Siapa mengira menghilangnya salah satu bahan baku pembuat fermentasi kompos di pasaran membuat Yohanas mampu menciptakan induk ragi sendiri sehingga kompos buatan kelompok tani Sejahtera Andalan bisa memproduksi kompos berkualitas.
Laporan: Henny Elyati (Pekanbaru)
YOHANAS (57) menjadi orang yang dipercaya dan ditunjuk sebagai inovator Kelompok Tani Sejahtera Andalan. Yohanas memiliki banyak ide-ide kreatif yang mampu bertahan dan membesarkan kelompok tani Sejahtera Andalan.
Kepada Riau pos.co, Yohanas bercerita awal mula dirinya menjadi kelompok tani binaan PT Riau Andalan Palp and Paper (RAPP). Kelompok Tani Sejahtera Andalan yang berada di Desa Banjar Benai, Kecamatan Benai, Kabupaten Kuansing ini, tahun 2001 sudah mendapat bantuan dari RAPP berupa penggemukan sapi dengan masa dua tahun pemeliharaan. Namun karena masyarakat tidak memahami secara baik program ini akhirnya terabaikan.
"Tahun 2001 ada program membantu masyarakat di sekitar perusahaan dan RAPP memberikan 10 ekor sapi untuk 20 KK namun program ini tidak jalan karena masyarakat kurang memahami bagaimana mengembangkan dan menggemukkan sapi," katanya, Ahad (25/12/2021).
Upaya RAPP membantu perekonomian masyarakat terus dijalankan dengan memberikan bantuan kepada masyarakat di sekitar daerah operasi berupa pemberian 10 ekor sapi. Dua tahun berjalan, delapan ekor sapi betina diserahkan kepada kelompok tani sedangkan dua ekor sapi jantan dijual untuk digulirkan ke kelompok tani lain. Tidak hanya penggemukan dan pengembangan sapi, RAPP juga membantu kelompok tani yang bergerak di bidang holtikultura.
"Sehingga kelompok tani ini bisa berkolaborasi. Kotoran sapi dimanfaatkan sebagai pupuk kelompok tani holtikultura," kata bapak dua anak ini.
Namun lagi-lagi program ini jalan di tempat. Pada tahun 2017, RAPP mulai lagi mendata kelompok untuk penggemukan sapi.
"Dan saya salah satu anggota yang masuk pendataan dan kelompok tani ini dinamakan kelompok tani Sejahtera Andalan," senyum Yohanas
Dengan hitungan 5 orang pemelihara sapi, lanjut Yohanas, RAPP juga membuatkan kandang untuk 20 ekor sapi dan pengolahan pakan ternak. "Setelah tiga tahun polanya diubah. Banyak masyarakat yang tidak juga paham walaupun RAPP sudah memberikan pelatihan-pelatihan untuk peningkatan dan kapasitas petani," sebut ayah Khusnul Hidayat --saat ini kuliah di STT-- dan Gustio Alhadi yang saat ini kuliah di UIN ini.
Akhir 2019 lalu, kata Yohanas, RAPP kembali mengucurkan bantuan berupa penggemukan sapi untuk kelompok tani Sejahtera Andalan. Polanya, RAPP membelikan 20 ekor sapi dengan hitungan Rp10 juta per ekor sapi. Untuk 20 ekor sapi ini senilai Rp200 juta. Dimana modal pembelian sapi ini wajib dikembalikan ke kelompok tani yang nantinya akan digulirkan ke kelompok tani lain sedangkan keuntungan dari penggemukan sapi ini diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat.
"Kami pun akhirnya berfikir menggemukkan sapi tentu memiliki kotoran. Koran sapi inilah kami olah menjadi kompos. Saat itu kami bisa menghasilkan 3-4 ton kompos," jelasnya.
Setelah sukses menggemukkan sapi dan membuat kompos, pria murah senyum ini bertutur, pada Juli lalu sapi dijual dan modalnya dikembalikan untuk digulirkan ke kelompok tani lain yang belum mendapatkan manfaat dana hibah bergulir ini. Kelompok tani Sejahtera Andalan dibuatkan kandang baru. Menurut Yohanas, usaha pengemukan sapi tidaklah sulit, karena selain pekerjaannya tidak rumit, RAPP juga ada yang rutin mendampingi dan datang mengecek pelaksanaan program. Mereka juga sukses menjual 27 ekor sapi di Benai, Pangkalan Kerinci dan Pekanbaru tahun 2020 lalu.
“Tidak ada yang sulit palingan soal sapinya sendiri, karena ini sapi Bali, agak lebih rentan sakit dibandingkan dengan sapi biasa, soal pakan juga tak ada beda, sama juga sapi kebanyakan, namun ada tambahan pakan yang lain yang memang bertujuan untuk mempercepat proses pertumbuhan,” kata suami Seniati (54) ini.
Yohanas mengaku usaha penggemukan ini sangat potensial dan sangat menjanjikan, jika dihitung kentungannya juga sangat lumayan, siapapun asal mau bisa menjalankan usaha ini, karena RAPP sebagai pemberi bantuan tidak membiarkan petani begitu saja, namun justru mendampingi sampai berhasil.