I KOMANG SANDY WIJAYA, PEBULUTANGKIS SURABAYA YANG MELATIH DI AS

Tertantang Membawa Pemainnya Menembus Kejuaraan Dunia 

Feature | Senin, 25 Januari 2021 - 16:20 WIB

Tertantang Membawa Pemainnya Menembus Kejuaraan Dunia 
I Komang Sandy Putra (kiri) bersama anak asuhnya di klub bulutangkis International Badminton Centre di New Jersey, AS. (JAWA POS)

Bulutangkis membawa I Komang Sandy Wijaya ke berbagai negara. Kini, dia menyumbangkan kemampuan dan ilmunya kepada pebulutangkis Negeri Paman Sam, Amerika Serikat.


BANYAK atlet dan pelatih bulutangkis Indonesia yang ada di luatr negeri. Mulai dari negeri di ujung dunia Finlandia hingga negara besar Amerika Serikat (AS). Meski begitu, semuanya masih menjadi warga negara Indonesia. Nama-nama tenar bisa disebutkan, di antarnya Tony Wijaya dan Halim Hariyanto (AS) dan Fung Permadi (Taiwan).


Dan kini ada nama I Komang Sany Putra  arek Suroboyo yang yang bergabung dengan International Badminton Centre di New Jersey, AS.

''Saya sejak 2016 di Amerika. Awalnya sebagai atlet tapi kini fokus sebagai pelatih,'' kata Komang.

Dia bisa bergabung dengan klub itu atas ajakan pemiliknya lanngsung. Ketika itu, Komang juga tengah berada di mancanegara.

''Sejak 2014, saya sudah meninggalkan Indonesia. Saya pernah bergabung dengan klub di Slovakia dan Swiss,'' ungkap lelaki lelaki kelahiran 11 Desember 1989 tersebut. 

Tawaran itu membuatnya tertarik. Tanpa panjang lebar, Komang menerimanya. Baginya, itu sebuah tantangan karena AS bukan sebuah negara besar di pentas bulutangkis. Selain itu, olahraga tepok bulu tersebut juga bukan olahraga populer, kalah dengan basket dan american football. 

''Saya ingin melatih pebulutangkis Amerika sampai mewakili negaranya dalam Kejuaraan Dunia,'' ungkap Komang yang terakhir tercatat sebagai atlet klub Surabaya Wima itu. 

Asanya itu pun mulai tumbuh. Anak didiknya di International Badminton Centre di New Jersey ada yang sudah berprestasi di level negaranya.

''Anak asuh saya, Anggie, mampu keluar sebagai runner-up tunggal putri di kelompok umur di bawah 15 tahun. Semoga ini memicu rekan-rekannya yang lain,'' ungkap Komang yang juga pernah menjadi lawan tanding Malaysia di 2007 itu.

Saat ini di International Badminton Centre, dia menangani sekitar 50-an pebulu tangkis. Dia optimistis di antara mereka ada yang tak hanya juara di kelompok umur. 

''Potensi besar dan mempunyai semangat untuk maju banyak di antara anak asuh saya,'' ucap Komang. 

Komang mengikuti jejak beberapa pebulutangkis Indonesia yang pernah membela AS. Dua nama top adala Tony Gunaman dan Halim Haryanto. Keduanya pernah menjadi salah satu ganda putra kuat Indonesia. Keduanya pernah meraih gelar All England dan Kejuaraan Dunia tahun 2001. 

Tahun 2004 Halim keluar dari Pelatnas dan menyusul Tony Gunawan mewakil AS di berbagai kejuaraan hingga terakhir turun di  Mexico Future Series 2019 sekitar 26-30 Juni 2019.

Sedangkan Tony Gunawan, sebelum berpasangan dengan Halim, dia adalah pemenang medali emas Olimpiade 2000 di Sydney bersama Chandra Wijaya, juara Jepang Open, dan kejuaraan lainnya. Setetelah juara All England dan Kejuaraan Dunia 2001, Tony terbang ke AS mewakili negara tersebut di berbagai kejuaraan dan sekaligus jadi pelatih.

Banyak orang menganggap Tony sudah habis ketika itu. Tetapi kejutan terjadi di final Kejuaraan Dunia 2005. Berpasangan dengan pemain asli AS, Howard Bach, keduanya berhasil mengalahkan jagoan Indonesia, Candra Wijaya/Sigit Budiarto dalam pertarungan sengit tiga set, 15-11, 10-15, dan 15-11. 

Kini, Komang sedang menapak jalan mengikuti para seniornya tersebut untuk meyakinkan publik AS bahwa para pemain Indonesia pantas dihargai tinggi di negeri Paman Sam tersebut di cabang bulutangkis ini. Baik sebagai pemain maun pelatih.


Laporan: Sidiq Prasetyo/Jawa Pos
Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook