Laporan Molly Wahyuni, Bangkinang moly_wahyuni@riaupos.co
Masih ingat bocah malang bernama Aditya (7) yang menjadi korban penganiayaan ibu tiri dan ayah kandungnya? Derita tragis bocah dari Danau Lancang Tapunghulu, Kampar tersebut sempat menjadi pemberitaan nasional di pengujung tahun 2013 lalu.
Kini sang bocah sudah tak lagi meneteskan air mata karena meringis kesakitan, dia sudah bisa bernyanyi dan tertawa bersama teman sebayanya.
Adit , nama bocah itu sudah lazim disebut oleh khayalak ramai. Begitu terdengar namanya, orang akan terbayang betapa perihnya penderitaan bocah tak berdosa tersebut.
Adit adalah contoh betapa mirisnya nasib anak bila orangtuanya berpisah. Adit adalah simbol teguran bagi semua masyarakat, betapa pentingnya kasih sayang harus diberikan untuk kebahagiaan anak.
Setelah hampir dua bulan dirawat dan tinggal di RSUD Bangkinang, kini Adit sudah mulai bersosialisasi. Dia tak lagi menjadi tontonan orang yang datang silih berganti untuk melihat luka yang ada di sekujur tubuhnya.
Adit sudah mulai tumbuh sebagai anak yang mulai mengenal lingkungan tempat tinggalnya, meskipun masih tergolong lingkungan terbatas.
Pada Rabu pagi (22/1) yang lalu, Riau Pos bertemu Adit di persimpangan Jalan Agussalim-DI Panjaitan Bangkinang.
Adit langsung tersenyum semringah, bocah itu tampak ceria karena ternyata dia sedang diajak berjalan-jalan keliling Kota Bangkinang untuk melihat sekolah mana yang ia sukai untuk tempat belajar.
Tak lama berselang, sampailah Adit di depan pintu TK Pertiwi Bangkinang. Tampak beberapa pedagang kaki lima berjualan mainan anak-anak. Kepada Jali,pengasuhnya dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA)-, Adit meminta dibelikan mainan.
Kehadiran Adit, secara tanpa sengaja diketahui oleh salah seorang guru Kelompok Bermain TK Pertiwi Bangkinang Linda. Sang bunda menyapa Adit dan mengajaknya masuk ke lingkungan sekolah, dan akhirnya jatuhlah pilihan Adit untuk bersekolah di TK milik Yayasan Dharma Wanita Sekretariat Daerah Kabupaten Kampar tersebut.
“Adit mau sekolah, tapi belum ada seragam,”tutur bocah itu, yang kedatangannya disambut hangat para guru dan siswa di TK Pertiwi.
Begitu pulang sekolah, siang harinya, Adit langsung bersemangat menelepon aktivis LPA Kampar Migos untuk dibelikan pakaian seragam sekolah. Maka mulai Kamis (23/1), Aditpun makin percaya diri datang ke sekolah untuk belajar mengenakan seragam sekolah.
Ketika ditemui Riau Pos, Jumat pagi (24/1) di TK Pertiwi, Adit semangat menyanyikan lagu yang ia dapat dari gurunya hari itu.
“Sholatullah, salaamullah,” demikian terlontar suara serak Adit dari bibirnya yang masih terlihat jelas bekas luka guntingan si ibu tiri yang kejam yaitu Ervina.
Bendahara Yayasan TK Pertiwi Sri Mastuti kepada Riau Pos mengatakan bahwa Adit diterima di TK Pertiwi dengan gratis, dan tidak dibebani biaya apapun.
Untuk tahap pengenalan, Adit ditempatkan di kelompok bermain. Namun, berhubung usianya sudah 7 tahun dan rencananya pada tahun ajaran baru akan sekolah dasar.***