REFLEKSI KOTA PEKANBARU MEMASUKI USIA 228 TAHUN

"Penyakit" Tahunan hingga Wilayah Ndeso

Feature | Sabtu, 23 Juni 2012 - 07:53 WIB

"Penyakit" Tahunan hingga Wilayah Ndeso
Pembangunan fly over di Jalan Sudirman yang hampir rampung diharapkan bisa mengatasi kemacetan di Pekanbaru yang terus berkembang pesat, Jumat (22/6/2012). foto: teguh prihatna/riau pos

Laporan  ADRIAN EKO DESRILIANTO, Pekanbaru

Hari ini, 23 Juni, Kota Pekanbaru genap berusia 228 tahun. Perayaan ulang tahun kota tahun ini tidak segegap gempita tahun-tahun sebelumnya.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Merefleksikan di usianya kini, pembangunan Pekanbaru terus menggeliat dan menjulang, namun terkesan mengabaikan “penyakit” yang sudah tahunan ada.

Tahun ke tahun, Pekanbaru terus berkembang seiring banyaknya aktivitas perekonomian.

Jumlah penduduk Pekanbaru juga terus bertambah sejalan dengan banyaknya kesempatan lapangan kerja yang tersedia. Saat ini tercatat penduduk Pekanbaru nyaris mencapai satu juta jiwa.

Perkembangan infrastruktur juga sangat berkembang. Tidak sedikit bangunan tingkat tinggi yang terus ‘’tumbuh’’.

Infrastruktur jembatan juga terus bertambah. Jika dulu hanya ada Jembatan Leigthon atau Siak I hibah dari CPI, kini sudah ada Siak II, dan Jembatan Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah (Siak IV). Bahkan tak lama lagi akan dibangun Siak IV.

Pekanbaru pun telah menjelma menjadi sentra perekonomian yang mulai diperhitungkan secara nasional dan menarik usat-pusat perbelanjaan semakin memanjakan warga kota untuk memenuhi aneka keperluan.

Kompleks-kompleks perumahan menjamur hingga meramaikan daerah yang dulu hanya semak belukar.

Namun pesatnya perkembangan Kota Pekanbaru, masih ada beberapa ‘’penyakit’’ lama yang hingga kini tak kunjung ‘’disembuhkan’’. Mulai persoalan kecil seperti sampah, pelayanan administrasi kependudukan, pungutan liar, masalah sosial kemasyarakatan, kemacetan hingga persoalan cukup besar yaitu banjir, penataan ruang dan wilayah serta persoalan air bersih yang sangat runyam.

Pengamat perkotaan Ir Mardianto Manan MT menyebut sudah seharusnya Kota Pekanbaru tidak lagi terbelit persoalan-persoalan kecil seperti sampah, pelayanan administrasi dan lainnya tersebut.

Sebab, persoalan tersebut adalah kegiatan rutin yang hanya membutuhkan kebijakan tepat dan ketegasan seorang wali kota.       

‘’Termasuk penataan ruang, wilayah dan bangunan, Pemko Pekanbaru harus memiliki grand design yang jelas, terarah dan terencana. Seperti sudah pantas sejak lama Kota Pekanbaru memiliki kawasan yang layak untuk ruang bermain masyarakat disamping penyediaan ruang terbuka hijau secara layak pula,’’ papar Ketua Jurusan Sosiologi Perkotaan Fakultas Teknik UIR ini.

Dan yang sangat penting, lanjutnya, Pemko Pekanbaru harus memiliki perencana pengembangan wilayah strategis. Seperti halnya wilayah Rumbai dan Rumbai Pesisir yang sangat kelihatan ketimpangan pembangunannya.

‘’Kalau melihat Pekanbaru dari atas, seolah-olah Rumbai dan Rumbai Pesisir ini ndesonya dan wilayah Selatan kotanya. Karena jelas sekali ketimpangan pembangunannya. Pemerintah seharusnya bisa memainkan fungsi strategisnya mengatur pembangunan kota. Misalnya, perizinan akan lebih dimudahkan dan murah jika untuk wilayah Pekanbaru bagian utara,’’ ucapnya.

Hal penting lainnya yang masih menjadi persoalan, tambah Mardianto, tidak adanya keberpihakan Pemko Pekanbaru terhadap kawasan-kawasan cagar budaya dan pelestariannya.

Ia mengilustrasikan tidak ada lagi bangunan-bangunan lama dan bersejarah dipertahankan oleh Pemko Pekanbaru.

‘’Mulai dari stadion Hangtuah, Dang Merdu dan lainnya. Pekanbaru hanya memiliki bangunan lama yang kini bernama Kampung Melayu Tionghoa. Jadi kalau anak cucu kita nanti ingin melihat bukti sejarah Kota Pekanbaru, tidak akan jumpa lagi,’’ paparnya.

Masih Banyak PR

Sedangkan Wali  Kota Pekanbaru H Firdaus ST MT menyatakan masih banyak pekerjaan rumah  yang harus diselesaikan untuk mencapai cita-cita besar. Jika saat Wali Kota Pekanbaru dipimpin oleh Herman Abdullah Kota Pekanbaru sudah berhasil menjadi kota besar, sementara Firdaus dengan PR yang ada ditangannya mengidamkan Kota Bertuah ini menjadi salah satu kota metropolitan di Indonesia.

Sebagian indikator kota besar, ternyata Pekanbaru sudah layak menjadi kota Metropolitan. Hanya saja memang masih ada beberapa kekurangan yang harus segera ditambal menurut Firdaus.

‘’Secara jumlah penduduk Pekanbaru sudah hampir 1 juta jiwa, soal infrastruktur seperti jalan, air bersih, listrik dan lainnya muali baik dan aktifitas ekonomi juga meningat. Secara data sudah layak, tapi kita tidak mau menerima itu jika Pekanbaru sendiri belum siap. Ini sudah kebanggaan kita, dari dusun kecil menjelma menjadi kota besar. Terimakasih untuk pemimpin-pemimpin Pekanbaru sebelumnya dan estafet saat ini ada dengan saya dan ini amanat besar. Apalagi usia 228 ini sudah sangat tua dan paling penting masih ada cita-cita besar yang kita impikan bersama,’’ujar Walikota Pekanbaru saat ini, H Firdaus ST MT.

Beberapa PR yang dimaksud mulai soal kondisi infrastruktur di Pekanbaru. Dia mengakui perasarana khususnya jalan di Pekanbaru masih belum berimbang antara kota dan pinggiran juga ada persoalan air bersih, dan elektrifikasi yang masih sangat kekurangan.

‘’Untuk mengatasinya, perlu peran bersama antara masyarakat, swasta, dan pemerintah. Saya yakin apapun pekanbaru ke depan Pekanbaru sudah sangat-sangat dewasa. Jakarta, Medan, Makassar semuanya bisa kita kalahkan karena kita memiliki potensi dan SDA yang madani,’’harapnya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook