikan hasil tangkapan laut nelayan Rupat maupun hasil panen udang budiaya tambak udang.
Pasalnya, jika mengantre selama dua jam tentu muatan ikan dan udang yang sudah dibekukan dengan menggunakan es batu, dalam sekejap es tersebut bakal mencair, sehingga membuat para sopir yang membawa muatan itu harus memasuk es cadangan, agar barang bawaanya tetap segar.
“Kalau seperti ini terus kondisinya, bisa tekor dan rugi besar kami. Karena kalau sudah antrean selama dua hari, maka esnya akan mencair. Tentu ikan dan udang yang kita bawa dapat membusuk,” ucap Andi, salah seorang sopir truk yang bermuatan udang dalam box besar.
Ia bersama teman-teman seprofesinya, juga terlihat lelah dan duduk di kursi yang ada disekitar dermaga Ro-Ro Tanjung Kapal, Rupat. Tentu dengan menunggu lama membuatnya khawatir, barang yang dibawanya bakal rusak.
“Kami diberi target sekian hari harus sampai di tempat. Tapi karena kondisi penyeberangan Ro-Ro, maka kami tak bisa berbuat banyak, melainkan harus pasrah,” ucap Andi sambil menghela napas panjang.
Ia berharap, petugas Ro-Ro dapat memberikan dispenisasi kepada truk bermuatan hasil laut. Karena dalam satu kali penyeberangan, kapal Ro-Ro hanya membawa dua sampai tiga truk bermuatan barang bersama kendaraan umum lainnya.
Andi mengharapkan, agar barang yang mudah rusak itu agar menjadi perhatian petugas dan jangan disamakan dengan yang lain dan bisa ditunggu lama.***