DUA DATUK TULIS BUKU PACU JALUR KUANTAN SINGINGI MELINTASI MASA

Agar Tidak Berubah dan Hilang Ditelan Masa

Feature | Sabtu, 26 Agustus 2023 - 09:40 WIB

Agar Tidak Berubah dan Hilang Ditelan Masa
Desain buku Pacu Jalur Tradisional Kuantan Singingi Melintasi Masa.

Tepian Narosa Telukkuantan tampak “bersolek”. Tenda anak pacu dan jejeran ratusan jalur dari desa-desa di Kuantan Singingi (Kuansing) maupun asal Indragiri Hulu terlihat menambat. Mereka siap-siap berpacu, menjadi yang tercepat di Tepian Narosa Telukkuantan.

Laporan DESRIANDI CANDRA, Telukkuantan


SUASANA di Tepian Narosa Telukkuantan, benar-benar beda dari biasanya. Biasanya lengang dan sepi dari aktivitas orang, sekarang berubah menjadi padat. 

Sepanjang Tepian Narosa Telukkuantan di seberang Taman Jalur, tepatnya di Desa Seberang Taluk, telah dipadati dengan jejeran ratusan jalur, tenda anak pacu, lapak pedagang dan tribun penonton.

Begitu pula posisi di kawasan Taman Jalur, tak jauh beda. Di sesaki jejeran tribun penonton, lapak pedagang UMKM, maupun stan pacu jalur expo 2023. Sementara pada malam hari, jembatan gantung yang membelah Sungai Kuantan, menghubungkan Desa Sawah dan Desa Seberang Taluk, dihiasi dengan lampu menambah indahnya suasana Telukkuantan.

Pemandangan itu, takkan terlihat pada hari-hari biasa. Melainkan hanya akan tampak saat helat pacu jalur tradisional di mulai.

Festival Pacu Jalur Tradisional di Tepian Narosa Telukkuantan, memang menjadi perhelatan paling akbar yang ada di Kuansing.

Biasanya, orang-orang Kuansing dari seluruh desa dan kecamatan yang ada, akan datang ke kota Telukkuantan, menyaksikan tradisi pacu jalur. Mereka akan menghentikan apa pun aktivitas mereka di desa, untuk datang ke Telukkuantan menyaksikan jalur-jalur dari desa mereka yang ikut berpacu.

Orang-orang Kuansing yang ada di rantau, biasanya juga turut melihat. Mereka menjadikan itu sebagai pengobat kerinduan karena lama tak pulang ke kampung halaman mereka.

Begitu pula di tahun 2023 ini. Pemkab Kuansing sudah menetapkan Festival Pacu Jalur Tradisional di laksanakan 23-27 Agustus 2023. Bahkan, tahun ini diikuti 193 jalur, jauh lebih banyak dari tahun 2022 yang hanya 178 jalur.

Perhelatan pacu jalur tahun 2023 menjadi catatan panjang sejarah pacu jalur. Berusia 120 tahun sejak resmi dimulainya pada tahun 1903. Namun sayang, tradisi unik dari masyarakat rantau kuantan ini tak banyak di tulis menjadi sebuah buku.

Dulu, tokoh Budayawan Riau asal Kuantan Singingi, UU Hamidi sering menulisnya. Di antara buku yang ditulisnya di tahun 2000-an adalah “Kesenian Jalur di Rantau Kuantan”. Sekarang, tak lagi muncul buku-buku tentang pacu jalur. Padahal, anak-anak generasi muda Kuansing yang ada sekarang, tak banyak yang tau tentang sejarah dan kisah pacu jalur ini. 

Melihat kerisauan itu, dua datuk di Kuansing, masing-masing Datuk Panglimo Dalam Drs H Suhardiman Amby AK MM  Ketua Limbago Adat Nogori (LAN) Kuansing dan Datuk Paduko Rajo Ir Emil Harda MM MBA dari Kenegerian Telukkuantan, menghimpun berbagai sumber, menulis dan membuatnya sebagai sebuah buku. 

“Kami menulis dan mengumpulkan berbagai sumber tentang semua yang berkaitan dengan pacu jalur, menjadi sebuah buku. Agar nilai-nilai tradisi, budaya dan sejarahnya tidak berubah dan hilang di telan masa,” papar Datuk Panglimo Dalam Drs H Suhardiman Amby AK MM  Ketua Limbago Adat Nogori (LAN) Kuansing dan Datuk Paduko Rajo Ir Emil Harda MM MBA dari Kenegerian Telukkuantan, kepada Riau Pos terpisah, Selasa (22/8) di Teluk Kuantan.

Setelah diskusi yang panjang, buku itu, lanjut Suhardiman Amby sepakat diberi judul “Pacu Jalur Tradisional Kuantan Singing Melintasi Masa”.

Pacu jalur merupakan hasil karya budaya masyarakat Rantau Kuantan yang memiliki ciri khas dan nilai-nilai luhur yang berurat berakar sejak lama dalam kehidupan masyarakat Kuansing.

Pacu jalur dalam wujudnya merupakan produk budaya lokal yang bukan hanya menonjolkan unsur olahraga dan hiburan saja, tetapi merupakan karya seni tempatan yang unik sebagai perpaduan berbagai unsur seni.

Pacu jalur menggambarkan palsafah kehidupan penuh dengan nilai-nilai luhur masyarakat dan menjadi spirit dalam membangun tatanan kehidupan. Dimana menggambarkan semangat kebersamaan, kegotong royongan, persatuan dan silaturrahmi yang kokoh, kesamaan visi dan misi. Nilai-nilai dari proses pembuatan jalur sampai dengan pelaksanaan pacu jalur.

Tukang tari, timbo ruang, anak pacu, tukang onjai merupalan gambaran filsafah Kuansing dalam bermasyarakat, bahwa kedudukan orang boleh berbeda peran, boleh berbeda-beda tetapi satu tujuan meraih sebuah kemenangan, meraih sebuah keberhasilan.

Begitu pula dalam konteks pembangunan masyarakat, desa, daerah dan negara. “Setiap kita harus seiya sekata, saling bahu membahu sesuai motto Basatu Nogori Maju,” papar Suhardiman.

Seiring dengan itu, sebagai Kepala Daerah Kabupaten Kuantan Singingi, awal tahun 2022 dia meminta pada Sekjen Limbago Adat Nogori (LAN) Kuantan Singingi  Ir Emil Harda  MM MBA Datuk Paduko Rajo untuk menyusun sebuah buku yang mengulas Pacu Jalur Tradisional Kuantan Singingi secara terperinci dan lengkap.

“Bahan-bahan awal dan gambaran dari isi buku kami berikan. Alahamdulillah, setelah berkali-kali berdiskusi dan pembahasan bersama Datuk Paduko Rajo, akhirnya buku yang kami maksud terselesaikan,” ujarnya.

Dia yakin, dengan terbitnya buku Pacu Jalur Tradisional Kuantan Singingi Melintasi Masa ini akan menambah sarana untuk mempromosikan pacu jalur.

Dia juga berharap, buku ini dapat memberikan manfaat, setidaknya sebagai referensi utama bagi semua pihak terutama para pemangku kepentingan dan anak cucu kemenakan dalam menulis, menganalisa dan memperjuangkan pacu jalur tradisional, adat dan kebudayaan Kuansing.

Sebagai pedoman bagi penyusunan kurikulum muatan lokal di semua jenjang pendidikan di Kuansing. “Tapi ini nanti kita seminarkan dulu untuk mendapat masukan dan pandangan. Baru nanti kita rekomendasikan untuk kurikukum muatan lokal, “ bebernya.

Ir Emil Harda MM MBA Datuk Paduko Rajo menyebutkan, penyusunan buku ini dirangkum dari berbagai sumber, di wawancara ulang, di dedah dalam diskusi adat dan budaya Rantau Kuantan bersama kalangan datuk, seniman dan budayawan pemerhati pacu jalur tradisional Kuantan Singingi maupun para pakar.

Dari pendapat mereka, sepakat dan mengapresiasi lahirnya buku ini. Sebab, meski usia pacu jalur tradisional sudah 120 tahun, sangat sedikit cerita, sejarah dan pernak pernik yang dibuat menjadi sebuah buku.

Buku Pacu Jalur Tradisional Kuantan Singingi Melintasi Masa setebal 263 halaman, memuat semua pernak pernik budaya pacu jalur.

Misalnya, tentang festival pacu jalur tradisional yang merupakan pesta budaya masyarakat adat Kuantan Singingi. Sejarah dan proses pembuatan jalur. Hiasan, kekhasan dan nilai-nilai pada pacu jalur, pelaksanaan pacu jalur tradisional, ritual dan nilai-nilai magis pacu jalur serta pacu jalur menatap masa depan.

Dia berharap, buku yang ditulis bersama Datuk Panglimo Dalam H Suhardiman Amby kedepan bisa menjadi muatan lokal pendidikan di Kuansing.

Penulisan buku Pacu Jalur Tradisional Kuantan Singingi yang didedah dalam forum diskusi adat dan budaya Kuantan Singingi mendapat tanggapan dari Prof Dr Ir Asdi Agustar MSc.

Guru besar pembangunan wilayah dan perdesaan Universitas Andalas sekaligus penggiat forum diskusi keluarga Kuansing menyebutkan, rencana peluncuran buku Pacu Jalur Tradisional Kuantan Singingi Melintasi Masa yang ditulis okeh kedua datuk itu, pernah di bahas dalam diskusi 21 Juli 2023.

Kedua penulis saat ini adalah ketua dan sekretaris Limbago Adat Nogori (LAN) Kuansing. Selain itu, Datuk Panglimo Dalam H Suhardiman Amby juga menduduki jabatan bupati Kuansing.

Dia tidak membahas isi dari buku yang didiskusikan, tetapi ingin melihat kegiatan menulis yang dikerjakan keduanya.

Secara umum kedua datuk ini memiliki tradisi lisan dalam melakukan perannya sebagai pimpinan adat yang jauh dari kegiatan tulis menulis. Menulis buku bukan hanya sekedar menyusun kata dan kalimat. Melainkan melibatkan pikiran, keterampilan dan kesadaran etis. Tampa itu, tidak akan mampu menulis dengan baik.

Lahirnya buku Pacu Jalur Tradisional Kuantan Singingi Melintasi Masa dapat memberikan kebenaran pengetahuan tentang budaya pacu jalur yang hanya ada di Kuansing.

Kedua orang datuk ini memperlihatkan contoh yang positif khususnya bagi komunitas adat yang dipimpinnya. Dengan menulisnya, dapat dipandang sebagai “provokasi” strategis terhadap anak keponakan dari dua datuk dan generasi muda Kuansing.

Buku punya peran penting dalam menjaga adat dan budaya. Buku merupakan jendela dunia. Dia berharap kedepan akan muncul pengarang menulis buku-buku budaya lainnya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook