RIBUAN MURID SD 105 DAN 163 SEBERANGI JALAN HR SOEBRANTAS

Demi Menuntut Ilmu Rela Menentang Maut

Feature | Selasa, 23 Juli 2013 - 10:26 WIB

Laporan LISMAR SUMIRAT, Pekanbaru lismar-sumirat@riaupos.co

Berdasarkan data dari SD Negeri 105 dan SD Negeri 163 Kecamatan Tampan, sudah puluhan murid dan guru yang menjadi korban ketika menyeberangi Jalan HR Soebrantas. Dua di antaranya meninggal dunia.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Pagi menjelang, murid dan majelis guru mulai terlihat menyeberangi Jalan HR Soebrantas, menuju sekolah tempat mereka menuntut dan mengajarkan ilmu di SD Negeri 105 dan SD 163 Kecamatan Tampan. Kehati-hatian jelas terlihat dari raut wajah mereka.

Orangtua yang mengantarpun terlihat khawatir seraya memantau putra-putrinya saat menyeberangi jalan nasional yang padat lalu lintas ini.

Seorang penajaga sekolah yang diketahui bernama Adrian tampak sesekelai memberhentikan kendaraan yang lalu lalang untuk menjemput dan mengantar murid-murid ke sekolah.

‘’Sebenarnya saya bukan sekuriti yang membantu mereka untuk menyeberang ke sekolah. Tetapi karena sekuriti masih sakit dan masih dirawat intensif di rumah sakit karena tertabrak, tidak mungkin saya biarkan anak-anak menantang maut untuk ke sekolah,’’ tutur Adrian.

Kepala SD Negeri 105 Sanizar SPd ketika ditemui Riau Pos kebetulan sedang bersama Kepala SD Negeri 163 Gimin SPd. Menurut pengakuan kedua kepala sekolah ini, sudah puluhan murid dan guru yang menjadi korban kecelakaan ketika hendak menyeberang. Bahkan dua orang di antaranya menghembuskan nafas terakhirnya.

‘’Salah seorang guru kami, Norma meninggal dunia setelah sempat dirawat satu hari di rumah sakit akibat tertabrak ketika hendak menyeberang jalan pada tahun 2009 lalu. Kemudian ada satu lagi siswa SMK yang juga meninggal dunia ketika menyeberang jalan, namun kami tidak ingat kapan kejadian dan namanya,’’ kata Sanizar.

Puluhan murid, jelas Sanizar, juga sudah menjadi korban, baik yang menderita luka ringan maupun menderita luka parah, seperti patah tulang ataupun lainnya.

‘’Salah seorang sekuriti kami, Sofyan masih dirawat di RS Awal Bross, sebelumnya di Eka Hospital akibat kecelakaan ketika menyeberangkan anak-anak,’’ terang Sanizar lagi.

Sementara itu, di SD Negeri 163 juga banyak guru dan siswa yang menjadi korban ketika hendak menyeberang jalan, salah satunya Zulhemar. Kepada Riau Pos, guru SD Negeri 163 ini menuturkan kejadian yang menimpanya pada 2006 lalu.

‘’Waktu itu saya hendak menyeberang ke sekolah. Begitu kaki kanan saya sudah di atas pembatas jalan dan kaki kiri masih di jalan, tiba-tiba ada sepeda motor menabrak hingga tulang kaki kiri saya retak dan sempat dirawat sekitar 22 hari di RSUD. Kemudian karena bisa dirawat di rumah, saya meminta rawat jalan selama dua bulan,’’ terangnya.(*4)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook