PESELANCAR BONO WANITA, VIKY LESTARI

Awalnya Dilarang Orangtua

Feature | Minggu, 24 November 2013 - 09:38 WIB

Awalnya Dilarang Orangtua
Viky Lestarim, satu-satunya wanita yang berani berselancar bono. Foto: Teguh Prihatna/Riau Pos

Tidak banyak masyarakat Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan yang mau berselancar di derasnya gelombang bono. Usahkan wanita, kaum priapun masih bisa dihitung dengan jari. Bahaya yang  mengancam menjadi pemicu utama sehingga orangtua tidak berkenan dan merestui anak-anaknya ikut berselancar. Di desa itu atau bahkan di Riau mungkin hanya Viky Lestari satu-satunya wanita yang berani berselancar bono. Awalnya restu orangtua sangat sulit dia dapat, tapi akhirnya kedua orangtua mengalah dan Viky diperkenan berselancar bono.

Laporan GEMA SETARA, Teluk Meranti

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Tinggi badannya hampir sama  dengan papan seluncur yang dia miliki. Rambutnya pendek sebahu tergerai dihembus angin pagi Teluk Meranti, dia bergegas meninggalkan rumah,  pamit dan mohon doa restu dari kedua orangtuanya dia bergerak meninggalkan rumah menuju ke pelabuhan rakyat Teluk Meranti. Di pelabuhan, sejumlah kawan-kawannya sudah menunggu, mereka bersiap berangkat menuju ke titik berselancar bono.

Bagi sebagian masyarakat Teluk Meranti, bono masih menjadi fenomena alam yang menakutkan. Usahkan ikut berselancar, melihat gelombang  yang menderu dan menyapu apa saja yang ada dihadapannya  membuat sebagian masyarakat menjadi ngeri dan takut. Mereka masih menganggap bono adalah fenomena alam yang bisa mendatangkan maut.

Namun bagi Viky Lestari dan kawan-kawannya, gelombang bono menjadi sesuatu hal yang sangat mengasyikkan. Saban hari, setiap musim gelombang bono dia  siap menyambut dan berselancar dengan gembira. Viky sendiri cukup mahir dalam berselancar bono dan dalam kompetisi selancar dan bekudo bono baru-baru ini dia berhasil menjadi salah satu juara.

‘’Awalnya sempat dilarang orangtua. Karena mereka beranggapan gelombang bono sesuatu yang menakutkan dan bisa mendatangkan kematian. Namun akhirnya orangtua merestui karena dilarang juga tetap pergi berselancar bono,’’ tutur Viky saat ditemui Riau Pos.

Diakuinya, awal kegemarannya berselancar setelah melihat peselancar-peselancar dari luar negeri datang dan bermain ombak bono dengan asyiknya. Diapun mencoba-coba, awal mencoba itu dia sudah mampu bermain dengan baik untuk anak seusianya.

Ternyata diam-diam salah seorang peselancar dari luar negeri Patrick melihat kepiawaian Viky, sehingga ketika dia datang kembali untuk berselancar gelombang bono pada tahun 2011, Viky mendapat hadiah istimewa dari Patrick sebuah papan selancar yang cukup baik. ‘’Sebelumnya saya dan teman-teman menggunakan papan selancar yang dibuat sendiri dari kayu pulai dan sejenisnya, sekarang saya sudah papan seluncur sendiri pemberian Patrick,’’ ujarnya.

Patrick ketika memberi papan selancar itu hanya berujar agar Viky giat berlatih dan berlatih. ‘’Pesannya hanya itu agar saya giat berlatih dan berlatih,’’ ujarnya.

Apakah tidak takut? Awalnya memang takut, tapi ketika orang-orang bule itu berselancar dengan asyiknya dirinya makin tertantang. ‘’Ketika itu saya berpikir mengapa mereka bisa dan berani dan tidak terjadi apa-apa, akhirnya saya memberanikan diri untuk coba-coba berselancar dan ternyata sangat mengasyikkan sekali,’’ ujar Viky.

Viky menjadi satu-satunya peselancar bono wanita,  gadis kelahiran  9 Oktober 1997 ini masih bersekolah di SMP 1 Teluk Meranti, Pelalawan. Namun keinginannya untuk membawa kawan-kawan lainnya untuk turut serta berselancar bono tidak ada yang mau, mereka masih takut dan beranggapan gelombang bono itu musibah.

‘’Tidak ada yang berani,  mereka beranggapan gelombang bono masih sangat berbahaya dan akan menimbulkan musibah. Karenanya banyak orangtua yang tidak mengizinkan anak-anaknya ikut berselancar bono,’’ ujarnya lagi.

Apa yang menjadi gangguan utama saat berselancar bono, Viky mengatakan kondisi sungai yang dipenuhi dengan enceng gondok membuat aktivitas dan latihan selancar mereka selalu terganggu, karena saat berselancar dan dihadang tumbuhan itu para peselancar bisa terjatuh dan kadang-kadang bisa berakibat fatal.

Sampai saat ini, tambah Viky dirinya belum pernah mengalami hal-hal yang menakutkan. ‘’Biasanya yang ditakutkan itu munculnya buaya saat menunggu datangnya bono, namun kalau bono sudah datang buaya biasanya akan lari ke daerah lain,’’ ungkapnya.

Dia berharap suatu saat nanti, dirinya bisa mengharumkan nama daerah ini dengan ikut kejuaraan selancar didaerah manapun, karenanya dia terus giat berlatih sehingga betul-betul mahir memperagakan aksi-aksi selancar.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook