Hamparan padi terbentang di areal sawah seluas 516 hektar, di Desa Kemuning, Kecamatan Bunga raya, Kabupaten Siak. Masyarakat di desa itu mampu berswasembada beras bahkan menjadi lumbung padi bagi Kabupaten Siak. Suatu upaya untuk memanfaatkan lahan gambut lebih arif dan menjaga ketahanan pangan.
Laporan Mashuri Kurniawan, Siak
Burung walet terbang tinggi diatas padi yang sudah mulai menguning, Selasa siang (18/3) lalu. “Pemanfaatan lahan tidur untuk budidaya padi sawah ramah lingkungan” sebutan itulah yang menjadi slogan masyarakat petani di daerah itu. Aliran air irigrasi mengalir deras di sekitar lokasi sawah.
Dilokasi tersebut berbagai macam aktivitas yang dilakukan petani, yaitu membabat rumput dan jerami, mencangkul dan membajak, mencindang tanah atau membalikkan tanah, membabat pematang, dan menghaluskan tanah.
Seorang petani, siang itu terlihat sedang bercocok tanam di petakan sawah miliknya. Topi berbentuk bukit melindunginya dari terik panas matahari yang siang itu memang menyengat. Topi itu disebut caping. Herman Arif (45) nama petani tersebut.
Pria asal Jawa Timur itu, terlihat sedang memberikan pupuk, padi miliknya. Menanam padi menjadi makanan yang menghasilkan beras, itulah yang dikerjakannya sejak tahun 2010 lalu. Setelah menyemai pupuk, Herman langsung menuju podok berukuran 3x4 persegi meter dipinggir sawah, untuk beristirahat.
Riau Pos berusaha mendekati Herman yang sedang duduk santai di dalam pondokannya. Selama 15 menit Herman bercerita tentang pekerjaannya yang dilakoninya tersebut. Bahan makanan yang merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia ini, meskipun dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi Herman.
Walaupun sawah yang dikelolanya hanya dua hektar, tapi Herman begitu menyenangi menanam padi tersebut dibandingkan tanaman lain. Lahan yag digarapnya ini dahulu hanya dibiarkan begitu saja.
Dari penuturannya, tanaman padi termasuk devisi angios permai, kelas monocotile, genus oryza dan spesies orizza spp.Beberapa varietas dan benih unggul tanaman padi sawah yang ada di Bungaraya yakni, Varitas IR 42,Cibogo, IR 46, Varietas Ciherang, Varietas Cisadani, Varietas Cigeulis, dan Varietas IR 64.
Memanfaatkan lahan gambut untuk tanaman padi sangat bagus dilakukan. Apalagi, di Kecamatan Bungaraya. Di daerah yang dikenal lumbung padi itu, menurut Herman, lahannya sangat bagus untuk bercocok tanam pertanian. Termasuk tanaman padi.
‘’Saya belajar menanam padi dari penyuluh pertanian kecamatan mas. Jadi banyak tahu, tentang menanam padi. Termasuk pengairannya,’’ ujarnya tersenyum kepada Riau Pos.
Dijelaskannya, tanaman padi dapat tumbuh pada lahan basah rawa dengan suhu udara 21-38 derajat celsius Tingkat perkembangan tanaman padi bergantung pada varietas serta pengolahan teknisnya. Yang lebih penting dalam penanaman padi, sambungnya, pengairan yang ada memberi kesempatan kepada akar untuk berkembang lebih baik.
Selain dimanfaatkan untuk pengairan sawah, air irigrasi dimanfaatkan untuk kepentingan kerambah ikan oleh petani. Ikan itu juga selain menjadi umber pendapatan petani, sekaligus untuk dikonsumsi.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Siak Ir Syahrin Rasbi, menjelaskan, produksi beras di Siak sangat bagus, terutama di Kecamatan Bungaraya. ‘’Kecamatan Bungaraya merupakan lumbung beras di Siak. Masyarakatnya kebanyakan menanam padi,’’ ujarnya.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Perikanan Siak tahun 2011 terjadi penambahan lahan seluas 200 hektar. Terjadi peningkatan dari tahun 2010 yang mencapai 186 hektar. Selama tiga tahun terakhir terjadi penambahan lahan padi baru seluas 428 hektar. Pada tahun 2008 hasil produksi padi Kabupaten Siak mencapai 15 ribu ton lebih.
Hanya saja kebutuhan mencapai 35 ribu ton. Artinya. masih kekurangan 20 ribu ton beras atau sekitar 57 persen. Pada tahun 2009, jumlah produksi sekitar 20 ribu ton lebih. Tetapi, kebutuhan meningkat 36 ribu ton lebih. Namun, masih saja kekurangan sekitar 15 ribu ton atau 42 persen.
Pada 2010 lalu produksi terus meningkat mencapai 21 ribu ton, namun tetap dibarengi dengan peningkatan kebutuhan sebesar 37 ribu ton beras. Dengan kalkulasi kekurangan sebesar 16 ribu ton lebih atau 44 persen.
‘’Pemkab Siak terus melakukan program terpadu peningkatan jumlah lahan untuk tanaman padi. Bagaimana memberikan konstribusi beras bagi Riau kedepannya. Dan untuk memenuhi kebutuhan beras masyarakat, di Kabupaten Siak,’’ jelasnya.
Syahrin menuturkan, untuk pengelolaan pertanian hingga berhasil menciptakan swasembada pangan, tugas pemerintah adalah pembimbingan, pembinaan dan fasilitator menuju petani mandiri.
‘’Kami yakin petani padi di Siak, sangat tangguh dan mandiri. Sektor pertanian sangat strategis dilihat dari aspek manapun, mengingat ketergantungan masyarakat Indonesia pada komoditi padi, beras sebagai bahan makanan pokok masih sangat tinggi,” lanjutnya.
‘’Pemkab Siak akan terus komit untuk melakukan peningkatan sarana pertanian bahkan merencanakan untuk melakukan cetak sawah baru lagi di daerah Bungaraya,” sambungnya.
Sebagai kecamatan yang ditetapkan menjadi lumbung padi Kabupaten Siak, katanya, Kecamatan Bunga Raya memiliki luas lahan pertanian padi lebih dari 2.400 hekatre dengan rata-rata perhektarnya bisa menghasilkan 4 ton padi.
Sementara Bunga Raya sendiri telah menerapkan IP 200 bahkan sebagian di antaranya telah menerapkan IP 300 atau 3 kali tanam dalam 1 tahun. Itu artinya tidak kurang dari 24 ribu ton padi yang dihasilkan dari Kecamatan Bunga Raya.
Melihat potensi ini, lanjutnya, diharapkan para petani yang ada, konsisten menanam padi dan tidak mengalihfungsikan lahanya menjadi tanaman komoditi lain. Pemkab Siak sendiri sangat konsisten utuk melakukan peningkatan sarana pertanian.
Dia berharap para pentani Siak, dapat menjadi petani tangguh yang mandiri, apalagi sektor pertanian sangat strategis jika dilihat dari aspek manapun mengingat ketergantungan masyarakat Indonesia pada komoditi padi/beras sebagai bahan makanan pokok masih sangat tinggi.
Kata Syahrin, dinas terkait sudah melakukan trobosan baru untuk meningkatkan luas lahan tanam dan peningkatan IP produksi tanam dari dua hingga tiga kali tanam per tahun. Termasuk dengan telah terjadinya peningkatan produktifitas, dari 3.5 ton per hektar menjadi 5 sampai dengan 6 ton perhektar nya, serta melakukan gerakan-gerakan terobosan pembasmian hama dan tikus.
Cuaca Ekstrim Mengancam Ketahanan Pangan
Pada skala cuaca ekstrem, mengancam ketahanan pangan di daerah lumbung adi itu. Selain itu, kebutuhan irigasi pertanian juga akan semakin meningkat. Hal ini dapat berujung pada kegagalan panen berkepanjangan. Termasuk pasokan pangan menjadi sangat tidak pasti.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Siak melakukan antisipasi secara teknis antara lain, mempertahankan waduk untuk menampung air hujan, sehingga tidak terjadi banjir dan memanfaatkannya untuk irigasi atau lainnya pada saat kekurangan air .
Berbagai upaya untuk mengantisipasi dampak penyimpangan iklim terhadap bencana banjir dan kekeringan pada sektor pertanian telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Secara umum upaya antisipasi dikelompokkan menjadi antisipasi secara teknis dan antisipasi sosial-kelembagaan.
Kepala Badan Lingkungan (BLH) Siak, Drs Nuzirwan mengatakan, untuk meningkatkan produksi padi, Pemkab Siak sudah melakukan sistem pertanian konservasi seperti terasering, menanam tanaman penutup tanah, melakukan pergiliran tanaman dan penghijauan DAS (Daerah Aliran Sungai).
‘’Kita berupaya bagaimana sektor pertanian di Siak bisa terus memberikan konstribusi. Untuk menghadapi perubahan iklim ini sudah dilakukan upaya bersama masyarakat petani dan instansi terkait. Bagaimana, Siak bisa menjadi swasembada beras,’’ terangnya.
Dia berharap, kebutuhan beras di Siak bisa meningkat. ‘’Hendaknya, jangan sampai produktivitas padi berkurang karena cuaca ekstrim itu. Bersama kami melakukan antisipasi dan penganggulangannya. Menciptakan swasembada beras. Menanam padi yang ramah lingkungan,’’ pungkasnya. ***